NATAL di
INDONESIA, TIDAK sama NATAL Pertamakali :
Tuhan Hadir Di Setiap Zaman dan
Situasi Hidup Manusia
Peristiwa
Natal memang peristiwa yang mengagumkan, karena ALLAH hadir dalam dunia
mengambil rupa seorang manusia, lahir dan berproses SAMA dengan manusia, namun
tanpa keberdosaan.
Namun
merenungkan peristiwa Natal pertama sangat BERBEDA merenungkan Natal pada jaman
sekarang. Membicarakan Natal pertama terlalu
dominan, sehingga kehilangan mengkaitkan dengan masa kini akan “mengurangi”
makna dan arti Natal sesungguhnya yang mampu memberi makna dan arti di setiap
jaman.
Natal di Indonesia
Natal
di Indonesia tentu berbeda makna dan artinya bagi Natal di Negara lain, karena
sekalipun memiliki hakekat yang sama, namun makna dan artinya bisa beragam sesuai
konteks dan pergumulan dalam memaknai Natal
Natal
pertama memiliki tantangan yang berbeda, pada waktu itu untuk membuktikan
kebenaran akan kehadiran Mesias, sosok dan tokoh Yesus terus menerus diuji,
diragukan, dipercaya dengan catatan, dll
Tantangan Natal di Indonesia sudah sangat berbeda dengan tantangan kehadiran Natal pertama (secara tidak sadar
Natal-natal kita membicarakan persoalan Natal Pertama sehingga tidak “dipahami”
makna dan artinya bagi manusia modern, seringkali menjadi kisah yang membosankan,
bukan beritanya yg membosankan tapi cara dan memahami Natal yg tidak
berkorelasi dengan situasi modern yg membosankan), Situasi …Misalnya, al :
Þ
Fatwa MUI
melarang/haram orang muslim memakai atribut agama lain, dengan dasar itu maka
ormas melakukan sweeping terhadap mall2 penggunaan atribut “kristen” ….baik
Kapolri dan MUI mempertegas bahwa fatwa itu bukan bermaksud untuk sweeping tapi
himbauan kepada umat muslim yg mau mengikuti fatwa mui itu, peringatan untuk
tidak memaksa umat muslim menggunakan atribut agama lain..kasus ini seharusnya
dimakna positif bagi orang kristen, supaya kita yang kristen belajar, apa sih yang harus ditampilkan dalam Natal,
jangan-jangan banyak orang kristen sendiri menganggap Sinterklas, Terompet, Pohon natal, salju adalah symbol kristen….sehingga
dunia salah menangkap makna natal yang sesungguhnya!! Salah tangkap karena
Gereja dan sejarah yg “menerima” symbol budaya natal (Barat)…
Þ
Indonesia
sedang dilanda Korupsi, Pertemuan yang dalam skala besar aksi damai yang bisa
menjadi aksi kerusuhan karena ditunggangi pihak lain, 411 & 212; Fatwa MUI,
Persoalan Ahok, Terorisme, Radikalisme, haram symbol agama, bencana Alam….
Dengan situasi Indonesia seperti
diatas, maka apa makna Natal bagi kita di Indonesia, dimana persoalan kebhinekaan,
relasi antar agama, radikalisme menjadi keprihatinan..
Natal dan Gereja
Natal adalah Kehadiran Allah
dalam dunia karena bela rasa akan persoalan besar manusia yakni keberdosaan,
maut. Dunia tidak melihat secara fisik
akan kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus, namun DIA mengutus umatNya untuk
dapat menjadi saksiNya, oleh karena itu kehadiran umat percaya / Gereja dapat
dikatakan sebagai perlambangan kehadiran Allah bagi Dunia.
Apakah Gereja sudah
bertanggungjawab atas tugasnya menjadi “wakil” kehadiran Allah bagi Dunia
? Jika Gereja sebagai komunitas orang
percaya yang seharusnya menjadi teladan / “miniature” komunitas yang
diperbaharui namun bertindak semena-mena, maka sebenarnya Gereja sudah “gagal”
mewakili Natal untuk konteks sekarang ini.
Apa yang disebut “gagal”? Gereja
dalam komunitasnya ternyata terjadi ketidakadilan, diskriminasi, tidak menerima
keragaman, dll maka disinilah Gereja sudah gagal menyatakan Natal kepada dunia
.. L
Teks Natal
Matius 2:1-12
Teks ini seringkali menjadi
teks yang dibacakan dalam ibadah Natal, apa maknanya bagi Natal di Indonesia ?
ada 3 tokoh yang dapat dipelajari, yakni : orang Majus, Herodes dan para imam
kepala dan ahli taurat .
