Daftar
isi :
Empat Enam, umurku ……………………………...
Ragam Makna Keadilan, by Mee Fang…………
Perempuan Karir dan Ibu Rumah Tangga:
Berbedakah? by Muti
Manik…………………………
Bicara dan Berbagi Cerita, “Sifat dan Ciri”
Perempuan yang Menarik, by Rita Manik……………………….
Globalisasi , by Rifka Siahaan……………………
How Christian Concept Helps Women to Grow in your
Culture, by Miriam Lavarreda…………………...
Melakukan pekerjaan penting, tapi tidak dianggap
pribadi yang penting, by Linda Bustan……………
Problema dan Penghalang Perempuan Indonesia untuk
Maju, by Nova Manulang……………………..
Pendidikan Adalah Kunci Kemajuan Perempuan, by
Novarita…………………………………
Sekilas Perjalanan Perempuan di Indonesia, by
Florida Rambu…………………………………………
Women in Poverty, A Cinderella Version at The Caribbean,
by Georgina Thompson……………
Kejarlah Mimpi Anda, by Lily Choo………………
Becoming A Christian Woman of Inspiration, by
Esther Gunawan………………………………………………
Women in Brazil, by Juliana de Paula Costa…………
My honour to friends
whose written something about women on my birthday, all of you is my
inspiration to have vision for women grows
always proud have
being friend like you are, also my sisters too - Nina
Empat Enam
Apa arti menjadi manusia, Apa makna
kehidupan, Apakah aku sudah mencapai makna itu? Samakah Kehidupan manusia
? Semua waktu dihabiskan dengan role kehidupan
manusia yang sama ? Bisa Membosankan !!?
Beruntunglah aku ketika semua pertanyaan yang
menggelisahkan itu memiliki jawabannya sejak aku muda.....tepatnya ketika Sang
Pencipta "menemui" diriku, dan menyatakan dari samar-samar dan
semakin lama semakin nampak jelas...."inilah panggilan hidupmu...."
Memahami, mempersiapkan dan melatih
diri untuk tertuju kepada panggilan hidup
melewati waktu yang panjang….upaya keras, tangis, tawa, senang, susah
terus mengiringi perjalanan, bagaimana menjaga supaya panggilan itu tidak ikut
arus “makna” kehidupan orang lain…waktu-waktu yang sangat berharga…
Empat Enam
Bukan
lagi waktu memahami, mempersiapkan makna kehidupan, bahkan bukan lagi waktu
untuk berlatih mencapai makna.....kini waktunya untuk bermakna dan mengasahnya
supaya lebih bermakna lagi..lagi...dan lagi.....sampai akhirnya berakhir dengan
rasa damai .....
Kehidupan manusia memang tidak mudah, memiliki dan memaknai panggilan pribadi
diantara milyaran manusia yang hidup dengan panggilan masing-masing sangatlah
mengherankan…Dapat melewati paruh waktu kehidupan adalah suatu kenikmatan hidup
yang perlu dirayakan..
Inilah Hidupku, paruhan lebih dari waktu hidup standard
manusia….kuteruskan langkah dengan berani karena DIA selalu ada bersama dan
selalu memberi sahabat-sahabat untukku.
Nina
Manik
http://www.google.com/imgres?imgurl=
Budaya
patriakh menyebabkan Label Perempuan
identik Pekerjaan domestik, ketika ia
dapat mengerjakan pekerjaan lainnya maka dianggap Bukan Perempuan….Pembatasan
Karya perempuan !
Perempuan
dalam budaya Patriakh
:
Label Dan Posisi Lemah dalam Hukum
Ragam
Makna Keadilan
Apakah kata keadilan punya
berbagai makna bagi berbagai perempuan?
Pertanyaan ini terus mengusik
nurani hingga hari ini. Menemui berbagai perempuan dengan berbagai masalah dan
cerita, yang mencari keadilan tak kunjung memperjelas makna keadilan yang
seadil-adilnya.
