Selasa, 04 Oktober 2016

Short Term Mission Trip ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR- INDONESIA


ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR 






         
                                    Gereja yang kena gempa namun tetap berdiri 

 Mengapa Gereja Perlu Mengadakan Short term Mission Trip (StMT) ? 

StMT adalah bagian dari program Gereja yang dapat dilakukan dalam rangka belajar (pelayanan, budaya, kehadiran misi dan injil) /study banding, pengenalan akan daerah lain, saling membantu dan berbagi tanpa diikat dominasi ttt, dan masih banyak lainnya sebagai tujuan dan sasaran StMT.
StMT dapat menjadi link yang berkesinambungan antara lembaga gereja interdenominasi, atau dalam mengerjakan proyek-proyek pelayanan pemberdayaan masyarakat, pemupukan iman atau memperlengkapi pemimpin atau regenerasi.

Gereja perlu mengadalah StMT karena kehadiran Gereja adalah untuk menjadi terang dan mewartakan kerajaanNya yang membawa damai, kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, bukan hanya dibatasi pada lokal gereja /denominasinya saja.  Gereja dalam menjalankan misinya dapat bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat, pemerintahan daerah atau lembaga-lembaga lainnya untuk pembangunan manusia seutuhnya. Gereja yang hidup akan memiliki program-program misi karena Gereja hadir untuk mewartakan kasihNya bagi Dunia sekelilingnya.

Bagaimana Memulai untuk mengadakan StMT ? 

Kesempatan  : Gereja yang memiliki beban untuk bisa berbagi dengan sesama dan menjadi berkat bagi bangsanya, pasti ada jalan untuk memulai pelayanan misinya. Kesempatan selalu diberikan, perlu kepekaan-kepekaan akan "suara" Allah dalam melihat pelayanan-pelayanan dan pekerjaan misi yang sangat luas.  Mau kemana ? Kenapa kesana ? Apa yang bisa dilakukan ? Adakah yang sudah melakukan pelayanan misi disana ? dll... adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus terus menerus digumulkan Gereja dalam menjalankan misinya, hal ini penting supaya pelayanan misi dapat dilakukan seefektif mungkin dan dipersiapkan dengan baik.

Pergumulan Bersama :Doa  

Banyak orang/jemaat mengira pelayanan-pelayanan misi /StMT adalah proyek jalan-jalan, :) tentunya kalau menggumuli arti dan makna Gereja yang sesungguhnya maka tidak lagi mempunyai pikiran-pikiran kearah sana, namun tidak mengapa karena kritik dan saran selalu dibutuhkan dalam pelayanan-pelayanan apapun. StMT dimulai dari kesempatan dan Doa yang sungguh untuk berbagi kehidupan (sekalipun yang mau berbagi akhirnya mendapat berkat dari belajar kehidupan iman , budaya, gereja dari sesamanya).  Banyak daerah-daerah memerlukan akan bantuan untuk bisa terus bertumbuh dalam iman dan kehidupan secara menyeluruh. Pergumulan-pergumulan untuk pelayanan StMT harus terus menerus didoakan supaya ada kebersamaan dalam melakukan pelayanan-pelayanan dengan kesehatian dan ketulusan

Kesepakatan

Setelah kesempatan, menggumulkan dalam doa maka muncullah kesepakatan untuk daerah yang akan menjadi fokus StMT. Tidak mudah mencapai kesepakatan, tetapi jika sudah dimulai dari kerinduan berbagi dengan tulus, bergumul dan berdoa maka pasti ada kesepakatan untuk melakukan karya-karya layanan yang indah, apalagi "mewakili" Gereja yang mau berbagi, maka sebagai kepanjangtanganan kasih yang akan disampaikan kepada sesama.  Jika sudah mencapai kesepakatan maka pelayanan apapun akan "mudah" dilakukan karena ada hati, kerjasama dalam melakukan pelayanan-pelayanan misi. Dalam kesepakatan ini maka ditentukan kepastian tim yang akan berangkat beserta tugas-tugas yang akan dilaksanakan, semua tim mempunyai tugas pelayanan yang akan dilakukan, bahkan dapat rangkap dengan tuga operasional tim (tiket, konsumsi, perlengkapan, dll)


