Sabtu, 28 Desember 2013

Contribute for Women All over the world




Daftar isi :

Empat Enam, umurku ……………………………...
Ragam Makna Keadilan, by  Mee Fang…………
Perempuan Karir dan Ibu Rumah Tangga:
Berbedakah?  by  Muti Manik…………………………
Bicara dan Berbagi Cerita, “Sifat dan Ciri” Perempuan yang Menarik, by Rita Manik……………………….
Globalisasi , by Rifka Siahaan……………………
How Christian Concept Helps Women to Grow in your Culture, by Miriam Lavarreda…………………...
Melakukan pekerjaan penting, tapi tidak dianggap pribadi yang penting, by Linda Bustan……………
Problema dan Penghalang Perempuan Indonesia untuk Maju, by Nova Manulang……………………..
Pendidikan Adalah Kunci Kemajuan Perempuan, by Novarita…………………………………
Sekilas Perjalanan Perempuan di Indonesia, by Florida Rambu…………………………………………
Women in Poverty, A Cinderella Version at The Caribbean, by Georgina Thompson……………

Kejarlah Mimpi Anda, by Lily Choo………………
Becoming A Christian Woman of Inspiration, by Esther Gunawan………………………………………………
Women in Brazil, by Juliana de Paula Costa…………





My honour to friends whose written something about women on my birthday, all of you is my inspiration to have vision for women grows
always proud have being friend like you are, also my sisters too - Nina


Empat Enam
Apa arti menjadi manusia, Apa makna kehidupan, Apakah aku sudah mencapai makna itu?  Samakah Kehidupan manusia ? Semua waktu dihabiskan dengan role kehidupan manusia yang sama ? Bisa Membosankan !!?
Beruntunglah  aku ketika semua pertanyaan yang menggelisahkan itu memiliki jawabannya sejak aku muda.....tepatnya ketika Sang Pencipta "menemui" diriku, dan menyatakan dari samar-samar dan semakin lama semakin nampak jelas...."inilah panggilan hidupmu...."
Memahami, mempersiapkan dan melatih diri untuk tertuju kepada panggilan hidup  melewati waktu yang panjang….upaya keras, tangis, tawa, senang, susah terus mengiringi perjalanan, bagaimana menjaga supaya panggilan itu tidak ikut arus “makna” kehidupan orang lain…waktu-waktu yang sangat berharga…
Empat Enam
Bukan lagi waktu memahami, mempersiapkan makna kehidupan, bahkan bukan lagi waktu untuk berlatih mencapai makna.....kini waktunya untuk bermakna dan mengasahnya supaya lebih bermakna lagi..lagi...dan lagi.....sampai akhirnya berakhir dengan rasa damai .....

Kehidupan manusia memang tidak mudah,  memiliki dan memaknai panggilan pribadi diantara milyaran manusia yang hidup dengan panggilan masing-masing sangatlah mengherankan…Dapat melewati paruh waktu kehidupan adalah suatu kenikmatan hidup yang perlu dirayakan..
Inilah Hidupku, paruhan lebih dari waktu hidup standard manusia….kuteruskan langkah dengan berani karena DIA selalu ada bersama dan selalu memberi sahabat-sahabat untukku.

Nina Manik

http://www.google.com/imgres?imgurl=
Budaya patriakh menyebabkan Label  Perempuan identik Pekerjaan domestik,  ketika ia dapat mengerjakan pekerjaan lainnya maka dianggap Bukan Perempuan….Pembatasan Karya perempuan !




Perempuan dalam budaya Patriakh
: Label Dan Posisi Lemah dalam Hukum

Ragam Makna Keadilan

Apakah kata keadilan punya berbagai makna bagi berbagai perempuan?
Pertanyaan ini terus mengusik nurani hingga hari ini. Menemui berbagai perempuan dengan berbagai masalah dan cerita, yang mencari keadilan tak kunjung memperjelas makna keadilan yang seadil-adilnya.
Pemicu pergumulan ini dimulai ketika berkenalan dengan seorang perempuan muda yang bercerita tentang dirinya serta meminta dukungan untuk upayanya meminta keadilan. Dia menjadi perempuan simpanan seorang bapak yang sudah berusia dan berharta. Menurut pengakuan sang bapak, sang istri mengijinkannya punya perempuan simpanan karena kondisi kesehatan istri tidak memungkinkan untuk melayani suami dengan baik. Sang perempuan muda bersedia menjadi perempuan simpanan karena menemukan figur seorang ayah serta desakan kebutuhan ekonomi. Lagipula pikirnya, hubungan ini mendapat restu dari istri, meskipun mereka tidak pernah bertemu langsung. Untuk sementara semua merasa mendapat keadilan.
Sang bapak mendapat keadilan dari istrinya karena boleh memiliki perempuan simpanan sebagai imbalan kelemahan istri. Sang istri mendapat keadilan karena suami tidak menceraikannya ataupun menikah lagi sebagai imbalan atas pemberian ijinnya. Sang perempuan muda mendapat keadilan karena mendapat kasih sayang dan nafkah dari sang bapak sebagai imbalan kerelaan menjadi wanita simpanan. Namun sebagaimana semua relasi antar manusia yang mengalami pasang surut, demikian juga dengan kisah ini. Setelah belasan tahun menjalin relasi, tibalah perubahan karena unsur waktu dan usia.
Ketika sang bapak tidak lagi kuat dan berminat menjalin hubungan dekat dengan sang perempuan, dia berniat menghentikan segala jenis hubungan termasuk pemberian nafkah. Tentu saja sang perempuan yang sudah tidak muda lagi, merasa dirugikan. Dia meminta keadilan berupa tunjangan nafkah seterusnya, karena sepertinya sulit baginya untuk mencari pria lain yang mau menjadi suaminya, setelah sekian lama dia berstatus perempuan simpanan. Baginya dia seperti seorang janda yang habis manis sepah dibuang.
Bagi sang bapak keadilan sudah diberikan dengan memberi nafkah cukup bahkan berlimpah bagi sang perempuan. Bersama istri tidak pernah jalan-jalan keluar negeri, sedangkan dengan sang perempuan hampir sudah keliling dunia. Dan sejak dari awal sudah jelas bahwa hubungan ini tidak resmi karena tidak ada ikatan pernikahan. Lagipula saat ini dia sudah lanjut usia dan tidak lagi bekerja. Bagi sang istri sudah jelas bahwa pemutusan pemberian nafkah ini adil, karena uang pesangon besar sudah diberikan. Sekian lamanya dia merelakan suami bersama perempuan simpanan tanpa pernah mengeluh. Sekian lamanya dia membela suami di depan anak-anaknya, ketika mereka protes tentang hubungan di luar nikah ayahnya.
Dalam kisah ini, apa makna keadilan bagi perempuan yang menjadi istri sah ? Apa makna keadilan bagi perempuan yang pernah menjadi simpanan ? Apakah makna keadilan bisa dicari dari segi hukum atau dari segi nurani ? Beberapa teman bahkan rohaniawan yang menjadi tempat curhat tidak seragam dalam memberi nasehat, tentang keadilan yang harus diterima atau diperjuangkan. Pihak keluarga sudah lama membuangnya dari silsilah karena status perempuan simpanan tidak pernah ada dalam kamus keluarga. Bagaimana memperjuangkan keadilan jika kita sendiri tidak jelas makna dan standardnya ??
Kisah ini hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah kaum perempuan yang mengalami pergumulan tentang keadilan. Hampir selalu perempuan yang merasa jadi korban, mencari keadilan menurut standardnya sendiri. Pencarian keadilan dilakukan setelah rangkaian keputusan yang kurang matang di masa lalu. Kita semua adalah manusia yang sering lupa memikirkan keadilan bagi orang lain, namun segera menjerit ketika mengalami ketidak-adilan. Keinginan untuk lepas dari kesulitan masa sekarang, kadang membuat kita lupa resiko kesulitan di masa depan.     
Keadilan harus diperjuangkan untuk semua insan termasuk bagi kaum perempuan. Namun lebih dari itu kita kaum perempuan perlu terus belajar memikirkan makna keadilan dalam setiap keputusan, tidak hanya bagi diri kita tapi bagi semua orang yang terkait. Kita perlu meminta kekuatan Tuhan untuk mampu menahan diri dalam kesulitan, agar tidak menambah masalah baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Kiranya dengan ketabahan maka kebijakan akan datang menuntun kita menemukan jalan. Kiranya makna keadilan bagi kita akan bermakna sama bagi semua orang di sekitar kita.


Pdt. Nyoo Mee Fang M,Th (cand)

Langham, Jakarta

Problema Perempuan Modern: Double burden

Perempuan Karir Dan Perempuan Ibu Rumah Tangga: Berbedakah ??

“ Ibu Rumah Tangga” , sering orang menganngapnya sebagai “status yang biasa-biasa saja dibanding “  wanita karir”. Atau mungkin banyak juga orang tua menginginkan anak perempuannya sesudah dewasa menjadi seorang “wanita karir “, karena mungkin dianggap sesorang perempuan karir lebih dihargai keberadaannya, lebih mandiri, bisa dibanggakan oleh anak-anaknya kelak, dianggap tidak ketinggalan zaman..., dll

Sebagai seorang Ibu rumah tangga yang juga berkarir, saya punya pandangan sendiri atau banyak dari teman-teman saya yang juga ibu rumah tangga yang bekerja sependapat bahwa : Baik sebagai Ibu  rumah tangga yang bekerja atau  ibu rumah tangga yang tidak bekerja mempunyai tanggung jawab dan beban yang sama.

Tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga secara garis besar  : Pertama, "penolong" suami dalam menjalankan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga ( sebagai tulang rusuk , menopang agar suami dapat menjalankan tanggung jawabnya sesuai tugas yang diberikan Bapa kepada seorang Kepala keluarga ), seperti nabi Musa sebagai seorang pemimpin juga selalu perlu ditopang oleh orang lain, bangsa Israel. Menurut saya ini sangat penting dan yang terutama bagi tugas seorang istri, apalagi di zaman modern seperti sekarang ini , dimana teknologi sudah semakin canggih, iblis mau menggoyahkan setiap keluarga dengan berbagai cara, agar setiap keluarga Kristen hancur. Kurangnya komunikasi antara suami istri oleh
karena kesibukan masing-masing, apalagi bagi pasangan yg tempat bekerjanya saling jauh/ atau bahkan harus berpisah sementara waktu, hanya bertemu seminggu sekali, sebulan atau bahkan ada yg lebih dari 3 bulan sekali merupakan tantangan yg tdk boleh diabaikan. Komunikasi harus tetap dipertahankan atau bahkan yang utama. Komunikasi antara suami istri dan kemudian komunikasi dengan anak-anak. Menurut saya komunikasi yang paling efektif adalah : berdoa bersama, membaca dan merenungkan Firman Tuhan bersama, memuji Tuhan dan saling “share” berbagi pengalaman. Hal ini sudah ditanamkan waktu saya masih kecil oleh kedua orang tua saya dan sangat membekas sampai sekarang, dan sampai sekarangpun saya menerapkannya dengan suami dan anak saya setiap malam. Doa bersama ibarat tiang-tiang yang mengokohkan suatu bangunan dan Firman Tuhan adalah landasannya. Atap rumah ibarat tujuan/ keberhasilan yang ingin dicapai keluarga. Sedang dinding dinding rumah ibarat mezbah keluarga yang senantiasa harus kuat dan saling melekat.