Pemicu pergumulan ini dimulai
ketika berkenalan dengan seorang perempuan muda yang bercerita tentang dirinya
serta meminta dukungan untuk upayanya meminta keadilan. Dia menjadi perempuan
simpanan seorang bapak yang sudah berusia dan berharta. Menurut pengakuan sang
bapak, sang istri mengijinkannya punya perempuan simpanan karena kondisi
kesehatan istri tidak memungkinkan untuk melayani suami dengan baik. Sang
perempuan muda bersedia menjadi perempuan simpanan karena menemukan figur
seorang ayah serta desakan kebutuhan ekonomi. Lagipula pikirnya, hubungan ini
mendapat restu dari istri, meskipun mereka tidak pernah bertemu langsung. Untuk
sementara semua merasa mendapat keadilan.
Sang bapak mendapat keadilan
dari istrinya karena boleh memiliki perempuan simpanan sebagai imbalan
kelemahan istri. Sang istri mendapat keadilan karena suami tidak menceraikannya
ataupun menikah lagi sebagai imbalan atas pemberian ijinnya. Sang perempuan
muda mendapat keadilan karena mendapat kasih sayang dan nafkah dari sang bapak
sebagai imbalan kerelaan menjadi wanita simpanan. Namun sebagaimana semua
relasi antar manusia yang mengalami pasang surut, demikian juga dengan kisah
ini. Setelah belasan tahun menjalin relasi, tibalah perubahan karena unsur
waktu dan usia.
Ketika sang bapak tidak lagi
kuat dan berminat menjalin hubungan dekat dengan sang perempuan, dia berniat
menghentikan segala jenis hubungan termasuk pemberian nafkah. Tentu saja sang
perempuan yang sudah tidak muda lagi, merasa dirugikan. Dia meminta keadilan
berupa tunjangan nafkah seterusnya, karena sepertinya sulit baginya untuk
mencari pria lain yang mau menjadi suaminya, setelah sekian lama dia berstatus
perempuan simpanan. Baginya dia seperti seorang janda yang habis manis sepah
dibuang.
Bagi sang bapak keadilan sudah
diberikan dengan memberi nafkah cukup bahkan berlimpah bagi sang perempuan.
Bersama istri tidak pernah jalan-jalan keluar negeri, sedangkan dengan sang
perempuan hampir sudah keliling dunia. Dan sejak dari awal sudah jelas bahwa
hubungan ini tidak resmi karena tidak ada ikatan pernikahan. Lagipula saat ini
dia sudah lanjut usia dan tidak lagi bekerja. Bagi sang istri sudah jelas bahwa
pemutusan pemberian nafkah ini adil, karena uang pesangon besar sudah diberikan.
Sekian lamanya dia merelakan suami bersama perempuan simpanan tanpa pernah
mengeluh. Sekian lamanya dia membela suami di depan anak-anaknya, ketika mereka
protes tentang hubungan di luar nikah ayahnya.
Dalam
kisah ini, apa makna keadilan bagi perempuan yang menjadi istri sah ? Apa makna
keadilan bagi perempuan yang pernah menjadi simpanan ? Apakah makna keadilan bisa
dicari dari segi hukum atau dari segi nurani ? Beberapa teman bahkan rohaniawan
yang menjadi tempat curhat tidak seragam dalam memberi nasehat, tentang
keadilan yang harus diterima atau diperjuangkan. Pihak keluarga sudah lama membuangnya dari silsilah karena status
perempuan simpanan tidak pernah ada dalam kamus keluarga. Bagaimana
memperjuangkan keadilan jika kita sendiri tidak jelas makna dan standardnya ??
Kisah
ini hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah kaum perempuan yang
mengalami pergumulan tentang keadilan.
Hampir selalu perempuan yang merasa jadi korban, mencari keadilan menurut
standardnya sendiri. Pencarian keadilan dilakukan setelah rangkaian keputusan
yang kurang matang di masa lalu. Kita semua adalah manusia yang sering lupa
memikirkan keadilan bagi orang lain, namun segera menjerit ketika mengalami
ketidak-adilan. Keinginan untuk lepas dari kesulitan masa sekarang, kadang
membuat kita lupa resiko kesulitan di masa depan.