Merencanakan Aktivitas Pelayanan /Belajar sesuatu

Sebenarnya merencanakan aktivitas pelayanan sudah dimulai dalam pembicaraan-pembicaraan awal secara umum, misalnya dalam pengenalan akan suatu daerah maka perlu banyak informasi yang harus diketahui, perlu kerjasama dengan orang yang ada di daerah tersebut secara intent, supaya beban dan ide pelayanan dapat muncul seiring dengan pergumulan dan doa yang terus dilakukan, tentunya sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan akan setempat

Mengecek semua Kerjasama

Kerjasama yang dilakukan interdenominasi perlu diperhatikan baik-baik, karena sistem gereja atau budaya kepemimpinan gereja berbeda-beda. Setelah meyakinkan bahwa kerjasama dapat berjalan dengan baik melalui surat/komunikasi, maka tim StMT dapat berangkat ke tempat yang dituju.


Tim StMT GKI Sulung Surabaya 15-19 September 2016

GKI Sulung sejak 2008 memiliki Bidang Misi (sebelumnya Komisi Pekabaran Injil), sesuai namanya maka Bidang ini dibentuk dalam memenuhi pelayanan-pelayanan Gereja kepada Dunia sekelilingnya.  Tentunya tidak hanya fokus Pemberitaan Injil semata-mata tapi lebih bersifat menyeluruh (holistik) yang menjadi kesaksian Gereja dalam menghadirkan Kerajaan Allah di muka bumi, yakni menyatakan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan bagi banyak orang ( Lukas 4:18-19)

StMT GKI Sulung disepakati untuk memperhatikan daerah Alor, Nusa Tenggara Timur.  Ini sebuah kesempatan bagi GKI Sulung untuk berbagi, karena memang sudah beberapa tahun sebelumnya bidang misi memperhatikan Indonesia bagian Timur ( Papua, Soe /Amanuban, dll) karena banyak keprihatian yang dilihat baik secara iman, perekonomian, kesehatan dll.  Kita tahu bangsa Indonesia dianugerahi akan begitu banyak kekayaan alam, tetapi apakah itu sudah dikelola dengan baik sehingga menjadi kesejahteraan masyarakat ?
Nah kalau akhirnya StMT Sulung bisa pergi Ke Alor adalah disebabkan juga adanya anggota jemaat yang sudah berkiprah melayani di Alor dalam bidang sosial masyarakat, kami justru hadir untuk berbagi tetapi sekaligus belajar akan tantangan yang dialami jemaat Gereja disana.

Tim StMT pertama kali ini terdiri dari :

1) Bp. ALex Octavia S.Kom (pembekalan ekonomi )- Koord
2) Bp. Yudi Kristian, SE ( Pemusik )
3) Ibu. Devi S, Spd ( Training Guru SM)
4) Drh. Melany ( Pemeliharaan hewan /babi)
5) Ibu Kwie Fa ( Keterampilan )
6) Ibu Hanifah (keterampilan)
7) Pdt. Agustina Manik ( Training guru SM, Pertemuan Perempuan, Ibadah Minggu)
8) Bp. Denny Lalitan ( Penghubung dan Pengarah pelayanan Tim )

Apakah yang bisa kami bagikan untuk jemaat gereja di Alor ?

Berdasarkan percakapan dengan pak Denny lalitan yang menghubungkan tim dengan gereja setempat /GMIT maka ada beberapa hal yang direncakan dalam pelayanan-pelayanan yang dilakukan, yakni :


1. Training Guru Sekolah Minggu
2. Pertemuan kaum Perempuan
3. Pertemuan kaum Bapak
4. Musik
5. Pemberdayaan ekonomi
6. Kesehatan peternakan /hewan
7. Penyegaran Iman
8. Putar film dan pertemuan dengan anak-anak di sekolah
9.dll

Untuk pemberdayaan ekonomi karena kami mendengar akan hasil bumi di Alor adalah asam, kenari, kemiri, mente maka kami mencoba mencari tahu apa yang bisa kami lakukan untuk bisa menambah wawasan dan ekonomi masyarakat, rupaya kami hanya punya kesempatan untuk mengelola asam menjadi minuman dan penyumbangkan alat pengupas biji mente sehingga lebih efektif . Hal yang lain lagi adalah karena banyak masyarakat beternak babi, maka diadakah seminar untuk pemeliharaan babi yang baik sehingga memiiki hasil .
Beberpa dokumentasi yang terekam :