Tanggung jawab yang kedua adalah mendidik anak. Mendidik anak baik secara mental/rohani,termasuk memperhatikan kebutuhan yang diperlukan utk pertumbuhannya sebaiknya dimulai sejak anak dalam kandungan. Banyak teori yang disajikan demi pertumbuhan maksimal si buah hati. Dalam hal ini yang diperlukan adalah hikmat dalam memilih dari sekian banyak yang ditawarkan. Sekali lagi diperlukan hikmat Tuhan dan doa yg tidak putus-putusnya dari orang tua. Dulu saya beranggapan bahwa perhatian penuh hanya dibutuhkan pada saat balita ( karena pada umur ini sianak belum mengerti apa-apa ), ternyata semakin anak besar, justru semakin perlu perhatian karena mulai mengerti dan ingin tahu, apa saja yang terjadi disekitarnya. Tanpa pengarahan yg benar maka akan merusak pertumbuhan si anak. Disini peran orang tua, guru sekolah minggu dan guru di sekolah sangat penting. Setiap hari adalah waktu yg sangat berharga bagi pembentukan si anak. Oleh sebab itu saya selalu berusaha agar anak bisa mengikuti kegiatannya tanpa absent ( baik ke sekolah ataupun sekolah minggu, atau kursus lainnya yang berguna ). Suami-istri harus kompak, seide dan seirama satu visi dalam mendidik anak, dan tidak lain yang diperlukan adalah hikmat dan persekutuan yg erat dengan Tuhan.
        Ada juga yang tidak tertulis tetapi tetap menjadi tanggung jawab seorang Ibu rumah tangga adalah memperhatikan orang-orang yang tinggal di dalam satu rumah mis : asistent rumah tangga atau saudara/i yang mungkin tinggal bersama. Mereka ada di rumah kita , karena kita memerlukan keberadaan mereka dirumah atau mungkin juga karena mereka mempunyai keperluan khusus. Apapun alasannya kita wajib memperlakukan mereka dengan baik agar mereka juga nyaman tinggal di rumah kita. Kita bersyukur karena Tuhan mempercayakan mereka bagi kita, sehingga kitapun punya tanggung jawab bukan hanya kesehatan jasmani , tetapi perkembangan jiwa/ rohaninya. Ini bukan hal yang mudah , kadang memerlukan pengorbanan ,tetapi yakinlah kalau Tuhan mengirim mereka untuk kita, berarti Tuhan sudah mempersiapkan kita utk sanggup, asal kita bersandar padaNya.

Sebagai seorang ibu yang bekerja terkadang saya membandingkan dengan ibu rumah tangga yang di rumah..., alangkah enaknya mereka..., bisa selalu bercengkrama dengan anak, mengatur rumah tangga , sedikit santai.. karena sepanjang hari dirumah. Tetapi, apabila saya cermati lagi, misalkan pada saat libur.., dimana sepanjang hari saya dirumah..ternyata rasanya belum tentu saya dapat melakukan tugas-tugas di rumah, sebaik yang bisa saya kerjakan di tempat kerja. Sebaliknya mungkin ada juga ibu rumah tangga yang sehari-hari harus di rumah mengurus rumah tangga merasa akan lebih menyenangkan apabila ia berkarir , karena dapat menyalurkan kebolehannya di bidang tertentu yang ia kuasai, mempunyai pergaulan yang luas, punya penghasilan sendiri, dapat bepergian...Tetapi mungkin belum tentu yang ia bayangkan terealisasi pada saat ia bekerja.Yang bisa saya simpulkan disini bahwa : sebagai perempuan yang Allah ciptakan. Tuhan mempunyai rencana yang begituu indah untuk setiap kita. Sebagai apapun kita ditempatkan ; sebagai ibu rumah tangga, sebagai seorang perempuan karir.., sebagai perempuan lajang,..seorang perempuan pemimpin..., semuanya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia. Tanpa karya kita..,kerja keras kita..,pengorbanan kita...mereka yang ada disekitar kita mungkin belum tentu bisa merasakan kebahagiaan yang seharusnya mereka rasakan. Untuk itulah Tuhan ciptakan kita kita..perempuan  yang unik. Masing-masing kita bisa berbeda.., tapi yang jelas disekitar kita banyak jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kehadiran kita..., kelembutan kita...sentuhan kita , baik itu suami, anak, orang tua, mertua, sahabat, saudara, tetangga.., saudara seiman.., jemaat, pembantu rumah tangga ..siapa pun dia, semuanya membutuhkan uluran tangan kita..uluran tangan perempuan..langsung atau tidak langsung.

Akhir kata saya ucapkan : Berbahagialah kita..kaum perempuan, Allah ciptakan begitu unik, berharga, setara dengan kaum pria yang adalah gambar dan rupa Allah. Bangga kita kaum perempuan yang Allah ciptakan begitu luar biasa...Rendah hatilah kita kaum perempuan karena Allah ciptakan pada tempat yang mulia: penolong yang sepadan/ setara yang setia, pengurus yang apik , penyemangat, penyayang..dan mungkin masih banyak yang tidak terkatakan...saking luasnya yang dapat dilakukan oleh seorang perempuan yang berharga dalam ciptaanNya. Tuhanlah sumber kekuatan kita.
Dear De Noy, auntie Nina yang baik “happy Birthday yaa” kiranya sukacitaNYA yang tanpa batas selalu melimpah…sukses dan happy selalu, panjang umur dan sehat senantiasa, menjadi saluran berkatNya dimanapun berada. Menjadi perempuan yang bijak, lemah lembut dan senantiasa menurut kehendakNya..






  
Ir. Resdiana (Muthi) Manik (Product development Manager Indofood)

Purwakarta 19 Juli 2013


Stereotype Karakter Perempuan

Bicara Dan Berbagi Cerita, "sifat dan ciri"  Perempuan yang Menarik

Perempuan katanya lebih verbal, perempuan bicara 20.000 kata/hari sementara pria hanya 7000 kata/hari, belum lagi menurut pengamatan wanita bicara 2 kali lebih cepat daripada pria.  Perempuan memang senang berbagi perasaan dan membicarakan apa saja. Kumpul dengan teman perempuan, waktu bisa habis hanya untuk ngobrol dan topiknya bisa beragam dan berpindah pindah dengan sangat halus.
Teman-teman SMA ... bayangkanlah mereka adalah bagian dari hidup saya 30 tahun yang lalu.  Mereka seperti tiba-tiba saja muncul dan menari nari kembali dalam hidup saya. Takjub melihat tawanya bahkan wajahnya seperti sama saja dengan jaman tahun 70an. Tidak persis tahu darimana ide mereka muncul ketika empat teman wanita dari bayangan 30 tahun lalu: riri, Jani, Ui dan Rini mengatakan akan berkunjung ke Lampung tempat saya tinggal sekarang. Berhari-hari saya tegang membayangkan hari-hari kedatangan mereka, apakah kami masih akan bicara dalam bahasa yang sama?
Saya bukan remaja SMA yang gaul; cenderung serius dan sangat kuatir kalau-kalau saya tidak naik kelas dan tidak mampu masuk perguruan tinggi. Karena itu semua hura-hura khas SMA tidak masuk dalam catatan hidup saya. Dan...sekarang ini mereka di depan mata saya di Bandara Raden Inten 2 Bandar Lampung. Ternyata kami langsung kembali akrab seperti tak pernah terpisah.  Apa yang menyebabkan begitu mudah cair kembali? Ngobrol.
Dibandingkan kegiatan makan dan belanja, kegiatan ngobrol lah yang paling menjadi momen indah dari pertemuan ini.  Kami menginap di sebuah resort di pantai Kalianda, Lampung Selatan dan menghabiskan 2 malam tidur larut hanya untuk ngobrol. Kami cerita tentang keadaan teman-teman sekarang, siapa pasangannya, berapa anaknya, apa kerjanya dan tentu saja disertai beragam komentar sambung menyambung.  Kami juga tertawa untuk lelucon remeh temeh yang barangkali tidak ada isi yang berbobot, tapi tawa kami bisa memecah keheningan malam di tepi pantai Kalianda itu.
Saya masih punya banyak pengalaman lain dalam hal ngobrol dengan teman perempuan: dengan Detty di kedai kopi kampus UI selama lebih dari empat jam bercerita tentang tantangan dunia kerja wanita, dengan Katrin dan Diana di Citos yang terpotong karena hari sudah malam dan saya masih harus naik taksi untuk jarak yang jauh, kami bicara soal bagaimana mereka membesarkan anak khususnya pendidikan mereka; dengan Ida baik bertemu maupun lewat telfon bicara tentang bagaimana mengurus lembaga pendidikan yang kami pimpin, karena dia adalah sekretaris saya dengan Endang sampai mata terpejam ngantuk dan banyak lagi. Bahkan dengan yang baru bertemu dan ditempatkan dalam satu kamar hotel dalam kegiatan seminar atau pelatihan saya bisa ngobrol sampai terlelap.
Barangkali kegiatan ngobrol para perempuan sering diberi konotasi negatif dengan istilah ngegosip atau ngerumpi. Dalam kamus, gossip berarti pembicaraan yang sia-sia tentang urusan pribadi orang lain. Memang kadang kita membicarakan orang lain dan sulit untuk tidak menambahkan pendapat pribadi –disampaikan dengan positif atau negatif- atas fakta yang menjadi sumber obrolan.  Dari pengalaman saya, bergosip tidak bertahan lama dalam obrolan yang sehat; obrolan yang memuaskan adalah ketika kita berbagi perasaan dan tentu berharap mendapat reaksi sebagai tanda peduli dari lawan bicara, dan berganti peran antara menjadi pembicara dan pendengar.  Obrolan sehat juga berisi tawa termasuk menertawakan pengalaman pribadi atau kebodohan-kebodohan lain yang pernah dilakukan.
Sementara, secara positif ngobrol diberi label sharring atau curhat dan ini membuat perempuan melepaskan ketegangan, menenangkan perasaan moody yang sering tidak jelas sumbernya atau sekedar ekspresi saja, mengisi waktu. 
Kadalah perempuan adalah mahluk yang sangat butuh orang lain, maka sharring perasaan menjadi sarana yang baik supaya kita tidak jatuh pada perasaan down, depressi atau bahkan akhirnya tidak bisa mengontrol emosi kita.  Ada seorang ibu teman saya yang kehilangan anak laki2nya karena kanker paru-paru.  Dia sangat terpukul dan terus menangis.  Saya tentu saja tidak bisa menolong masalahnya karena anaknya pasti tak akan hidup lagi, tetapi sangat menolong ketika saya hanya duduk disebelahnya, mengelus punggungnya dan membiarkan dia berbicara tentang kesedihannya.  Saya yakin hal itu menolong, karena hari hari berikutnya dia bertahan dan bisa dengan baik menceritakan isi hatinya dan mulai mau ikut dalam kegiatan-kegiatan.
Melalui sebuah team pelayanan yang kami sebut sebagai Team Sumatra, saya berkesempatan mengikuti Mission Trip mengunjungi gereja-gereja dalam denominasi kami di Sumatra.  Saya selalu mengambil kesempatan itu untuk mengobrol dengan para istri pendeta, mendengarkan pengalaman mereka, mendorong semangat mereka tetapi juga obrolan ringan yang disertai tawa juga.  Bukan hanya mereka dikuatkan dan merasa punya teman, saya juga merasa senang dan jadi tahu menghargai pelayanan dan kerja orang lain.  Mungkin gereja dan pelayanan mereka sederhana, tetapi ketahanan dan kesabaran mereka berada di tempat yang jauh menciptakan suatu kekaguman juga di hati saya.
Saya juga mengambil kesempatan ngobrol dengan rekan kerja sebagai sesama dosen.  Kadang rasanya kejengkelan terhadap mahasiswa karena ketidakseriusan mereka dalam belajar dan akhirnya nilai-nilai mereka yang jelek ditambah lagi kejengkelan terhadap administrasi kampus yang rasanya tidal memihak pada dosen membuat pikiran sumpek. Kesempatan ngobrol di jam makan siang atau disela-sela pergantian mengajar menolong menurunkan stress dan menciptakan keakraban juga diantara kami.  Harus saya akui bahwa rasa berkawan itu yang membuat rindu pada tempat kerja dibanding berfikir soal gaji, pangkat atau prestasi lainnya.
Dari semua itu saya memasukkan ngobrol sebagai senjata menikmati hidup, memberi warna dalam rutinitas, membuat hari-hari panjang terlewati dan akhirnya juga menopang banyak tanggung jawab dan pekerjaan dalam hidup saya. 
Kalau perempuan dikonotasikan sebagai mahluk lemah, Tuhan punya cara yang baik untuk menjadikan perempuan kuat yaitu dengan saling berbagi perasaan. Teman-teman perempuan adalah sumberdaya yang jangan diabaikan, mereka diberikan Tuhan untuk membuat kita kuat. Bahwa perempuan suka bicara juga adalah metode yang Tuhan buat untuk kekuatan itu; kalau kita menggunakan bicara dengan teman sebagai saluran emosi yang baik maka di dalam rumah kita tidak perlu jadi pribadi yang menyebalkan karena cerewet dan tukang ngomel.