Keadilan
harus diperjuangkan untuk semua insan termasuk bagi kaum perempuan. Namun lebih
dari itu kita kaum perempuan perlu terus belajar memikirkan makna keadilan
dalam setiap keputusan, tidak hanya bagi diri kita tapi bagi semua orang yang
terkait. Kita
perlu meminta kekuatan Tuhan untuk mampu menahan diri dalam kesulitan, agar
tidak menambah masalah baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Kiranya
dengan ketabahan maka kebijakan akan datang menuntun kita menemukan jalan.
Kiranya makna keadilan bagi kita akan bermakna sama bagi semua orang di sekitar
kita.
Pdt.
Nyoo Mee Fang M,Th (cand)
Langham,
Jakarta
Problema Perempuan
Modern: Double burden
Perempuan Karir Dan Perempuan
Ibu Rumah Tangga: Berbedakah ??
“ Ibu Rumah Tangga” , sering orang
menganngapnya sebagai “status yang biasa-biasa saja dibanding “ wanita karir”. Atau mungkin banyak juga orang
tua menginginkan anak perempuannya sesudah dewasa menjadi seorang “wanita karir
“, karena mungkin dianggap sesorang perempuan karir lebih dihargai
keberadaannya, lebih mandiri, bisa dibanggakan oleh anak-anaknya kelak,
dianggap tidak ketinggalan zaman..., dll
Sebagai seorang Ibu
rumah tangga yang juga berkarir,
saya punya pandangan sendiri atau banyak dari teman-teman saya yang juga ibu
rumah tangga yang bekerja sependapat bahwa : Baik sebagai Ibu rumah tangga yang bekerja atau ibu rumah tangga yang tidak bekerja mempunyai
tanggung jawab dan beban yang sama.
Tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga
secara garis besar : Pertama,
"penolong" suami dalam menjalankan kewajibannya sebagai kepala rumah
tangga ( sebagai tulang rusuk , menopang agar suami dapat menjalankan tanggung
jawabnya sesuai tugas yang diberikan Bapa kepada seorang Kepala keluarga ),
seperti nabi Musa sebagai seorang pemimpin juga selalu perlu ditopang oleh
orang lain, bangsa Israel. Menurut saya ini sangat penting dan yang terutama
bagi tugas seorang istri, apalagi di zaman modern seperti sekarang ini , dimana
teknologi sudah semakin canggih, iblis mau menggoyahkan setiap keluarga dengan
berbagai cara, agar setiap keluarga Kristen hancur. Kurangnya komunikasi antara
suami istri oleh
karena kesibukan masing-masing, apalagi
bagi pasangan yg tempat bekerjanya saling jauh/ atau bahkan harus berpisah
sementara waktu, hanya bertemu seminggu sekali, sebulan atau bahkan ada yg
lebih dari 3 bulan sekali merupakan tantangan yg tdk boleh diabaikan.
Komunikasi harus tetap dipertahankan atau bahkan yang utama. Komunikasi antara
suami istri dan kemudian komunikasi dengan anak-anak. Menurut saya komunikasi
yang paling efektif adalah : berdoa bersama, membaca dan merenungkan Firman
Tuhan bersama, memuji Tuhan dan saling “share” berbagi pengalaman. Hal ini
sudah ditanamkan waktu saya masih kecil oleh kedua orang tua saya dan sangat
membekas sampai sekarang, dan sampai sekarangpun saya menerapkannya dengan
suami dan anak saya setiap malam. Doa bersama ibarat tiang-tiang yang
mengokohkan suatu bangunan dan Firman Tuhan adalah landasannya. Atap rumah
ibarat tujuan/ keberhasilan yang ingin dicapai keluarga. Sedang dinding dinding
rumah ibarat mezbah keluarga yang senantiasa harus kuat dan saling melekat.
Tanggung jawab yang kedua adalah mendidik
anak. Mendidik anak baik secara mental/rohani,termasuk memperhatikan kebutuhan
yang diperlukan utk pertumbuhannya sebaiknya dimulai sejak anak dalam
kandungan. Banyak teori yang disajikan demi pertumbuhan maksimal si buah hati.