 Wajah Tim yang CERIA karena doyan Wefie :)
Hari Pertama : 
Surabaya -Kupang-Alor


Bandara Alor dekat pantai Maimol,
ke Hotel Pulo Alor - ke pantai Sabanjar untuk menikmati sore hari dengan alam yang indah
Balik ke Hotel dan makan malam bersama di rumah ibu Lien Siang & Bp. Tjen Yen
Balik ke Hotel Pulo Alor 


Pantai Sabanjar - Alor 





Loncat -loncat tidak takut copot hahahah, pantai kayak milik sendiri.....enaknya bermain di pantai :)



Baru datang sudah minum kelapa segar di Pantai Moimal

Hari Kedua : Desa Mahuting 

Persekutuan Doa pagi jam 06.00 dan menyusun rencana pelayanan di desa Mahuting 
Persiapan berangkat ke Mahuting, sampai sekitar jam 10.00 
Pelayanan Anak  - Devi 
Pelayanan murid SD - ALex dan Agustina 
Pelayanan untuk ibu-ibu 
Makan Siang di rumah pastori 
Pertemuan kaum Papa
Pertemuan kaum Ibu 
KKR yang sudah disiapkan , Pemutaran Film dan renungan (film tidak dapat diselesaikan karena alasan teknis )  + pelayanan doa 
catatan : udara sangat dingin























Hari ketiga  dan Keempat : Desa Hermon Pumai 

Berangkat dari Mahuting ke Hermon Pumai jam 08.00 pagi sampai sekitar pukul 10.00
Pelayanan yang dilakukan :

Training Guru Sekolah Minggu
Pemeliharaan hewan /cara berternak babi
Putar film untuk anak-anak
Putar Film untuk Pembinaan iman ( situasi tidak tepat ;) )
Pembuatan keterampilan Gado-gado dan Minuman Asam
Pembedayaan ekonomi : alat pengupas kenari
Pertemuan Pemusik Gereja (training)

Ibadaha Anak
Ibadah Umum
Pertemuan kaum Bapak- perekonomian keluarga
Pertemuan kaum Ibu - kemajuan dan penderitaan perempuan di indonesia













Kalau diperhatikan ada lubang diatas tempat kami duduk adalah untuk 
menyimpang makanan persediaan 


Nah ada kayu yang melingkar dibuat untuk menghindari tikus
 tidak bisa naik ke persediaan makanan




                       






Sedang membuat Minuman Asam +Gula Alor

 
Kaum Perempuan di Gereja Hermon Pumai 








 Anak-anak Alor  yang unyu unyu :)

 





Jemaat GMIT di Hermon Pumai


 Tim Mempersembahkan Pujian dengan bergaya ....hahha
Bersama para majelis dan Ibu Pendeta 

Nah kami Tim dikasih kenang2an tas anyaman , 
kenari dan kacang hijau didalamnya 




                  Alat Pemotongan biji Mente dan LCD diberikan kepada GMIT Hermon Pumai











Hari Kelima :  Kembali ke Surabaya 








SEKILAS yang Menarik dari 
ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR 


Wisata Alam dan Laut yang indah dan mengagumkan 

Taman laut Selat Pantar Alor, salah satu taman laut terindah di Indonesia. Letaknya tepat di wilayah Kabupaten Alor, keunikkannya adalah perpaduan perairan Australia yang dingin dan perairan indonesia yang hangat, hal inilah yang menyebabkan terumbu karang dan isinya seperti biota laut.  Tempat kebanggaan alor ini juga menjadi surga diving, ada 26 titik diving diantaranya adalah half moon bay, peter's prize, crocodile rook, shark close.

Sehubungan alam yang indah maka bisa melakukan berbagai kegiatan olahraga snorkling, diving, jogging, bersepeda, dll


















Hasil Bumi  
Pulau Alor terkenal juga disebut Negeri Nusa Kenari karena dipulau ini banyak ditumbuhi pohon kenari sehingga buah kenari menjadi komoditas unggulan pulau ini. Tentu hasil bumi yang lain juga banyak...