 Happy Birtday for my sweet little sister, dengan dia saya juga suka ngobrol panjang lebar dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup sehingga kami berdua efektif dalam hidup dan panggilan masing-masing.


Tumiar Katarina (Rita) Manik, P.hd

 (sekretaris program pasca sarjana agronomi fak. Pertanian)
Dosen UNILA, Lampung



Perempuan Dan  Budaya Patriakh di Jaman Modern

G L O B A L I S A S I

Apa itu globalisasi? Menurut kamus bahasa inggris kata globalisasi berasal dari akar kata global (globe) yang berarti dunia yang bulat atau dunia yang luas. Malcolm Walters sosiolog dari Australia mengatakan bahwa kata globalisasi memiliki arti yang jauh lebih luas dari apa yang didefinisikan oleh kamus. Dalam bukunya Globalization, Walters memberikan definisi bahwa globalisasi adalah sebuah proses baik secara geografi, ekonomi dan politik saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Lebih lanjut Walters menekankan, konsep dari globalisasi ini adalah perluasan budaya barat dan menciptakan masyarakat kapitalis. Ada kekuatan yang berlangsung diluar control manusia yang mengubah dunia ini. Globalisasi merupakan perluasan budaya Eropa yang memiliki kaitannya dengan kapitalis dengan memakai jalur politik dan budaya. Menurutnya bahwa kapitalis ini dibungkus dengan apa yang disebut modernisasi. Selanjutnya Walters mengklasifikasikan globalisasi ini ke dalam 3 sektor : ekonomi, tatanan administrasi/aturan, budaya.
Thomas Freidman memberikan definisi bahwa globalisasi adalah dunia yang menyatu yang diikat dalam sebuah pasar bebas. Kalau dahulu manusia terpisah oleh benua, budaya, politik, bahasa tetapi dalam era globalisasi dunia diikat ke dalam sebuah system yang disebut pasar (market place). Globalisasi menurut Friedman tidak hanya sekadar sebuah ekonomi tren, tetapi lebih menunjuk pada sebuah kekuatan system, yaitu sebuah system international. Lewat system itu dunia diikat menjadi satu. Apakah itu perusahaan kelompok, pribadi atau Negara. Diikat ke dalam sebuah system dengan nama jaringan (web). Freidman setuju dengan apa yang dikatakan oleh Walters bahwa era globalisasi ini adalah perkembangan free market atau pasar bebas dengan system kapitalis ke dalam setiap Negara di dunia ini. Tetapi ia lebih menekankan pengaruh Amerika di dalam era globalisasi. Ada ekspansi budaya barat ke seluruh dunia tetapi ia menggarisbawahi bahwa semuanya di bawah kekuasaan Amerika. Karena Amerika merupakan Negara yang super power. Dengan kata lain Freidman mengatakan, globalisasi adalah identik dengan Amerikanisasi. Negara-negara lain di dunia ini dianggap sebagai Negara yang subordinate yang dibawah kekuasaan Amerika. Amerika ingin mengembangkan apa yang disebut demokrasi ala Amerika di Midle East, di Asia ataupun di Eropa dan keseluruh dunia.
Sistem ekonomi dunia dibuat sedemikian rupa agar mengikuti keinginan Amerika. Perdagangan dunia harus mengikuti peraturan Amerika. Sehingga terjadilah Negara-negara yang disebut under development countries atau Negara sedang berkembang atau Negara yang terbelakang akan menjadi sangat tergantung pada Amerika baik dari segi ekonomi dan politik.
Apa artinya bagi kehidupan masyarakat dunia, bagi Indonesia atau bagi perempuan Batak secara khusus?
Jurang antara yang kaya dan miskin akan semakin dalam. Hanya orang yang punya capital dalam hal uang yang akan mendominasi ekonomi local di kampong, di desa, di kota, di tingkat nasional maupun international. Ekonomi dunia atau pasar dunia diatur oleh segelintir orang kaya. Apakah ada di Eropa, Amerika atau Asia itu tidak penting karena segala sesuatu yang mengatur perpindahan uang atau pasar modal atau perdagangan itu adalah sebuah system international yang canggih dan lewat teknologi canggih yang disebut computer, miniaturization, digital, satelit, internet, komunikasi dan sebagainya.
Sejak kapan Globalisasi itu ? Walters membagi globalisasi ke dalam 3 masa : Pertama, Globalisasi sudah ada sejak permulaan sejarah manusia yang kemudian berkembang dari waktu ke waktu. Kedua, globalisasi terjadi pada masa revolusi industry dan ekspansi dari eropa ke seluruh dunia melalui penjajahan. Ketiga, adalah masa kini yang disebut pasca industrialisasi. Freidman membagi globalisasi ke dalam 2 ronde : Pertama, globalisasi terjadi sebelum perang dunia I. Pada masa itu ekonomi dimonopoli Inggris yang menguasai secara global. Dimasa itu juga migrasi terjadi secara besar-besaran dari satu benua ke benua yang lain tanpa memakai visa.  Kedua, globalisasi terjadi setelah berakhirnya perang dunia II yaitu setelah jatuhnya tembok Berlin.

Perempuan sebagai Konsumer

Pengaruh iklan dan media komunikasi punya peranan penting dalam membentuk karakter budaya manusia. Media merupakan alat yang dipakai untuk promosi produk-produk baru. Tentu saja target konsumen untuk semua masyarakat, tetapi yang terbesar adalah untuk para ibu atau wanita muda. Kebutuhan uang atau materi menjadi sangat vital di era globalisasi ini. Dengan memiliki uang, perempuan dapat membeli barang-barang yang bagus yang dipajang di supermarket atau iklan TV. Apa yang harus kita lakukan? Sangat dibutuhkan di era globalisasi ini kata kuncinya adalah pendidikan. Ada 3 sektor pendidikan yaitu : Pendidikan masyarakat, pendidikan orangtua dan pendidikan perempuan.

Pendidikan Masyarakat

Pendidikan kesadaran media. Media bagi masyarakat bertujuan untuk mendidik masyarakat agar lebih kritis dalam melihat tayangan yang ada. Tidak hanya iklan tapi film-film kekerasan dan pornografi akan merusak kehidupan masyarakat. Masyarakat harus dididik untuk menjaga lingkungan. Lingkungan dan manusia harus memiliki keseimbangan serta relasi saling memberi dan memelihara. Penebangan liar, perusakan hutan, pencemaran udara, penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan akan merusak kehidupan manusia masa kini dan masa mendatang. Para pemodal kadang tidak perduli sehingga menebang pohon yang belum layak ditebang yang mengakibatkan banjir. Masyarakat perlu dididik untuk menghargai budaya setempat.
Pemerintah perlu membangun kelompok baca atau perpustakaan umum di kota sampai ke desa, sehingga waktu senggang dapat dipergunakan untuk belajar. Dengan membaca buku dapat mencerdaskan wawasan ketimbang mengunjungi Mall, berjudi atau minuman keras. Pemerintah harus menegakkan kembali nilai-nilai budaya yang ada. Agar generasi muda mencintai budayanya. Mendidik orangtua untuk memberikan prioritas pada pendidikan anak. Terjadinya tracficking perempuan di seluruh dunia disebabkan oleh 2 hal yaitu : kebodohan dan kesulitan ekonomi.

Pentingnya pendidikan Perempuan

Perempuan menjadi target dari media TV, ataupun iklan yang ditayangkan. Apakah itu berkaitan dengan peralatan rumah tangga, kecantikan, sampai pada program melangsingkan badan. Perempuan merupakan pengunjung terbanyak di supermarket atau mall. Selain karena perempuan mengatur dan mengurus kebutuhan rumah tangga tetapi juga menjadi konsumen untuk dirinya. Perempuan adalah penyambung generasi penerus. Mendidik perempuan berarti kita mendidik generasi. Selalu perempuan menjadi victim atau berada pada posisi yang lemah. Seorang perempuan yang terobsesi dengan uang dan tanpa harus bekerja akan mampu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral dan agama. Perempuan perlu dididik agar tidak akan menjadi consumer saja tetapi dapat menghasilkan sesuatu lewat ketrampilan yang dimiliki.  Agar perempuan tidak dijadikan objek maka pendidikan dan sarana untuk perempuan perlu disiapkan apakah melalui PKK, Keluarga Berencana atau program-program yang berpusat pada pemberdayaan perempuan.

Pendidikan Moral dan Agama

Pendidikan agama memegang peranan penting di era globalisasi ini. Agama mengajarkan nilai sebuah kehidupan. Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kerangka membentuk mental dan karakter manusia. Agama memiliki peranan penting untuk dapat mendidik umat agar mampu bertahan dan mampu membedakan mana yang baik dan yang tidak baik.

Kesimpulan

Sebagai mahluk sosial, suka atau tidak suka kita berada di era globalisasi. Globalisasi memberikan kemajuan yang besar di bidang teknologi. Sampai ke pelosok desa orang dapat berkomunikasi lewat telp genggam. Listrik masuk desa, TV dan Koran menyebar ke daerah terpencil. Penemuan baru di bidang kesehatan menolong meningkatkan kehidupan manusia. Setiap orang menginginkan kehidupan yang baik dan mudah. Tidak mau ketinggalan zaman. Bahaya yang dapat terjadi di era globalisasi, pasar bebas, kapitalis tidak hanya merusak lingkungan alam, tetapi merusak manusia. Manusia di dorong untuk menjadi mahkluk yang konsumtif. Target yang empuk adalah perempuan. Karena mengkonsumsikan sebagian besar produk tersebut.  Untuk itu perlu diberikan pendidikan yang penting bagi perempuan sehingga dengan era globalisasi kemajuan perempuan di segala bidang dapat dirasakan. Dengan kemajuan internet, computer, buku-buku akan dapat memudahkan perempuan mampu sejajar dengan pria. Sehingga perempuan yang selama ini dianggap lemah dapat menunjukkan kehebatan dan menjadi pemimpin baik di kantor maupun di pemerintahan. Hambatan kemajuan perempuan adalah bila tidak memanfaatkan kemajuan pendidikan yang ada sehingga mudah digoyahkan oleh berbagai arus negative yang ada.
Bangsa Indonesia memiliki latar belakang budaya yang kaya. Berbagai suku hidup di Indonesia. Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempunyai cirri khas dan kekayaan budayanya yang unik. Perempuan Batak di kenal sebagai orang yang memiliki rasa percaya diri yang kuat, ingin maju, setia, pekerja keras, berani, mudah bergaul. Hal-hal yang menjadi cirri khas tersebut melekat di dalam diri perempuan Batak. Dengan ciri khas tersebut sesungguhnya membawa perempuan batak pada tempat yang layak untuk dibanggakan, namun ketika cirri khas tersebut tidak di lengkapi dengan pendidikan maka kedudukan perempuan batak tidak akan pernah terlihat di panggung kehidupan manapun. Dia akan tetap menempati posisi terendah.
Suku bangsa Batak yang dahulu mengunggulkan kaum pria mengingat sebagai pembawa marga serta menganggap kaum perempuan sebagai orang kedua tidak lagi dirasakan saat ini. Kesejajaran sudah mulai dirasakan di setiap keluarga sehingga perempuan juga telah ditempatkan sebagai kaum yang penting. Perempuan Batak telah banyak menikmati pendidikan sampai jenjang yang tinggi, bahkan menempati kedudukan yang tinggi di pemerintahan, kantor-kantor.
Era globalisasi haruslah dimanfaatkan untuk kemajuan dan harkat martabat perempuan batak dimanapun, kemajuan menjadi terhambat bila tidak dimanfaatkan sesuai dengan cirri khas yang ada dalam diri perempuan batak.  Bila hal itu terjadi maka perempuan batak akan tetap diperdaya oleh kemajuan zaman seperti konsumerisme, tracficking dll.