Orang Majus
Orang Majus adalah golongan
ilmuwan, cendikiawan, sampai-sampai konon filsuf yunani plato ingin belajar
dengan mereka. Memang ada anggapan bahwa
keilmuwan mereka bercampur dengan seni tersembunyi misteri, astrologi, ilmu
sihir /okultisme, dll Namun yang dikisahkan Matius adalah mereka yang masih
murni cendikiawan, mereka juga dikatakan adalah imam Zoroastrian di Persia yang
mempunyai kepercayaan berbeda dengan orang yahudi.
Jadi apakah orang majus benar
mencari Mesias ? Kalau mereka adalah
imam Zoroastrian maka tidak mungkin mencari Mesias ( selain tidak paham, juga
tidak ada hubungannya dengan iman mereka).
Yang benar adalah para orang majus ini mencari raja orang Yahudi karena
ada bintang yang khusus yang berdasarkan astronomy adalah menunjuk kelahiran
orang besar /Raja, dan karena daerah orang yahudi, maka mereka beranggapan
bahwa herodes tahu akan hal ini, dan wajar saja sebagai kunjungan mereka
“menyembah” sang raja. Namun konon
menurut kepercayaan Zoroastrianpun ada orang baik yang akan dilahirkan
perempuan perawan (Sosiosh /juruselamat versi Zoroastrian), kisah yang sangat
mirip dengan kehadiran Yesus. Jadi orang
majus memang kemungkinan besar mencari orang baik sesuai iman mereka, atau raja
yang kesemuanya karena orang majus mempunyai keahlian terhadap bentuk dan makna
Bintang
Memang mempelajari orang
majus bisa berbeda, kebanyakan orang bilang mereka adalah 3 orang, tetapi
ternyata tidaklah 3 orang (biasanya berdasarkan persembahan), menurut pandangan
sebelum abad kedua bahkan puluhan orang. Nama-namapun berbeda-beda atas ke3
orang majus ini, yakni dikatakan Gaspar, Melkhior dan Baltazar (tradisi Eropa) ; sedang tradisi Suriah
Larvandad, Hormisdas dan Gustasaf; tradisi Armenia hanya dua nama Kagba dan
Badadilma /baru pada abad ke-enam, namun inipun masih dipertanyakan dalam sejarah.
Ini menunjukkan bukan hanya 3 orang tapi memang banyak orang majus J
Makna Bagi kita
Tokoh orang majus “tidak
paham” bahwa dirinya akan mengalami perjumpaan dengan bayi Yesus, tetapi Allah
sudah merencanakannya, Allah berinisiatif berjumpa dengan orang majus melalui
ILMU dan BUDAYA-nya.
Gereja hari ini tidak boleh
anti terhadap ilmu-ilmu yang dipelajari dalam dunia ini, juga termasuk menerima
masukkan dari hasil penelitian ilmu modern.
Ilmu dan budaya yang baik bisa menjadi ALAT Tuhan dalam menjumpai
umatNya.
Menangani persoalan-persoalan
di Indonesia sangat memerlukan berbagai macam ilmu,pengamatan dan penelitian
yang saling bergandengan tangan untuk mengurai masalah. Ilmu hukum, relasi
antar agama dan pemahaman terhadap terorisme, Politik, Sosial dan budaya semua
diperlukan. Gereja yang adalah “lambang”
kehadiran Natal bagi Dunia seharusnya mendukung penyelesaian situasi pelik di
Indonesia dengan bergandengan bersama dari elemen2 agama lain dan ilmu lain
untuk bekerjasama bagi terciptanya perdamaian dunia
Sekalipun Indonesia dilanda
berbagai macam persoalan, Natal melalui Gerejanya memberi semangat bahwa kita
bisa mengatasi dengan harapan di dalam keadilanNya, hikmatNya, Kasih dan
kebersamaan yang selalu ditawarkan kepada dunia ..
Allah sedang menjumpai
Indonesia di Natal ini, oleh karenanya kita memaknai segala masalah dengan
optimis, terus mengupayakan perdamaian dan Kasih, mendorong segala pengetahuan
untuk mencapai kesepakatan hidup bersama di Indonesia….Jangan lupa melalui ILMU
dan Budaya (situasi kita) ALLAH mampu membisikkan Natalnya hadir di hatimu…
Herodes
Apakah benar Herodes mau
menyembah DIA ? Mendengar berita ada raja orang Yahudi yang baru dilahirkan,
maka terkejutlah ia (beserta seluruh Yerusalem, karena sadar akan tabiat
rajanya jika marah krn ada calon berkuasa lainnya). Seolah-olah Herodes mau mengenal, mau tahu
sehingga mau memanggil dan menyelidiki ….mengumpulkan semua imam kepala dan
ahli taurat bangsa yahudi (ayat 4). Ayat
7,8 dengan diam-diam Herodes bertanya kembali kepada orang majus, bilamana
bintang itu nampak, lalu memerintah pergi dan selidiki dengan seksama, sesudah
menemukan diminta kembali …supaya akupun menyembah DIA ….malaikat bisikkan
kebohongan Herodes atas keinginannya menyembah. Kenapa diam-diam ? karena dia
malu bertanya, dan jangan jangan ada orang tahu dikira ia benar2 mau menyembah
Mesias….