Dalam hal ini yang diperlukan adalah hikmat dalam memilih dari sekian banyak
yang ditawarkan. Sekali lagi diperlukan hikmat Tuhan dan doa yg tidak
putus-putusnya dari orang tua. Dulu saya beranggapan bahwa perhatian penuh
hanya dibutuhkan pada saat balita ( karena pada umur ini sianak belum mengerti
apa-apa ), ternyata semakin anak besar, justru semakin perlu perhatian karena
mulai mengerti dan ingin tahu, apa saja yang terjadi disekitarnya. Tanpa
pengarahan yg benar maka akan merusak pertumbuhan si anak. Disini peran orang
tua, guru sekolah minggu dan guru di sekolah sangat penting. Setiap hari adalah
waktu yg sangat berharga bagi pembentukan si anak. Oleh sebab itu saya selalu
berusaha agar anak bisa mengikuti kegiatannya tanpa absent ( baik ke sekolah
ataupun sekolah minggu, atau kursus lainnya yang berguna ). Suami-istri harus
kompak, seide dan seirama satu visi dalam mendidik anak, dan tidak lain yang
diperlukan adalah hikmat dan persekutuan yg erat dengan Tuhan.
Ada juga yang tidak tertulis tetapi tetap menjadi tanggung jawab seorang
Ibu rumah tangga adalah memperhatikan orang-orang yang tinggal di dalam satu
rumah mis : asistent rumah tangga atau saudara/i yang mungkin tinggal bersama.
Mereka ada di rumah kita , karena kita memerlukan keberadaan mereka dirumah
atau mungkin juga karena mereka mempunyai keperluan khusus. Apapun alasannya
kita wajib memperlakukan mereka dengan baik agar mereka juga nyaman tinggal di
rumah kita. Kita bersyukur karena Tuhan mempercayakan mereka bagi kita,
sehingga kitapun punya tanggung jawab bukan hanya kesehatan jasmani , tetapi
perkembangan jiwa/ rohaninya. Ini bukan hal yang mudah , kadang memerlukan
pengorbanan ,tetapi yakinlah kalau Tuhan mengirim mereka untuk kita, berarti
Tuhan sudah mempersiapkan kita utk sanggup, asal kita bersandar padaNya.
Sebagai seorang ibu yang bekerja terkadang
saya membandingkan dengan ibu rumah tangga yang di rumah..., alangkah enaknya mereka..., bisa selalu
bercengkrama dengan anak, mengatur rumah tangga , sedikit santai.. karena
sepanjang hari dirumah. Tetapi, apabila saya cermati lagi, misalkan pada saat
libur.., dimana sepanjang hari saya dirumah..ternyata rasanya belum tentu saya
dapat melakukan tugas-tugas di rumah, sebaik yang bisa saya kerjakan di tempat
kerja. Sebaliknya mungkin ada juga ibu rumah tangga yang sehari-hari harus di
rumah mengurus rumah tangga merasa akan lebih menyenangkan apabila ia berkarir
, karena dapat menyalurkan kebolehannya di bidang tertentu yang ia kuasai,
mempunyai pergaulan yang luas, punya penghasilan sendiri, dapat
bepergian...Tetapi mungkin belum tentu yang ia bayangkan terealisasi pada saat
ia bekerja.Yang bisa saya simpulkan disini bahwa : sebagai perempuan yang Allah
ciptakan. Tuhan mempunyai rencana yang begituu indah untuk setiap kita. Sebagai
apapun kita ditempatkan ; sebagai ibu rumah tangga, sebagai seorang perempuan
karir.., sebagai perempuan lajang,..seorang perempuan pemimpin..., semuanya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia. Tanpa karya kita..,kerja keras
kita..,pengorbanan kita...mereka yang ada disekitar kita mungkin belum tentu
bisa merasakan kebahagiaan yang seharusnya mereka rasakan. Untuk itulah Tuhan
ciptakan kita kita..perempuan yang unik.