Dra.Rifka Herawati Siahaan, MM
Perwakilan LAI, Menado



Perubahan Budaya

HOW CHRISTIAN CONCEPT HELPS WOMEN TO GROW IN YOUR CULTURE?

This topic is very interesting because of what a few years ago, the role of women was subordinated to the interests of the man, first when she was a daughter the father wanted and decided about her, then as a wife the husband take control of her and everything around her life, so women left the paternal home to form his own home, without take her own decisions, most of the time just outputs of childhood. The religious context in Guatemala has been the Catholic Roman, until the year 1,882 with the arrival of the Gospel through Presbyterian missionaries, since then began to generate a change in the hearts of the people and this also reached the women, knowing that their role is to be the suitable helper they have worked at the side of their husbands, for having a stable home for the integral formation of their children.
Here is a clear example of a very prosperous, indigenous population by growing the vegetables, but by the lack of spiritual direction and of a serious commitment to the Lord Jesus Christ, they did not take advantage of that prosperity and population were mostly alcoholic people, both men and women were addicted to intoxicating drinks, was very common after a day of market, having sold all their products, find a couples of husband and wife lying in public street, with their little children sitting on par with them hoping that parents passed them the drunkenness that deal with them.  They were very sad and disturbing scenes at the same time by poverty, malnutrition, and poor education of the inhabitants. However, thanks to the powerful work of the Holy Spirit, that changed, little by little the Gospel were introduced in the community, most Christian churches, were to the extent that many were separated by a street, to spread the message of salvation for those souls.
Now, walk through those streets where were those images so depressing, we can watch clean houses and well arranged, simple look but with signs of prosperity, each one with a truck that allows them to bring their vegetables to where are well paid, without relying on an intermediary who paid little, just to cover their minimum needs. We can see that not only are spiritual wealth of the place, it is also the material wealth, arguably that not only for the work of men but women.  This is a population that has received the grace of God and has gone forward and that also women are the engine of the home.
In large cities the contribution that Christian women have made to the community, has also been many of them to become widows because of crime that has killed their husbands, have taken the direction of his home, instructing their children in the way of truth, separating them from the same crime that robbed his father, taking them to church and sowing them the example of a life blessed by God.
Of course there are many who still do not know the Lord Jesus and they are a challenge for Christians, to bring the message of salvation, not only with words but especially by the example.
For agustina , I've been asked to participate in this project ..


Miriam Lavarreda
(Administrator
First Presbyterian Church)


Guatemala City, Guatemala C. A.

Pemahaman Penciptaan Perempuan

MELAKUKAN PEKERJAAN PENTING,
TAPI TIDAK DIANGGAP PRIBADI YANG PENTING


Selama beberapa tahun terakhir ini, ketika saya berkesempatan untuk berbicara tentang gender, baik di dalam seminar, khotbah, mengajar,  percakapan sehari-hari dengan teman,  ada 3 pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka. Tiga pertanyaan tersebut adalah: (1) kapan Allah mulai merencanakan menciptakan Hawa? Apakah sebelum Allah menciptakan Adam atau sesudah Allah menciptakannya? (2) Di mana Adam ketika Hawa bercakap-cakap dengan ular yang mengakibatkan dia berdosa? (3) Ketika Allah memberikan perintah jangan makan buah pengetahuan baik dan jahat, apakah perintah itu diberikan kepada Adam atau kepada Adam dan Hawa?

Jawaban yang saya dapatkan,  membuat saya terkejut. Hampir semua kalangan, baik yang tidak punya pengalaman belajar teologi maupun dalam level yang sudah menjadi pengajar teologi, memberikan jawaban yang hampir sama. Jawaban yang hanya mengulang apa yang secara umum dipahami orang, tapi bukan sesuai dengan ayat Alkitab. Jawaban yang mendukung patriakal, tapi bukan jawaban yang Alkitabiah.

Pertanyaan pertama dijawab oleh mereka, bahwa  Allah mulai merencanakan menciptakan Hawa setelah Adam diciptakan. Allah merencanakan menciptakan Hawa, karena melihat tidak baik Adam sendirian. Dasar ayat yang digunakan terdapat di Kejadian 2: 18 - TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."  Kesimpulannya, Hawa diciptakan untuk Adam. Dengan kata lain, keberadaan perempuan untuk laki-laki.  Keberhasilan seseorang dalam hidup adalah menggenapi tujuan mengapa dia ada. Jika tujuan perempuan adalah untuk laki-laki, maka perempuan baru disebut berhasil jika dia berperan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi laki-laki.  Keberhasilan perempuan diukur dari peranannya terhadap laki-laki.

Untuk pertanyaan kedua, dijawab bahwa Adam tidur.  Jadi Adam tidak tahu percakapan antara Hawa dan ular.  Dosa yang dibuat oleh Hawa, tidak diketahui oleh Adam yang tertidur.  Ketika Hawa memberikan buah terlarang itu,  Adam menerima karena dibujuk oleh Hawa. Pendapat lain, Adam makan buah itu karena kasihnya kepada Hawa.  Pertanyaan ketiga dijawab bahwa Allah memberikan perintah larangan makan buah kepada Adam dan Hawa.
Lalu bagaimana jawaban yang sesuai dengan Alkitab?
Allah mulai merencanakan menciptakan Hawa bersamaan dengan ketika Allah merencanakan menciptakan Adam. Jawaban didasarkan kepada Kejadian 1:26-27, bukan 2:18.  Allah merencanakan menciptakan manusia – laki-laki dan perempuan. Sejak semula Allah sudah merencanakan manusia itu sepasang, dengan amanat yang sama diberikan kepada mereka (Kej. 1:28).  Dasar Alkitab ini akan memberikan pencerahan, bahwa manusia – laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah, bersama-sama melaksanakan amanat dari Allah dan bagi kemuliaan Allah. Tujuan manusia – laki-laki dan perempuan adalah untuk Allah. Jadi keberadaan perempuan pun adalah untuk Allah, bukan untuk laki-laki. 

Ketika Hawa bercakap-cakap dengan ular, Alkitab mencatat, Adam ada bersama-sama dengan dia (Kej. 3:6).  Seharusnya, percakapan itu juga didengar oleh Adam.  Perintah jangan makan buah pengetahuan baik dan jahat itu diberikan kepada Adam saja, karena pada waktu itu Hawa belum diciptakan. (Kej. 2: 16-17). Jadi, ketika ular memanipulasi perintah Allah, maka seharusnya Adam yang mendengar langsung perintah tersebut dapat memberikan sanggahan atau paling tidak memberikan komentar supaya mereka tidak terlarut dalam alur berpikir yang dikondisikan oleh ular.  Namun, Adam hanya diam, “the silence of Adam.” 
Mengapa Adam diam? Ada kemungkinan, sebenarnya Adam juga tertarik dengan percakapan itu dan ingin tahu “kebenaran” dari perkataan ular tentang akibat makan buah terlarang itu.  Oleh sebab itu, ketika Hawa memberi buah itu, Adam langsung menerima tanpa bantahan.  Adam punya andil dalam kejatuhan manusia, karena dia yang tahu kebenaran, tidak melakukan apapun untuk menghalangi  kejatuhan mereka dalam dosa.  Paling fatal, adalah ketika mereka berdua lebih percaya perkataan ular daripada perkataan Allah.
Pola pikir yang menempatkan perempuan sebagai pribadi yang diciptakan untuk  laki-laki dan menitikberatkan (baca: menyalahkan) peran  Hawa dalam kejatuhan manusia, hal ini dapat dikatakan "embrio" terhadap pandangan kepada perempuan, dampak baik langsung atau tidak langsung membuat perempuan mengalami kekerasan dalam berbagai bidang kehidupan.  Pandangan ini juga bisa menjadikan sekalipun perempuan melakukan tugas yang penting, tapi tidak diperhitungkan.    Atau perempuan dianggap melakukan hal yang memang seharusnya dilakukan, jadi  tidak perlu dihargai, karena memang perannya adalah penolong.  Perempuan jarang ditempatkan sebagai pribadi yang penting sekalipun sudah melakukan pekerjaan yang penting.  Oleh sebab itu, memahami perempuan dalam konteks  rencana awal penciptaan akan menolong membentuk gambar diri perempuan, sehingga perempuan dan laki-laki dapat berfungsi saling melengkapi, menolong, untuk melaksanakan amanat Allah dan menggenapi tujuan penciptaan dari Allah.


Artikel ini ditulis sebagai dukungan untuk Agustina Manik yang sudah melayani dengan setia kepada para perempuan. Juga sebagai rasa syukur baginya yang berulang tahun pada tanggal 6 Agustus ini.
Selamat ulang tahun, Noy....


Linda bustan, M.Div
Dosen UK Petra
(Etika, Leadership, Gender)


Surabaya, 23 Juli 2013



Budaya Patriakh, Problema Perempuan

Problema dan Penghalang
Perempuan Indonesia untuk Maju

Apa yang menjadi penghalang perempuan di Indonesia untuk maju? Pertanyaan ini merupakan hal yang patut dipikirkan mengingat kemajuan kaum perempuan yang masih belum begitu maksimal di negeri ini. Menurut Putri K.Wardhani (sumber: Gita Ramadian – Okezone), Presiden Director PT. Mustika Ratu Tbk dalam Forum Dialog Hipmi Sesi XIII "Mahakarya Kartini: Dedikasi Untuk Generasi" di Gedung Palma One, Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/4/2013), “yang menjadi penghalang terbesar adalah diri wanita sendiri.” Demikian pula dengan Sari di sela-sela acara yang sama, juga menyatakan hal yang sama bahwa “yang menjadi penghalang terbesar adalah dari diri perempuan itu sendiri. Perempuan takut untuk maju dan menjadi pemimpin, padahal kemampuannya ada. Tantangan psikologis dan dukungan keluarga juga menjadi faktor yang dipikirkan perempuan untuk berkarya," (Suara Pembaruan, 23 Juli 2013). Joseph Nye, dalam artikelnya di “Masa Depan Power di Abad 21” menjelaskan, “secara budaya banyak sekali anggapan-anggapan bahwa perempuan kurang layak untuk mempunyai suatu pekerjaan yang levelnya di atas pria; bukan karena melihat bahwa perempuan itu lemah, tapi coba saja lihat di setiap desa-desa perempuan lebih memilih mengurus anak dan suaminya ketimbang harus bekerja banting tulang. Kebanyakan perempuan di desa mempertanggung jawabkan pekerjaan diluar kepada suaminya sedangkan mereka lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah dan bagi mereka semua itu sudah menjadi hal yang  biasa dan sudah menjadi tradisi kebudayaan.”
Saya juga menemukan kenyataan di lapangan, masih ada pembatasan kesempatan bagi perempuan untuk berkarir, dan hal itu justru terjadi di kalangan orang-orang yang modern. Mereka justru tidak memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Hal-hal inilah justru yang menghalangi perempuan untuk maju. Dan pada umumnya di Indonesia, di beberapa budaya juga sangat menekankan kepemimpinan dari kaum laki-laki, sehingga sangat sulit bagi kaum perempuan untuk berkembang dalam karir bahkan menjadi seorang pemimpin.
Dari beberapa sumber tersebut, dapat dilihat bahwa ternyata masih ada saja permasalahan yang muncul berhubungan dengan kesempatan bagi kaum perempuan untuk maju. Memang benar bahwa sesuai dengan perjuangan Kartini, kaum perempuan sudah memiliki kesetaraan dengan kaum laki-laki. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak kesulitan yang muncul berhubungan dengan kesempatan bagi perempuan di Indonesia untuk maju, misalnya: banyak anggapan bahwa perempuan masih belum layak menjadi pemimpin. Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku sangat kental dengan kehidupan budaya patriakh yang telah menjadi tradisi dari berbagai suku yang ada. Tidak mudah memang memperjuangkan kesempatan yang sama dan setara bahkan seluas-luasnya bagi kaum perempuan. Tanpa disadari, seringkali perempuan menjadi orang kedua setelah laki-laki, dan tentunya hal ini terwujud dalam hal kesempatan yang terbatas bagi perempuan.
Karena itu baik secara teori maupun kenyataan, dapat dilihat adanya hambatan atau penghalang bagi perempuan di Indonesia untuk maju. Melihat keadaan tersebut, maka yang terjadi adalah kaum perempuan tetap ada di bawah kaum laki-laki dan tidak dapat melebihi sesuai konsep kesetaraan yang dipahami. Memang, dalam kebanyakan agama dan budaya, kaum laki-laki ditetapkan sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Hal itu tidak bisa disangkali, tetapi selaras dengan kemajuan dan perkembangan pengetahuan dan budaya yang ada secara khusus di Indonesia, maka perilaku setiap orang seharusnya juga berkembang termasuk di dalamnya adalah kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.