Jagung Titi - KATEMA ...makan jagung yang sudah ditumbuk dan sayur....makanan khas Alor :)






 Pasar Tradional





Kain Tenun Alor 




Budaya : Suku Takpala















(sumber informasi https://www.mobgenic.com/2012/10/10/desa-tradisional-takpala-contoh-kesetiaan-terhadap-alam-dan-tradisi/ )


Desa Takpala adalah sebuah kampung tradisional yang terletak di atas sebuah bukit namun sekaligus tidak begitu jauh dari pesisir pantai. Desa Takpala berada di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor. Sebagai kampung tradisional, Takpala memiliki belasan rumah adat berbentuk limas beratap ilalang yang tertata cukup baik.

Takpala berasal dari dua kata yaitu, Tak yang berarti ada batasnya, sedangkan Pala artinya Kayu. Jadi Takpala berarti Kayu pembatas. Selain itu Takpala juga mempunyai arti kayu Pemukul. Takpala sendiri berasal dari Suku Abui merupakan suku terbesar di Alor, yang biasa disebut juga Tak Abui, dan yang mempunyai arti Gunung Besar.

Desa Takpala mencuat dalam daftar kunjungan wisatawan asal Eropa setelah seorang turis warga Belanda bernama Ferry memamerkan foto-foto warga kampung ini tahun 1973. Ia mengambil foto warga Kampung Takpala untuk kalender dan mempromosikan bahwa di Pulau Alor ada kampung primitif. Sejak saat itu Desa Takpala dikenal orang-orang Eropa dan turis pun berdatangan ke kampung ini.
Kampung Takpala awalnya mendiami pedalaman Gunung Alor tetapi kemudian dipindahkan ke bagian bawah. Alasan pemindahan ini dahulu terkait kewajiban membayar pajak kepada Raja Alor (balsem). Utusan Raja Alor yang hendak memungut pajak kesulitan menjangkau kampung tersebut sehingga akhirnya dipindahkan ke bagian bawah. Adalah Bapak (alm) Piter kafilkae yang menghibahkan tanahnya untuk dijadikan lokasi Kampung Takpala seperti sekarang ini sejak tahun 1940 an.



Suku Abui sendiri yang menghuni kampung ini adalah suku terbesar yang mendiami Pulau Alor. Terkadang mereka biasa disebut juga Tak Abui (artinya gunung besar). Meski warga penduduk yang mendiami kampung ini hanya puluhan tetapi sebenarnya keturunan penduduk kampung ini telah tersebar dan telah mencapai ribuan orang. Masyarakat suku Abui dikenal begitu bersahaja dan sangat ramah terhadap pendatang.

Keseharian suku Abui di Desa Takpala ini adalah memanfaatkan hasil alam terutama hutan dengan berladang atau berburu. Pada saat siang hari otomatis kampung ini terlihat sepi karena sebagian dari mereka akan pergi mencari makanan ke hutan sekaligus berburu. Hasilnya selain dikonsumsi sehari-hari juga dijual di pasar. Makanan aslinya suku Abui umumnya adalah singkong dan jagung. Terkadang mereka mengkonsumsi nasi, akan tetapi dipadukan dengan singkong dan jagung (disebut katemak).

Rumah adat Takpala merupaka andalan pariwisata dari kampung Takpala. Rumah adat ini berupa rumah panggung dan berbentuk seperti piramida. Rumah adat di Takpala ada 2 macam, yaitu Kolwat yang mempunyai arti Perempuan dan Kanuarwat yang mempunyai arti laki-laki. Masih menurut Pak Martinus, masyarakat Takpala mengklaim bahwa merekalah yang pertama kali membuat rumah bertingkat 4 didunia dimana masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Lantai 1 adalah tempat rapat, lantai 2 tempat tidur dan masak, lantai 3 tempat menyimpan makanan dan lantai 4 untuk menyimpan barang-barang pusaka yang akan dipakai jika ada kegiataan adat.

Selain itu Kampung Takpala memiliki banyak sekali tradisi, diantaranya adalah masuk kebun atau Potong kebun, Potong kebun dilakukan pada bulan Oktober, dimana kayu-kayu besar diturunkan dan terus dibakar sampai dengan bulan November. Pada bulan Desember mulai tanam. Pada Desember akhir sampai Januari acara cabut rumput yang pertama, sedangkan cabut rumput yang kedua bulan maret-April dimana jagung mulai menguning, dan di bulan Mei sudah patah jagung. Pada tanggal 20 Juni Dimana saat itu ada acara masuk kebun dimulai dan dimulai dengan potong hewan. Dengan segala keunikan dan tradisinya, Desa Takpala sangat menarik untuk dikunjungi.