Masing-masing kita bisa berbeda.., tapi yang jelas disekitar kita banyak
jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kehadiran kita..., kelembutan kita...sentuhan
kita , baik itu suami, anak, orang tua, mertua, sahabat, saudara, tetangga..,
saudara seiman.., jemaat, pembantu rumah tangga ..siapa pun dia, semuanya
membutuhkan uluran tangan kita..uluran tangan perempuan..langsung atau tidak
langsung.
Akhir kata saya ucapkan
: Berbahagialah kita..kaum perempuan, Allah ciptakan begitu unik, berharga,
setara dengan kaum pria yang adalah gambar dan rupa Allah. Bangga kita kaum perempuan yang Allah
ciptakan begitu luar biasa...Rendah hatilah kita kaum perempuan karena Allah
ciptakan pada tempat yang mulia: penolong yang sepadan/ setara yang setia,
pengurus yang apik , penyemangat, penyayang..dan mungkin masih banyak yang
tidak terkatakan...saking luasnya yang dapat dilakukan oleh seorang perempuan
yang berharga dalam ciptaanNya. Tuhanlah sumber kekuatan kita.
Dear De Noy, auntie Nina
yang baik “happy Birthday yaa” kiranya sukacitaNYA yang tanpa batas selalu
melimpah…sukses dan happy selalu, panjang umur dan sehat senantiasa, menjadi
saluran berkatNya dimanapun berada. Menjadi perempuan yang bijak, lemah lembut
dan senantiasa menurut kehendakNya..
Ir. Resdiana (Muthi)
Manik (Product development Manager Indofood)
Purwakarta 19 Juli 2013
Stereotype
Karakter Perempuan
Bicara
Dan Berbagi Cerita, "sifat dan ciri"
Perempuan yang Menarik
Perempuan katanya lebih
verbal, perempuan bicara 20.000 kata/hari sementara pria hanya 7000 kata/hari,
belum lagi menurut pengamatan wanita bicara 2 kali lebih cepat daripada
pria. Perempuan memang senang berbagi perasaan
dan membicarakan apa saja. Kumpul dengan teman perempuan, waktu bisa habis
hanya untuk ngobrol dan topiknya bisa beragam dan berpindah pindah dengan
sangat halus.
Teman-teman SMA ...
bayangkanlah mereka adalah bagian dari hidup saya 30 tahun yang lalu. Mereka seperti tiba-tiba saja muncul dan
menari nari kembali dalam hidup saya. Takjub melihat tawanya bahkan wajahnya
seperti sama saja dengan jaman tahun 70an. Tidak persis tahu darimana ide
mereka muncul ketika empat teman wanita dari bayangan 30 tahun lalu: riri,
Jani, Ui dan Rini mengatakan akan berkunjung ke Lampung tempat saya tinggal
sekarang. Berhari-hari saya tegang membayangkan hari-hari kedatangan mereka,
apakah kami masih akan bicara dalam bahasa yang sama?
Saya bukan remaja SMA yang
gaul; cenderung serius dan sangat kuatir kalau-kalau saya tidak naik kelas dan
tidak mampu masuk perguruan tinggi. Karena itu semua hura-hura khas SMA tidak
masuk dalam catatan hidup saya. Dan...sekarang ini mereka di depan mata saya di
Bandara Raden Inten 2 Bandar Lampung. Ternyata kami langsung kembali akrab
seperti tak pernah terpisah. Apa yang
menyebabkan begitu mudah cair kembali? Ngobrol.
Dibandingkan kegiatan makan
dan belanja, kegiatan ngobrol lah yang paling menjadi momen indah dari
pertemuan ini. Kami menginap di sebuah
resort di pantai Kalianda, Lampung Selatan dan menghabiskan 2 malam tidur larut
hanya untuk ngobrol. Kami cerita tentang keadaan teman-teman sekarang, siapa
pasangannya, berapa anaknya, apa kerjanya dan tentu saja disertai beragam
komentar sambung menyambung. Kami juga
tertawa untuk lelucon remeh temeh yang barangkali tidak ada isi yang berbobot,
tapi tawa kami bisa memecah keheningan malam di tepi pantai Kalianda itu.