Melalui artikel ini, saya sangat mendukung kaum perempuan dapat maju dan berkembang sama seperti kaum laki-laki karena pada dasarnya kedua gender ini adalah sama dan setara dalam keberadaannya, karena itu seharusnyalah kaum perempuan mendapatkan kesempatan untuk maju.


Ev. Nova Manulang, M.Th
(Pembina KW dan Guru SD)


GKKK, Bandung


Makna Emansipasi Perempuan
Pendidikan adalah Kunci Kemajuan Perempuan

Perkembangan zaman menyebabkan perubahan struktur sosial yang dinamis.  Dewasa ini,  kita dapat menjumpai kemajuan para perempuan Indonesia dalam suatu indikasi dimana, pekerjaan atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki, sudah banyak yang diduduki oleh kaum perempuan. Bukan hal yang tabu lagi jika perempuan menjadi pegawai negri, diplomat, menteri, dokter, notaris dan banyak lagi profesi yang diperankan oleh kaum perempuan. Melalui gerakan emansipasi , perempuan Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial. 
Perempuan sekarang ini tidak hanya berdiam diri dirumah melakukan pekerjaan domestik, melayani keluarga dan suami yang menjadi kewajiban mereka. Tetapi perempuan di era globalisai juga dapat berjuang membangun dan membela negara di lingkungan sosial dan politik. Kita dapat melihatnya secara nyata pada UU pasal 65 ayat 1 (Undang-Undang)  Nomor 12 Tahun 2003 yang berbunyi “Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%."

             Kebijakan yang demikian itu, tentunya tidak lepas dari lahirnya gerakan emansipasi dan kesetaraan gender yang sering diperjuangkan oleh kaum perempuan dan para aktivisnya. Pada hakikatnya,  kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan dari perbudakan, dan persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (misal :seperti  persamaan hak,  kaum perempuan dengan kaum pria).
             Menurut historisitas pelopor emansipasi perempuan, RA Kartini, arah perjuangan beliau adalah memajukan kaum perempuan yang dimulai dari pendidikan. Dahulu kala sewaktu Indonesia masih dijajah oleh bangsa Belanda kaum perempuan hanya dijadikan budak yang dipaksa untuk mengurusi keperluan para penjajah. Maka dari itu, lahirlah emansipasi perempuan sebagai tonggak baru untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. 
             Semenjak di dirikannya sekolah untuk kaum perempuan oleh RA Kartini, banyak sekali kemajuan yang mampu diraih oleh para puteri bangsa yang mampu mengangkat derajat kaum perempuan dengan segenap kecerdasan dan keterampilannya. Perempuan sudah mendapatkan hak pendidikan yang seluas-luasnya dan berkesempatan untuk mengaplikasikan keilmuan yang mereka miliki, agar tidak tertinggal dari kaum laki-laki. Dalam hal ini jelas, bahwa pada dasarya emansipasi yang diperjuangkan RA. Kartini bukanlah perkara yang menyatakan bahwa perempuan menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari laki-laki, karena pada hakikatnya laki-laki dan perempuan memiliki kelebihannya dan kekurangannya masing- masing.
             Bahkan di dalam buku yang ditulisnya dengan judul “Habis Gelap Terbitlah terang” ternyata Kartini mendapat dukungan penuh dari suaminya.  Ini artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk bersaing atau mengalahkan kaum lelaki. Melainkan hanya sebatas pemikiran pembebasan yang menjamin hak asasi manusia. Dan justru keduanya diharapkan dapat bermitra dan bekerja sama untuk dapat merawat serta mengembangkan kehidupan yang Tuhan Allah percayakan. Seperti yang tertuang dalam Kejadian 2:15,”Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”
         Di zaman modern ini, emansipasi kerap di salah artikan oleh pelakunya. Mereka menangkap makna dari emansipasi adalah “kebebasan mutlak”. Paradigma semacam itu perlu kita kritisi bahwa pada dasarnya antara kaum laki-laki dan perempuan, mereka memiliki kelemahan dan keunikan masing-masing. Keduanya sama-sama mempunyai peran vital dalam membangun dan meningkatkan peradaban bangsa. Apalagi dengan adanya peraturan dan perlakuan istimewa seperti yang tertera pada undang-undang dasar negara republik Indonesia di atas, maka posisi perempuan pastinya akan lebih menguntungkan untuk ikut serta dalam membangun NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ini.  Jadi, emansipasi adalah gerakan yang bertujuan untuk membebaskan kaum perempuan dari keterbelakangan dan perbudakan. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengimplementasikan gerakan emansipasi. Hal ini didasarkan pada pendidikan dianggap mampu membebaskan pikiran para perempuan dari paradigma liberalisme, sehingga mereka mampu berpikir kritis dan ikut andil dalam upaya membangun kehidupan mulai dari lingkup , keluarga, kehidupan bergereja dan dalam lingkup yang lebih luas yaitu  kehidupan bangsa dan negara . 




Pdt. Novarita M.Min,
(Ketua Pokja Kemitraan GKI Sinwil Jatim)

Pendeta GKI Kebon Agung, Malang



Citra Perempuan "Dipermainkan"

Sekilas Perjalanan Perempuan di Indonesia

Indonesia selalu bangga dengan tokoh ibu kartini dan sepertinya satu-satunya perempuan yang terus diingat sepanjang sejarah indonesia. Dan begitu melekatnya nama Kartini dalam sanubari  Indonesia, maka perempuan-perempuan masa kini yang maju dan bergerak dalam berbagai  bidang termasuk mereka bekerja keras tanpa mengenal lelah di rumah tangganya, disebut dengan kartini masa kini. Simbol perjuangan perempuan yang patut dihargai.
Akan tetapi ada juga kisah tentang perempuan yang cukup merusak figur perempuan. Teringat kisah film G30SPKI disitu ada sejumlah perempuan yg diberi nama Gerwani. Perempuan-perempuan jahat, kejam,kumpulan penggosip yang berkumpul utk merencanakan tindakan-tindakan sadis. Kisah yg dikarang sedemilkian rupa oleh pemerintah Orde Baru,  dalam satu racangan besar untuk menumbangkan Soekarno. Pada masa ini kita dapat melihat perempuan dipakai sebagai sarana untuk menumbangkan posisi seseorang.
Soekarno tumbang, dan Indonesiapun masuk dalam masa orde baru. Tentang perempuan diciptakan sebuah wadah dengan nama Dharma wanita dan PKK (Pembinaan Kesejateraan Keluarga).  Masa yang sampai sekarang ini masih ada dan terus dikembangkan. Akan tetapi harus disadari bahwa dua ide tersebut  dibangun untuk menempatkan wanita pada satu kotak terbatas dengan satu pesan utama perempuan itu tidak akan sukses, tidak akan punya nama kalau suaminya tidak sukses.  Tidak cukup gerwani cara kasar untuk menyingkirkan peran perempuan dalam pembangunan dan perkembangan sejarah bangsa. Tetapi  dipakailah cara halus yang bisa mengangkat nama perempuan meski cuman sebatas pendamping suami atau kerja sampingan demi kesejahteraan keluarga.
Pada masa peralihan dari  orde baru ke era reformasi, ada juga sejumlah kisah dimana perempuan diangkat bukan karena keberhasilan mereka, tetapi  peralihan masa itu ditandai dengan sejumlah pelecehan terhadap kaum perempuan, perkosaan dan pengabaian hak-haknya. Dari sini dapat dilihat kisah Perempuan yang sedang mengukir sejarah bangsa trus ingin dipangkas habis.
Yang menarik di Indonesia adalah negara yang juga sangat kaya akan cerita -cerita rakyat dan kisah-kisah  mitos jawa yang kuat dan terus bertahan sampai saat ini adalah kisah Perempuan-perempuan penguasa. Sebut saja kisah ratu pantai selatan. Perempuan yang punya power, tapi ada didunia mitos. Di daerah daerah tentu misalnya di daerah saya (penulis) konon dari cerita ayah saya, garis keturunan bangsawan itu justru hitungnya dari nenek, alias perempuan. Tetapi kenyataannya dalam pembicaraan adat, para perempuan, tidak boleh ikut bicara dan tempatnya hanya dibelakang. Perempuan hanya bayang-bayang. Lihat saja sebuah slogan terkenal " dibalik kesuksesan seorang pria, ada wanita hebat dibelakangnya" perempuan itu cukup dibelakang, cukup jadi bayang-bayang.  Belum lagi stigma yang timbul di masyarakat terkait relasi suami istri. Jika laki-laki (suami) itu sukses maka nama perempuan (istri) ikut diangkat, tetapi jika perempuan yang sukses dan laki-laki tidak sukses maka laki-laki itu akan menjadi bahan pergunjingan orang yang disekitarnya. 
Rupanya nilai-nilai itu tidak hanya berkembang di dunia yang bernama Indonesia, tetapi agama secara halus juga memainkan peran yang tidak kalah penting untuk menumbangkan perempuan. Lewat ucapan doa yang bersyukur karena tidak dilahirkan sebagai perempuan. Lewat perempuan yang tidak boleh banyak bicara, tidak boleh menjadi Imam, aturan tunduk dan hormat pada suami yang disejajarkan dengan kasih dari suami kepada istri, semua itu jika tidak berhati-hati akan semakin melanggengkan citra perempuan yang hanya menjadi bayang-bayang. Tidak perlu yang pertama, tidak perlu memimpin. cukup sebagai pemeran pendukung.
Lalu bagaimana dengan Indonesia saat ini? Contoh-contoh diskiriminasi diatas tentu masih ada, dan mungkin sampai akhir hayat akan tetap ada. Tetapi menyerah pada keadaaan tentu bukan solusi yang baik. meski kekerasan terhadap perempuan masih juga dalam angka yang tinggi, tetapi perkembangan masa kini kita patut angkat topi terhadap peran perempuan masa kini. Keberhasilan mereka, keterwakilan mereka di lembaga legislatif, diberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin agama. Dan satu hal yang menurut saya suatu perubahan besar dalam konsep bergereja di GKI ( Gereja Kristen Indonesia) adalah ketika suami istri diijinkan untuk menjadi pendeta. Suatu terobosan untuk mengangkat hak perempuan untuk juga menjadi pemimpin yang melayani. Bahwa ia tidak harus kehilangan haknya atau kehilangan kesempatan untuk menjadi pemimpin hanya karena terikat pada pernikahan.
Kita juga patut bersyukur sebagai indonesia  kita pernah punya presiden perempuan. Akan tetapi itu belum cukup. Kesadaran akan peran perempuan dan pentingnya peran itu demi kemajuan bangsa patut terus diperjuangkan. Konsep-konsep berpikir yang sudah terlanjur membekas dalam pola pikir banyak orang tentang perempuan sebagai kaum kelas dua harus dibongkar dan itu hanya bisa terjadi jika dimulai dari kesadaran perempuan itu sendiri untuk maju dan mengembangkan potensinya. Tentu ini tidak lepas juga dari pemahaman bahwa setiap orang diciptakan Tuhan dalam berbagai macam karunia, dan tidak ada satupun karunia yang diberikan oleh Tuhan yang masuk dalam kategori kelas dua. Semuanya penting, dan semuanya harus saling melengkapi. Perempuan masa kini harus cerdas, karena mereka adalah tangan pertama yang mendidik para penerus bangsa, mereka para pendidik yang akan menentukan masa depan bangsa. 
Tentang perempuan memang masih harus terus diperjuangkan, sampai kapan perjuangan ini akan berakhir?? Entahlah, namun selama hayat masih dikandung badan maka perjuangan itu akan terus ada. 