MOKO


Moko atau disebut nekara perunggu merupakan benda budaya zaman pra-sejarah.  Menurut para ahli arkeologi dan sejarah, teknologi pembuatan Moko Alor berasal dari teknologi perunggu di Dongson, Vietnam bagian utara.  Kemudian teknologi ini menyebar ke berbagai daerah di Asia Tenggara, termasuk pulau alor. Secara fisik, moko berbentuk seperti drum dengan diameter 40 cm -60 cm dan tinggi 80-100 cm dan memiliki bentuk yang beragam.


Fungsi Moko pada awalnya adalah alat musik tradional yang digunakan pada upacara adat dan acara kesenian lainnya. Fungsi yang lain adalah alat tukar ekonomi masyarakat Alor (barter juga dapat dilakukan). Seiring waktu yang berganti moko digunakan sebagai peralatan belis /mas kawin serta sebagai symbol status sosial.  Jika pihak pria tidak mempunyai moko pada saat akan menikah maka harus meminjam pada tetua adat, tidak gratis tetapi menggunakan uang yang cukup besar.  Yang memiliki moko lebih dari satu maka menunjukkan status sosial yang tinggi, umumnya mempunyai pengaruh dalam masyarakat.


Jika kita mau melihat moko maka terdapat di Museum seribu Moko atau di perkampungan adat traditional di Takpala atau Monbang.


(alorkab.go.id/webalor 2012/index.php/seputar-alor/95-moko)










Fenomena Alam :  Air menjadi dingin seperti air es dalam waktu kurang lebih 2 jam di Alor Kecil



Fenomena ini hanya terjadi di alor kecil, air menjadi sedingin es bisa terjadi setahun 3 kali . Tanda-tandanya yakni ada banyak ikan lumba-lumba (berkelompok) muncul dan bahkan kadangkala kita melihat lumba-lumba salto diudara, ikan-ikan menjadi tidak berdaya  sehingga menjadi mangsa burung laut, lamanya berlangsung adalah kurang lebih 2 jam. Umumnya penduduk menyambutnya dengan berkumpul disekitar pantai dengan membawa alat-alat seperti saringan, serokan dan ember untuk mengambil ikan-ikan yang sudah tidak berdaya /mati, adakalanya dijadikan pesta makan ikan bersama.






Hot Water Tuti Adage

Tinggi pancuran air panas sekitar 20 cm, setelah terjadi gempa berkurang beberapa cm, namun kehangatannya sangat terasa.  Letaknya adalah di desa Tuti adagae, Alor Timur Laut.




Lanjutan .....17 September 2017

Satu Tahun setelah perjalanan kami ke Alor, maka diadakan Ibadah untuk mengenal Injil masuk alor (sebagai contoh pekerjaanNya di Indonesia Tumur, NTT) .  Tuhan juga memperkenalkan saya pribadi dengan penulis kisah-kisah Injil yang dokumen aslinya di Belanda, diterjemahkan oleh Pdt. DR. Ebenhaezer I Nuban Timo ( Ketua sinode GMIT 2007-2011 dan sekarang dosen sistematika UKSW), bersyukur sekali dia bisa hadir di GKI Sulung .
Ibadah juga dilengkapi dengan kesaksian jemaat Sulung asli Alor , Bp. Denny Lalitan ; GMIT Hosanan di Surabaya - VG Kados dan juga anak anak SM GKI Sulung yang menyanyikan pujian Tuhan cinta semua anak di dunia ...
Tuhan biarlah GKI Sulung adalah alat kerajaanMu dalam merawat iman, bekerjasama bahu membahu dan tidak melupakan "saudara-saudaranya" di Indonesia Timur- tentunya dengan tetap ramah dan bergandengan tangan dengan umat lainnya sebagai saudara sebangsa setanah air- INDONESIA

Note : koord acara ini adalah Benyamin Obed yang sejak 2008 mengikuti pelayanan di Bidang Misi Budaya , GB















Dengan Kasih dan Doa semua akan berjalan sesuai rencanaNya .....Berlanjutkah ? Doakan Jemaat Sulung semakin dewasa dalam bermisi dan mengasihi sesama ...Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gereja, Prapaskah dan Covid-19 ( jatim darurat bencana covid 19, 20 maret 2020) Masa Prapaskah 2020 diiringi dengan situasi ...