Saya masih punya banyak
pengalaman lain dalam hal ngobrol dengan teman perempuan: dengan Detty di kedai
kopi kampus UI selama lebih dari empat jam bercerita tentang tantangan dunia
kerja wanita, dengan Katrin dan Diana di Citos yang terpotong karena hari sudah
malam dan saya masih harus naik taksi untuk jarak yang jauh, kami bicara soal
bagaimana mereka membesarkan anak khususnya pendidikan mereka; dengan Ida baik
bertemu maupun lewat telfon bicara tentang bagaimana mengurus lembaga
pendidikan yang kami pimpin, karena dia adalah sekretaris saya dengan Endang
sampai mata terpejam ngantuk dan banyak lagi. Bahkan dengan yang baru bertemu
dan ditempatkan dalam satu kamar hotel dalam kegiatan seminar atau pelatihan
saya bisa ngobrol sampai terlelap.
Barangkali
kegiatan ngobrol para perempuan sering diberi konotasi negatif dengan istilah
ngegosip atau ngerumpi.
Dalam kamus, gossip berarti pembicaraan yang sia-sia tentang urusan pribadi
orang lain. Memang kadang kita membicarakan orang lain dan sulit untuk tidak
menambahkan pendapat pribadi –disampaikan dengan positif atau negatif- atas
fakta yang menjadi sumber obrolan. Dari
pengalaman saya, bergosip tidak bertahan lama dalam obrolan yang sehat; obrolan
yang memuaskan adalah ketika kita berbagi perasaan dan tentu berharap mendapat
reaksi sebagai tanda peduli dari lawan bicara, dan berganti peran antara
menjadi pembicara dan pendengar. Obrolan
sehat juga berisi tawa termasuk menertawakan pengalaman pribadi atau
kebodohan-kebodohan lain yang pernah dilakukan.
Sementara, secara positif
ngobrol diberi label sharring atau curhat dan ini membuat perempuan melepaskan
ketegangan, menenangkan perasaan moody
yang sering tidak jelas sumbernya atau sekedar ekspresi saja, mengisi
waktu.
Kadalah perempuan adalah
mahluk yang sangat butuh orang lain, maka sharring
perasaan menjadi sarana yang baik supaya kita tidak jatuh pada perasaan down, depressi atau bahkan akhirnya
tidak bisa mengontrol emosi kita. Ada
seorang ibu teman saya yang kehilangan anak laki2nya karena kanker
paru-paru. Dia sangat terpukul dan terus
menangis. Saya tentu saja tidak bisa
menolong masalahnya karena anaknya pasti tak akan hidup lagi, tetapi sangat
menolong ketika saya hanya duduk disebelahnya, mengelus punggungnya dan
membiarkan dia berbicara tentang kesedihannya.
Saya yakin hal itu menolong, karena hari hari berikutnya dia bertahan
dan bisa dengan baik menceritakan isi hatinya dan mulai mau ikut dalam
kegiatan-kegiatan.
Melalui sebuah team pelayanan
yang kami sebut sebagai Team Sumatra, saya berkesempatan mengikuti Mission Trip
mengunjungi gereja-gereja dalam denominasi kami di Sumatra. Saya selalu mengambil kesempatan itu untuk
mengobrol dengan para istri pendeta, mendengarkan pengalaman mereka, mendorong
semangat mereka tetapi juga obrolan ringan yang disertai tawa juga. Bukan hanya mereka dikuatkan dan merasa punya
teman, saya juga merasa senang dan jadi tahu menghargai pelayanan dan kerja
orang lain. Mungkin gereja dan pelayanan
mereka sederhana, tetapi ketahanan dan kesabaran mereka berada di tempat yang
jauh menciptakan suatu kekaguman juga di hati saya.