.................. tulisan ini ditulis untuk salah satu perempuan indonesia yang hebat, rekanku, sahabatku, kakakku dan teman nongkrong sambil minum kopi Agustina Manik. Selamat ulang tahun yah.......................

                                                                                                            Pdt. Florida Rambu  bangi Roni,  S.Si.Teo
(Bendahara Pokja kemitraan GKI Sinwil Jatim


Pendeta
GKI Ngagel, Surabaya

Perempuan Menggapai Kemajuan
dalam Konteks yang Sulit         

WOMEN in POVERTY

A Cinderella Version At The Carribean
A woman living in poverty is a huge plight in this planet.  Women are often denied access to critical resources such as credit, land and inheritance. Their labor goes unrewarded and unrecognized. Their health care and nutritional needs are not given priority, they lack sufficient access to education and support services, and their participation in decision-making at home and in the community are minimal. Caught in the cycle of poverty, women feel unable to change their situation.

An example of effects of poverty is Haiti. Haiti has long been considered the poorest country in the Western Hemisphere. Today, the vast majority of Haitians live at the lowest economic level and many suffer from a lack of food and medical care.
Their reality makes them run to across to boundary to Dominican Republic escaping from violence and hunger.
After reaching DR you find women begging in the streets with their kids in their arms or shoulders, and men working in the sugar cane farm or as builders in the city, the last consequence of poverty for them is hopelessness. 

In the other hand, Dominicans also search for a better quality of life trying to reach Puerto Rico in fragile boats. Hundreds die in this risky adventure every year, and many other are arrested and delivered back to their country. Others use false documents to join their relatives in New York, or even Europe.

When we consider how overwhelming is this issue in the world, we simply give up about the idea that we could be part of a solution. What can we do when the largest organizations that pretend reduce poverty do not reach great advances?  I really think there is something we can do:
The People of God is called to feed the hunger, to assist the needy, and there is many people working on that.

But the most important kind of poverty can be drastically reduced. 

I would like to share with you another version of Cinderella story. You must know how poor Cinderella was. But this other version is not a tale.
Once upon a time a little girl growing in a sub urban neighborhood. She did not have everything she wanted, but at least she does not keep too many painful memories of that time.
But who had sad memories were her parents. Her mom was the oldest of 4 kids, whose dad passed away when she was just seven years old. “Mom” had to work hardly as a maid for a very abuser lady, not for a salary but for a meal per day and a pair of shoes once a year. She went to school but only during four years, so, at least learned how to read and write.
At 13 years old she married this guy whose past was not easier than hers. “Dad” lived in a Batey, the farmer’s neighborhood were his father worked cutting sugar cane for the factories. This seasonal job is today a symbol of extreme poverty. In the batey, you would not find restrooms; you wouldn’t find hospitals, neither supermarkets. But at least there was a school and Dad attended to it for eight years. His teachers found him really smart; one of them one day told him “You are a diamond in a trash basket”.

But Granddad once say goodbye to Dad, and this guy stayed by himself, had to quit school in order to work to survive in whatever was possible, including cutting sugar cane as his father did.

So that, this little daughter was drowned in tears when her young parents count to her their stories. As she grew up she understood why she could not have more than one pair of shoes at a time, why she did not get better toys at xmas, she saw her mom and dad killing themselves working to provide her and her brothers and sisters a home, food and education.
So that, little girl went to school, afterwards to the university, and, at 17 something special happened. She heard about Jesus. Someone told her about the How precious she was for God. The evangelist mentioned that biblical parable of a merchant seeking goodly pearls; that having found one pearl of great price, he went out and sold everything he possessed that he might be able to buy the extraordinary pearl."
He told that girl that The merchant is God and that the precious pearl is the humankind including her, and that God gave everything he had, his son, just for her, because for him she was so precious so valuable, no matter whether she thinks about herself.

So that girl became a princess. A princess of the king of God. She got a wonderful missionary job.  A godfather in this new chapter of her story named her CINDERELLA. During the last 25 years Cinderella has traveled, has met a lot of wonderful people, and has been blessed more than if she had any possession herself. She does not want to tell everything because she does not want to sound proud, but the fact is that she is privileged.

When she reflects on his life, she considers that if she had this great opportunity to discover where the real riches are, that she have to share with others. She prays that God uses her as his ambassador to keep reaching and searching precious pearls for his kingdom.

Maybe we can’t resolve the extremely sad and difficult situation of millions suffering in poverty, but we can do the most important thing for them: we can let them know what high value they have, that there is nothing more precious for God than a soul, and this loving God is also merciful, and compassionate, giving himself for us. When people understand their value in Jesus, they have a new vision of their situation, and I know that, because I have seeing it: There is hope, there is provision, and there is purpose to keep holding on.
For dear Tina…
Georgina Thompson
Ecumenical church Loan Fund (eclof Domonicana-head and human resources development)

Dominican Republic.



Perempuan Menggapai Kemajuan

Kejarlah Mimpi Anda!

Sejak kecil, saya sangat suka bermimpi baik di malam hari, pagi hari maupun di siang bolong. Tak heran bila guru sering memarahi kenapa saya suka melamun atau "day dreaming". Hal ini makin dikuatkan dengan keadaan fisik saya yang lemah dengan penyakit asma. Bukan hanya tidak dapat beraktifitas olah raga, juga tidak bisa beraktifitas outdoor, hinggalah saya sering menyenderi dan akhirnya tidak mempunyai banyak teman. Lebih jauh lagi saya tidak mempunyai keyakinan diri dan memilih untuk bermain dan berteman dengan diri sendiri. Dunia impian adalah dunia yang menyenangkan buat saya. Saya bisa menjadi siapa saja dan apa saja yang saya inginkan dan dapatkan ada di sana. Itulah sebabnya saya sering bermimpi, bukan hanya di malam hari tapi juga di pagi dan siang hari.

Bermimpi bila saya adalah seorang putri yang cantik dan "slim" seperti cinderala dengan kisah "happy ending". Atau bermimpi menjadi seorang yang pintar, serba bisa, disayangi oleh guru-guru dan pandai bergaul sehingga mempunyai banyak teman. Bermimpi bila saya menjadi orang yang sukses, berteman dan dikelilingi oleh orang-orang sukses dan positif. Bermimpi keliling dunia, bertemu banyak orang dengan budaya yang berbeda. Bermimpi saya memiliki talenta atau kemampuan yang special sehingga dikagumi oleh banyak orang. Bermimpi saya menjadi olahragawan berenang atau berlari, tidak heran bila saya mampu duduk lama di depan TV menonton acara berenang dan sprint 100m di Olympic, Sea Games, termasuk PON. Masih banyak lagi impian saya, kalau diceritakan boleh menjadi sebuah buku. 

Namun seiringnya masa berjalan, dari remaja hingga kuliah sampai waktu kerja, yang ditemukan adalah kesibukan dan kesulitan. Tak heranlah bila hal tersebut menjauhkan saya dari dunia impian. Tepatnya saya mulai tidak berani bermimpi lagi, terutama setelah menikah dan mempunyai anak. Yang ada hanyalah penerimaan, orang Jawa bilang "ya nrimo saja" bahwa beginilah garis hidup saya. Nrimo bila saya asma sehingga tidak dapat beraktifitas outdoor. Nrimo saja bila saya alergi antibiotik dan kemungkinan mati tanpa adanya obat. Nrimo bila kesakitan datang dan saya tidak dapat minum obat "pain killer". Nrimo saja bila saya tambah hari tambah gemuk. Nrimo bila saya tidak memiliki banyak teman. Nrimo saja bila kehidupan saya hanya biasa-biasa, membosankan dan tidak ada sesuatu yang spektakular. Nrimo bila saya tidak mampu memiliki apa yang saya inginkan, kadang termasuk yang saya butuhkan. Nrimo saja bila saya tidak berpenghasilan karena bergantung kepada pendapatan suami yang tidak seberapa. Kesulitan hidup dan kelemahan fisik memberikan kepastian bahwa semua hal-hal indah itu adalah impian yang memang hanya berlaku di dalam dunia impian, bukan dalam realita hidup. Saya sudah lebih baik dari kebanyakan orang yang lebih susah dan sedih hidupnya. Apalagi yang kurang, "NRIMO" dan dijalani saja. 

Bila sadar bahwa saya tidak bahagia sekalipun sudah belajar "nrimo" semuanya itu, saya mulai menetapkan bahwa harus ada perubahaan. Bila saya bahagia, tentu tidak perlu perubahan tapi yang saya alami adalah sebaliknya. Sadar (lebih tepatnya adalah "aware") adalah langkah pertama dalam memasuki dunia perubahan. Sadar bahwa akan tujuan hidup saya. Sadar bahwa hidup ini sangat singkat. Sadar bahwa saya patut (lebih tepatnya "deserve") menerima yang baik, lebih baik dan yang terbaik. Sadar bahwa setiap manusia diberikan kemampuan berusaha sekalipun orang tersebut cacat. Sadar bahwa setiap manusia mampu menjadi berkat bagi banyak orang sekalipun orang tersebut tidak punya tangan dan kaki.  Lihat Liu Wei, pemuda 23 tahun yang kehilangan 2 tangannya ketika umur 10 tahun dan kemudian menjadi perenang Olimpik untuk orang cacat dan belajar bermain piano ketika berumur 19 tahun, menjadi mahir dan masuk finalist di China Got Talent. Dia sadar hidupnya hanya ada 2 jalan; jalan menuju kematian dengan cepat atau jalan hidup yang spektakular/luarbiasa. 