Herodes terkejut, takut,
berbohong, berupaya keras tahu ….semua dilakukan bukan karena menyembahNya,
tetapi sehubungan keterancaman akan KUASA yang dimiliki (raja atas wilayah
yudea,idumea, dan Samaria). Catatan dalam sejarah Herodes agung bahkan membunuh
istrinya sendiri, mertua dan 3 anaknya krn curiga merebut tahtanya (sampai ada
ledekan lebih baik jadi babinya herodes daripada jadi anaknya, herodes tidak
makan babi jadi aman, daripada jadi anaknya). Kekuasaan sangat mendarah daging
dan nafsu dari Herodes agung. Ia menolak kebenaran yang hadir padahal ia
mengetahuinya.
Makna bagi kita
Kekuasaan dan nafsu sangat
membahayakan hidup seseorang, bahkan karena kuasa manusia rela meninggalkan
spiritualnya, meninggalkan iman dan kepedulian terhadap sesama.
Kita sudah melihat di negri
ini karena kuasa maka pejabat sangat rentan untuk korupsi dan melakukan
kejahatan publik. Kekuasaanlah yang
menyebabkan sekelompok orang ingin menjadikan negri ini dibawah kendali dan
keyakinannya (bukankah Radikalisme dan Terorisme adalah semangat berkuaasa dan
merelakan untuk membunuh sesamanya). Berhati-hatilah terhadap segala sikap
ketamakkan, kuasa, dll bisa
menghancurkan diri karena menolak keselamatanNya; menghancurkan sesama dan
negri Indonesia
Imam Kepala dan Ahli Taurat
Ironis sekali jika kita
membaca kembali akan ayat 5,6 para imam kepala dan ahli taurat orang Yahudi dapat
dengan tepat menjawab pertanyaan Herodes, namun mereka sendiri TIDAK TAHU bahwa
NUBUAT itu sedang terjadi !! Bahkan ada kehebohan kelahiran Mesias, mereka
enggan tahu /acuh tak acuh; bahkan kita melihat dalam kisah Injil mereka
MENOLAK SANG MESIAS !!
Makna bagi kita
Banyak pertayaan kita tentang
makna dan arti beragama saat ini di Indonesia, karena demi “keyakinan” malah
memusuhi sesama, membunuh sesama dan melahirkan kebencian dan permusuhan.
Jika kita melihat keagamaan
dari imam kepala dan ahli taurat ( mereka bukan awam tetapi ahli kitab dan
mempunyai kedudukan dalam keagamaan) maka kita bisa melihat cermin keagamaan
yang tanpa makna. Keagamaan dijadikan
sebatas pengetahuan, ritual-ritual, dan budaya saja. Agama yang sejenis begini TIDAK PERNAH
menangkap akan kebenaran (natal) yang sesungguhnya. Tidak berlebihan jika akhirnya pola keagamaan
seperti ini juga DITOLAK oleh Sang Natal.
Gereja sebagai lambang
kehadiranNya bagi dunia (Natal bagi Dunia) seharusnya mengevaluasi kehidupan
spiritualitas yang dihasilkan, apakah melahirkan warga gereja yang mau
menciptakan perdamaian, tanggap kepada kehadiran ALLAH di dalam dunia (bukan
terbatasi tembok gereja saja) , Gereja dengan spiritualitas yang benar akan
berdampak bagi perdamaian dan keadilan bagi DUNIA, karena ALLAH mengasihi DUNIA
dan rela datang kedalam DUNIA untuk menyelamatkannya….mari membangun
spiritualitas yang berdampak nyata..
Natal di Indonesia penuh
tantangan, tetapi jika kami sebagai gerejamu mau belajar akan berbagai ilmu dan
budaya untuk menghadirkan kasihMU, Menghindari kekuasaan dan nafsu yang
menghancurkan sesama dan Mengevaluasi Spiritualitasnya sehingga berdampak bagi
sekelilingnya, maka NATAL menjadi penuh makna bagi Indonesia kita …Merdeka,
Damai sejahtera ALLAH turun atas kita sekalian…
Renungan Natal 2016
Pdt. Agustina Manik, M.Th