Langkah kedua adalah mengambil tindakan atau kita sebut aksi atau "action". Sadar tanpa aksi adalah seperti membuka mata sewaktu kita bangun pagi namun badan tetap lumpuh diatas tempat tidur. Aksi apa yang kita perlukan untuk perubahan? Bagi saya, aksi pertama adalah berinvestasi banyak untuk menaikkan taraf perkembangan diri, melalui banyak hal; seperti baca buku yang positif, berteman dengan orang positif, mengikuti seminar atau program perkembangan diri, memiliki beberapa coach dalam pemikiran positif dan kepemimpinan. Saya juga merubah ke pola hidup yang lebih sehat, percaya bahwa tubuh senantiasa memberikan 100% usahanya buat saya, yang perlu dilakukan adalah memberikan tubuh saya juga 100% yang terbaik melalui pengambilan makanan bergizi, menjauhkan diri dari "junk food" (paling tidak seminggu cuman sekali), mulai berolahraga sekalipun badan masih ingin tidur. Berusaha tidur lebih awal dan kurangi stress yang tidak perlu (seperti berdebat dengan orang/hal yang tidak penting). Berusaha menambah ilmu yang berguna untuk merubah diri saya dan mencari segala cara (dalam hal positif) untuk mencapai impian saya. Berusaha membagikan impian saya dengan teman, seringkali bertemu dengan mereka yang mempunyai impian sama dan banyak kali impian saya tercapai karena adanya dukungan teman-teman tersebut. Alangkah indahnya bila kita mencapai impian kita bersama-sama dengan teman kita bukan?

Beruntunglah saya berbisnis yang berhubungan dengan manusia dan juga kepemimpinan. Bisnis yang akan menaikkan taraf hidup saya bila saya telah menaikkan taraf perkembangan diri, senantiasa berpikiran positif dan memiliki kemampuan dalam memimpin. Bisnis yang mengingatkan akan impian saya dan memberikan saya kekuatan untuk mengambil langkah memenuhi impian tersebut. Bisnis ini juga yang membuat saya konsisten merubah diri, senantiasa menaikkan standar saya dari hari kemarin, tabah dalam menjalankannya secara jangka panjang dan bahkan akan menjalaninya sampai akhir hayat saya. Bisnis yang mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah atau lebih tepatnya bangkit setiap kali terpukul jatuh oleh kehidupan bahkan oleh orang disekeliling kita. Oleh sebab itulah saya memiliki misi untuk menjadi "force for good" atau daya kebaikan bagi diri saya sendiri, keluarga saya dan orang yang pernah saya temui dan mungkin orang yang belum pernah saya temui.  

2 langkah utama ini; sadar dan mengambil tindakan/aksi, membuat saya mampu menjalani impian yang hampir terlupakan dulu. Saya masih tetap memiliki penyakit asma namun saya sudah berdiri diatas gunung tertinggi di Malaysia yaitu Kinabalu, gunung vulkanik tertinggi di Indonesia; Kerinci dalam 2 hari 1 malam dan menyelesaikan trekking ke gunung kedua tertinggi yaitu Rinjani dari pintu Sembalun-Rinjani-pintu Senaru dalam 3 hari 2 malam. Dan akan melakukan trekking ke pegunungan Himalaya selama 8 hari di bulan Agustus ini. Saya bahkan menyelesaikan "Half Marathon" pertama tahun lalu di Singapura dengan waktu 3 jam 13 menit. Suatu rekor yang sangat membanggakan untuk pemula yang tidak pernah mampu berlari 6 bulan sebelumnya dan masih memiliki penyakit asmanya. Masih banyak lagi yang ingin saya lakukan, namun saat ini saya fokus untuk menjadi inspirasi bagi banyak orang yang pernah memiliki impian namun telah melupakannya, menjadi motivasi bagi mereka untuk bangkit dan menggapai dan mencapai impian mereka. Lihat Nick Vujicic yang memiliki istri normal nan cantik, menikmati hidup yang seperti mereka yang normal dan bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Nick Vujicic adalah orang yang memperlihatkan kepada saya bahwa saya mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi banyak orang.

Sebagai penutup catatan singkat ini, saya ingin berikan beberapa kata mutiara yang selalu saya baca:

Never give up on your dreams and keep dreaming.
Don't be pushed by your problems; be led by your dreams. 
All men dream but not equally. Those who dream by night in the dusty recesses of their minds wake in the day to find that it was vanity; but the dreamers of the day are dangerous men, for they may act their dreams with open eyes, to make it possible."

Terima kasih kepada Pdt. Agustina yang memberikan saya kesempatan menulis catatan pendek ini dalam kumpulan bukunya. Salah satu impian saya adalah menjadi penulis, bukan menjadi penulis terkenal namun penulis yang menjadi inspirasi bagi pembacanya, terutama kaum perempuan. 

Lily Choo,
Anti Aging Consultant

Singapore-Malaysia


Tidak Ada Batas
untuk Perempuan Berkarya

Becoming A Christian Woman of Inspiration

“Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.” (Titus 2:3-5)

Inspirator, adalah sebutan bagi mereka yang mampu menjadi penggerak bagi orang lain, sehingga orang lain tersebut tergerak atau terinspirasi atas apa yang telah para inspirator itu kerjakan untuk melakukan hal yang sama.  Perempuan inspirator adalah perempuan yang mampu membangkitkan inspirasi banyak perempuan lain untuk mengikuti apa yang telah mereka kerjakan. 
Dari sejarah dunia, kita mengenal banyak perempuan hebat di masa lampau yang telah memberi dampak luar biasa bagi sejarah.  Mereka telah menjadi inspirator bagi banyak perempuan, bukan hanya perempuan pada zamannya tetapi juga perempuan pada masa sekarang.  Kita mengenal Maria SkÅ‚odowska-Curie, ia adalah perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911.  Curie adalah salah satu dari sedikit orang yang memenangi dua Hadiah Nobel dalam dua bidang. Dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Sampai saat ini, belum ada lagi seorang perempuan dengan talenta dan dedikasi yang demikian besar terhadap ilmu pengetahuan selain Curie.  Kita juga mengenal baik akan Margaret Hilda Thatcher.  Lahir di Grantham, Lincolnshire, Inggris, pada 13 Oktober 1925, sebagai Perdana Menteri Britania Raya pada tahun 1979-1990.  Masa jabatannya adalah masa jabatan Perdana Menteri terpanjang di dunia pada abad ke-20.  Ia merupakan satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan tersebut serta menjadi pemimpin sebuah partai politik besar di Britania Raya.  Tidak berlebihan jika Thatcher disebut sebagai salah satu tokoh penting di abad ini.  Ada pula Mother Theresa, yang dikenal dengan sebutan seorang ibu “berhati malaikat.” Pada tahun 1971, ia menerima hadiah perdamaian dari Paus Yohannes XXIII, dan pada tahun 1979 ia menerima Nobel Perdamaian dan Penghargaan-penghargaan lainnya seperti Magsaysay (Philipina), warga kehormatan India, Albania, USA, Doktor kehormatan bidang Teologi Kedokteran Manusia dan mendapatkan kehormatan berpidato di depan Majelis Umum PBB.  Selain ketiga nama di atas, kita juga mengenal baik Helen Keller, Benazir Bhutto, Lady Diana dan jangan dilupakan pahlawan-pahlawan perempuan Indonesia seperti Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika dan lain-lain.  
Di lingkungan orang percaya atau kekristenan, kita mengenal tokoh-tokoh iman perempuan seperti Fanny Crosby, perempuan buta, yang berhasil membuat banyak lagu-lagu rohani. Kehidupannyapun telah memberi banyak inspirasi bagi banyak orang.  Ada Susannah Wesley, ibu 19 anak, yang berhasil mendidik pendeta besar John and Charles Wesley.  Ada pula Corrie Ten Boom, pahlawan iman yang bersedia menderita demi Injil. 
Di dalam Alkitab, tercatat pula banyak perempuan yang kesaksiannya tercatat memberi banyak inspiratif bagi perempuan di sepanjang sejarah kekristenan, termasuk perempuan Kristen masa sekarang seperti Yokhebed, Maria, Elisabeth, Louis dan Eunike, Priskila, Maria Magdalena dan lain-lain.  Mereka semua adalah tokoh-tokoh perempuan dunia yang namanya tercatat dalam tinta sejarah, telah berkarya dan berjuang sesuai dengan panggilan hidup masing-masing, sehingga layak disebut sebagai perempuan-perempuan inspirator sepanjang zaman.
Paulus, dalam Titus 2:3-5, mencatat suatu pesan penting bagi kaum perempuan pada jemaat mula-mula untuk saling mengispirasi. Atau dengan kata lain, setiap perempuan Kristen harus berusaha menjadi inspirator dalam kapasitas dan peran mereka masing-masing.  Ia bahkan sangat mementingkan pembinaan perempuan.  Dalam ayat-ayat tersebut, Paulus berpesan kepada Titus untuk mengajar para perempuan untuk berusaha saling menjadi teladan dalam hidup mereka.  Bagi perempuan yang lebih tua (senior) harus menjadi contoh bagi yang muda dalam meneladani Kristus di setiap aspek, bahkan dalam aspek yang dipandang orang kecil, yaitu keluarga.  Harapan ini dikemukakan Paulus agar mereka dapat menjadi kesaksian demi Kristus, melalui karakter, peran serta keunikan mereka sehingga mampu berdampak bagi orang lain.  Dalam ayat 5b, Paulus bahkan menegaskan, jika seorang perempuan Kristen mampu menjadi inspirator bagi sesamanya maka: “Dengan demikian tidak ada orang yang dapat mencela berita dari Allah.”
Becoming A Christian Woman of Inspiration adalah menjadi perempuan yang selalu rindu bertumbuh menyerupai Kristus.   Becoming A Christian Woman of Inspiration adalah perempuan yang selalu rindu menjadi motivator bagi perempuan lain agar mereka hidup meneladani Kristus dalam segala aspek.  Bukan karena “kesempurnaannya” tapi justru karena “ketidaksempurnaannya,” karena kita semua sedang berlari menuju kesempurnaan kearah Kristus.  Sekecil apapun inspirasi yang perempuan Kristen dapat berikan, selama itu dikerjakan dengan hati yang mengasihi Kristus.


Esther Gunawan, M.Th (cand)
Malan

Pengaruh Gerakan Feminis

Women in Brazil

In the Beginning God created heaven and earth and God saw that all he has created was really good (Gen 1:1-31)
As this task was giving to me I learned that I was to write about Brazilian woman and then I thought: why not write about woman in general? 
As my head started to focus specifically in Brazilian woman I understood and narrowed a few things and suddenly I realized that for sure, to speak about woman in general would be a very difficult task since many factors of the culture we are born into forces us to think, to dress and to behave in many different ways.
We are living in an era where the truth needs to be confronted, many man and woman around the world have lost their ability to recognize and therefore develop and play well their roles in society... I would say that Brazil and Brazilian woman are not different.

Until the XIX century woman new they were created and though by their mothers and their mothers that they role in society was to get married bare children and be good housewives while man was to bring the "bacon" home... It was the woman role to take the children to school, cook, and clean, dress well and still take care of their husbands.
I would say that Brazil in contrast to many other countries woman still play such roles in our society and a few others. thanks to the feminist revolution that has been happening in the western world woman though that they also needed to go out to the market place in order to pursue a career that would entitle her to have the same rights as man and maybe the same value since divorce raised and the fathers were no longer, being good husbands or a parent who provided for their families 

I assure that in Brazil this became and still is a huge problem, more woman are forced to live their children in day care or in the care of a neighbor or a friend in order to go and study and work or both , the amount of single mothers in Brazil is astonishing. The number of girls that become also single mothers is also a huge problem some at the age of 35 are already grandmothers!
Individual liberty meant respecting individual conscience and not sending specially woman to a place where she was forced to adapt a certain behavior in order to survive, God affirm in his word that woman are the fragile vase and her DNA is not made the same as man. It is hard to say where all this confusion began however is not hard to figure out that something got lost.

By looking at statistics human being put aside the word of the lord and has refused to look at it as a final reality.

We can blame the government or the media for influencing the woman and man in our society but I believe that not taking in what the bible says is the biggest problem. Let’s check what the scriptures have to say about woman: 



 prov ( 31:10-20)

"A wife of noble character and virtue who can find one?  She is worth far more than rubies.
11 Her husband has full confidence in her and lacks nothing of value.
12 She brings him good, not harm, all the days of her life.
13 She selects wool and flax and works with eager hands.
14 She is like the merchant ships, bringing her food from afar.
15 She gets up while it is still night; she provides food for her family
    and portions for her female servants.
16 She considers a field and buys it; out of her earnings she plants a vineyard.
17 She sets about her work vigorously; her arms are strong for her tasks.
18 She sees that her trading is profitable, and her lamp does not go out at night.
19 In her hand she holds the distaff and grasps the spindle with her fingers.
20 She opens her arms to the poor and extends her hands to the needy.

When we read at such words our first reaction is: wow! Does this woman exist??? I would say that yes. Although with all the problems i named above regarding Brazil I still believe that such woman of Prov 31 st v 10 can be found because we have been experiencing a great revival among Brazilian churches and people are getting back to the word of the Lord.
Finally most women in Brazil are getting tired of being seeing by sexy symbols and only being appreciated for her external beauty. Brazil is a well-known country for exporting super models and beauty queens we are also known for the country of carnival and bikinis among many countries around the world but in addition with all that we are also a country where many ethnicities meet each other:  Brazil was colonized by the Portuguese with Indians who were already here plus Germans, Japanese, Italians and many others who migrated here l searching for a better life.  We are definitely a country where you cannot pick or simply look at our skin color , hair , size or body types and guess we are Brazilians , specially the woman , we have it all mixed up and I believe this great mixture  makes us a  very interesting country to the world, our culture is free, woman here is free: we are free  to dress as we wish , to have the hair we  wish and unfortunately also to behavior we  wish .

We still have many, many problems to solve and many problems to fix before saying that in Brazil you can find a great majority of the woman that is described in Prov 31, however I believe that we can teach and we can keep on doing our best as educators to rise up a new generation of young girls about the word of the lord so someday Brazil can be seen by a country filled with virtuous women instead of beauty queens and single young women.









For nina :)
Thais Profeta Martins


Written by Juliana de Paula Costa
Fashion Photographer, Personnel Stylish
Christian, member of South Zone Community Church
Brazil


PEREMPUAN BISA APA DI DALAM GEREJA ?

Aktivitas Perempuan dalam Gereja
Apa yang anda rasakan ketika kita membaca judul tulisan diatas? Ada suatu pandangan tertentu terhadap perempuan?  Perempuan diragukan dalam berkarya atau tidak dianggap “sama” dengan karya laki-laki.  Apa pandangan umumnya ketika kita melihat aktivitas dan program komisi wanita ( umumnya kata wanita sudah diganti kata perempuan yang menunjukkan makna kemampuan dan kemandirian) dalam Gereja ?  Kalau aktivitas dan program masih difokuskan kepada area tertentu (masak, kecantikan, mengurus anak, kalaupun membahas perempuan karir maka akan dihubungkan dengan keseimbangan tugas domestik / hal ini tidak untuk kaum laki-laki ) karena stigma area perempuan yang dilabelkan budaya sekeliling kita, maka gereja sudah menjadi “alat” yang memperkuat kaum perempuan dimarginalkan dalam kotak budaya patriaki. Hal ini dapat dikatakan “kesalahan” gereja dalam pembinaan kaum perempuan karena tidak seharusnya gereja memperlakukan kaum perempuan demikian.  Tulisan ini kiranya memberikan referensi yang menolong Gereja dan perempuan menjadi komunitas yang dapat bertumbuh sesuai panggilanNYA, sekalipun penulis menyadari untuk beberapa Gereja sudah memiliki kesadaran yang baik.

Sekilas Pandang terhadap Perempuan
Sejarah mencatat bahwa sejak 1800-an perempuan sudah berjuang menyuarakan ketidakadilan terhadap kaum perempuan, perjuangan itu antara lain sehubungan dengan menuntut hak yang sama dalam upah kerja/ pemberlakuan yang sama dengan kaum laki-laki, hak persamaan dalam hukum, dll Perjuangan dilanjutkan dengan adanya berbagai tulisan pandangan feminis dan mengupayakan adanya perjuangan-perjuangan praktis sehubungan dengan “penderitaan” kaum perempuan di berbagai sektor kehidupan. Apa  makna dan arti dari perjuangan kaum perempuan dalam sejarah tersebut?  Hal ini menunjukan adanya persoalan besar dimana hak hidup komunitas perempuan diabaikan, atau dianggap berbeda dengan komunitas laki-laki.  Tentunya bukan sekedar perlakuan membedakan, tetapi disadari adanya paradigma bahwa perempuan kelas kedua,  bahkan mungkin manusia yang tidak seutuhnya.
Perhatikanlah pemikiran dari kaum intelektual yang sudah membedakan peran laki-laki dan perempuan, membedakan juga hakekat manusia laki-laki dan perempuan.  Contohnya menurut Aristoteles (384-422 S.M.), seorang intelek terbesar zaman Yunani kuna yang dikenal sebagai ahli filsafat dan ilmuwan, berpendapat bahwa wanita adalah "Laki-laki yang tidak lengkap". Pendapat ini dapat dihubungkan dengan istilah yang digunakan yakni famulus (Latin) atau family (Inggris), yang mula-mula berarti budak domestik. Familia berarti sejumlah budak yang dimiliki seorang laki-laki dewasa, termasuk di dalamnya anak-anak dan istri. Wanita digolongkan dalam kelompok yang dikuasai oleh laki-laki, karena jiwanya dianggap tidak sempurna. Oleh sebab itu dapatlah dimengerti bahwa dalam pelaksanaan demokrasi di Yunani kuno pada sekitar tahun 5000 S.M., kaum wanita, sama seperti yang berlaku pada anak-anak dan budak, tidak mempunyai hak memilih. Demikian pula para ahli filsafat abad XVIII dan XIX antara lain Kant (1724-1804) dan muridnya, Fichte (1762-1814), juga Schopenhauer (1788-1860) dan menganggap bahwa kaum wanita lebih lemah daripada pria, sebab itu wajar kalau tempat mereka di rumah. Masih banyak lagi pendapat para ahli pikir yang memang menempatkan perempuan sebagai second class, bahkan budak.
Sadar atau tidak sadar pandangan kaum intelektual diatas juga menjadi pendapat budaya sepanjang abad, ironisnya Gereja dengan “teksnya” (budaya teks tidak disadari adalah budaya patriaki) memperkuat pandangan tersebut.  Jika kita hubungkan dengan berbagai persoalan sosial di sekitar kita saat ini, apakah ada hubungannya dengan pola pikir yang membedakan kaum perempuan sebagai second class? Bisa jadi demikian, maka maraklah persoalan-persoalan hak asasi kaum perempuan seperti  banyaknya kasus KDRT (puluhan ribu kasus setiap tahun), pelecehan sexual, trafficking, perlakuan yang tidak manusiawi terhadap para TKW, dll
Seharusnya persoalan-persolan sosial diatas menjadi bagian dari perhatian Gereja untuk menyuarakan keadilan, kebenaran dan pembebaskan atas ketertindasan hidup manusia
Gereja dan Perempuan : Relasi yang saling Membangun
Seperti beberapa persoalan yang dikemukakan diatas, maka sudah seharusnya kehadiran Gereja sebagai lembaga agama, bahkan kumpulan orang percaya bersikap bijaksana dan mendorong kaum perempuan supaya “terbebas” dari belenggu dan kekerasan yang dibuat oleh pandangan /budaya yang merendahkan kaum perempuan  sebagai second class.  Pandangan umat di Gereja diharapkan dapat lebih kritis menyikapi pandangan budaya yang salah, sehingga komunitas gereja tidak menjadi “alat” budaya yang menghalangi kebebasan kaum perempuan untuk berkarya dan bertumbuh sesuai panggilanNYA.  Perempuan yang  diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah (sama dengan kaum laki-laki, kejadian 1:27) dan diajak untuk memiliki karya yang sama dengan kaum laki-laki (efesus 2:8-10) menjadi dasar pandangan Gereja bahwa tidak ada pembedaan antara peranan laki-laki dan perempuan dalam gereja, keduanya mempunyai hak yang sama dalam berkarya bagi kemuliaanNYA.  Demikian pula Gereja juga secara aktif mengkaji ulang pengajaran ( menafsir ulang teks) terhadap peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga (katekisasi pernikahan) karena seringkali pengajaran disesuaikan budaya patriaki, peran perempuan dalam gereja, peran perempuan dalam masyarakat, dll
Peranan Perempuan dalam Gereja
Peranan perempuan dalam gereja seharusnya tidak lagi dibatasi di area tertentu (sie konsumsi, sie dekorasi, sie penerima tamu, sekretaris, dll) tetapi diberikan kesempatan untuk berkarya di segala bidang sesuai bakat dan karunia yang Tuhan berikan kepada masing-masing individu.  Dengan demikian perempuan juga bisa melakukan kepemimpinan, peran-peran strategis dalam pembangunan umat Allah sehingga dapat berkarya lebih luas dibandingkan peran yang dilabelkan oleh budaya patriaki. Jika perempuan masih dibatasi dalam area karya layanan tertentu (perhatikan prosentasi jemaat perempuan di gereja anda) maka banyak pembangunan jemaat menjadi lebih “lemah” dibandingkan jika memberi keleluasaan kaum perempuan untuk berkarya sesuai karunianya.
Usulan Pembinaan dan karya layanan Perempuan dalam Gereja
Ada 2 persoalan besar yang harus “diselesaikan” lebih dahulu sebelum memberi kesempatan perempuan berkarya luas dalam Gereja, yakni : Pandangan Gereja terhadap kaum perempuan yang acapkali masih membedakan sehubungan dengan penafsiran teks yang perlu “dikaji ulang” dan pandangan perempuan sendiri terhadap dirinya karena budaya patriaki yang sudah berakar kuat.  Tanpa menyelesaikan problema besar ini maka sulit perempuan mempunyai peran yang lebih luas dalam Gereja.  Oleh sebab itu beberapa usulan aktivitas dan program yang dapat dikerjakan Gereja dalam menolong perempuan berkarya luas dalam pelayanan adalah:
1.       Gereja memberi kesadaran kepada umat mengenai penafsiran teks yang bias, yang  membedakan peran laki-laki dan perempuan.  Hal ini bisa dimulai dari pengajarapara guru Sekolah Minggu supaya tidak membedakan peran anak laki-laki dan perempuan.
2.      Gereja menyuarakan pembebasan atas “ketertindasan” /kekerasan yang dialami kaum perempuan baik dalam rumah tangga dan masyarakat
3.      Gereja tidak membatasi kaum perempuan dalam berkarya di segala bidang pelayanan, tidak lagi ditempatkan dalam area tertentu sehingga dapat menolong pertumbuhan jemaat dalam segala bidang pelayanan
4.      Komisi Perempuan (bukan wanita) memberikan kesadaran kepada perempuan untuk mempunyai kemajuan di segala bidang pelayanan, tidak dibatasi di area keterampilan domestik, kecantikan, dll.   
5.      Komisi Perempuan bersama umat lainnya memberi kesadaranakan peran yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan rumah tangga, gereja dan masyarakat.  Tentunya bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dan kembali kepada hakekat kemanusiaan yang mulia.
6.      Komisi Perempuan dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga antar agama, LSM dan lembaga masyarakat lainnya dalam penyadaran gender, dan menyuarakan keadilan bagi kaum perempuan.  Masih banyak program komisi perempuan yang belum menyuarakan akan keadilan bagi kaum perempuan dan membantu persoalan-persoalan kdrt, trafficking, kekerasan seksual, dll
Dengan melakukan beberapa program penting diatas, maka kesadaran kaum perempuan untuk berperan dan berkarya lebih luas dalam Gereja akan lebih nyata, perempuan dapat melakukan peran strategis dalam pembangunan umat sesuai karunia yang diberikan Tuhan kepada umatNya.

Gereja, Prapaskah dan Covid-19 ( jatim darurat bencana covid 19, 20 maret 2020) Masa Prapaskah 2020 diiringi dengan situasi ...