Saya juga mengambil kesempatan
ngobrol dengan rekan kerja sebagai sesama dosen. Kadang rasanya kejengkelan terhadap mahasiswa
karena ketidakseriusan mereka dalam belajar dan akhirnya nilai-nilai mereka
yang jelek ditambah lagi kejengkelan terhadap administrasi kampus yang rasanya
tidal memihak pada dosen membuat pikiran sumpek. Kesempatan ngobrol di jam
makan siang atau disela-sela pergantian mengajar menolong menurunkan stress dan menciptakan keakraban juga
diantara kami. Harus saya akui bahwa
rasa berkawan itu yang membuat rindu pada tempat kerja dibanding berfikir soal
gaji, pangkat atau prestasi lainnya.
Dari semua itu saya memasukkan
ngobrol sebagai senjata menikmati hidup, memberi warna dalam rutinitas, membuat
hari-hari panjang terlewati dan akhirnya juga menopang banyak tanggung jawab
dan pekerjaan dalam hidup saya.
Kalau perempuan
dikonotasikan sebagai mahluk lemah, Tuhan punya cara yang baik untuk menjadikan
perempuan kuat yaitu dengan saling berbagi perasaan. Teman-teman perempuan
adalah sumberdaya yang jangan diabaikan, mereka diberikan Tuhan untuk membuat
kita kuat. Bahwa perempuan suka bicara juga adalah metode yang Tuhan buat untuk
kekuatan itu; kalau kita menggunakan bicara dengan teman sebagai saluran emosi
yang baik maka di dalam rumah kita tidak perlu jadi pribadi yang menyebalkan
karena cerewet dan tukang ngomel.
Happy Birtday
for my sweet little sister, dengan dia saya juga suka ngobrol panjang lebar dan
menikmati momen-momen kecil dalam hidup sehingga kami berdua efektif dalam
hidup dan panggilan masing-masing.
Tumiar Katarina (Rita) Manik,
P.hd
(sekretaris program pasca sarjana agronomi
fak. Pertanian)
Dosen
UNILA, Lampung
Perempuan Dan Budaya Patriakh di Jaman Modern
G L O B A L I S A S
I
Apa
itu globalisasi? Menurut kamus bahasa inggris kata globalisasi berasal dari
akar kata global (globe) yang berarti dunia yang bulat atau dunia yang luas.
Malcolm Walters sosiolog dari Australia mengatakan bahwa kata globalisasi
memiliki arti yang jauh lebih luas dari apa yang didefinisikan oleh kamus.
Dalam bukunya Globalization, Walters memberikan definisi bahwa globalisasi
adalah sebuah proses baik secara geografi, ekonomi dan politik saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Lebih lanjut Walters menekankan,
konsep dari globalisasi ini adalah perluasan budaya barat dan menciptakan
masyarakat kapitalis. Ada kekuatan yang berlangsung diluar control manusia yang
mengubah dunia ini. Globalisasi merupakan perluasan budaya Eropa yang memiliki
kaitannya dengan kapitalis dengan memakai jalur politik dan budaya. Menurutnya
bahwa kapitalis ini dibungkus dengan apa yang disebut modernisasi. Selanjutnya
Walters mengklasifikasikan globalisasi ini ke dalam 3 sektor : ekonomi, tatanan
administrasi/aturan, budaya.
Thomas
Freidman memberikan definisi bahwa globalisasi adalah dunia yang menyatu yang
diikat dalam sebuah pasar bebas. Kalau dahulu manusia terpisah oleh benua,
budaya, politik, bahasa tetapi dalam era globalisasi dunia diikat ke dalam
sebuah system yang disebut pasar (market place). Globalisasi menurut Friedman
tidak hanya sekadar sebuah ekonomi tren, tetapi lebih menunjuk pada sebuah
kekuatan system, yaitu sebuah system international. Lewat system itu dunia
diikat menjadi satu. Apakah itu perusahaan kelompok, pribadi atau Negara.
Diikat ke dalam sebuah system dengan nama jaringan (web). Freidman setuju
dengan apa yang dikatakan oleh Walters bahwa era globalisasi ini adalah
perkembangan free market atau pasar bebas dengan system kapitalis ke dalam
setiap Negara di dunia ini. Tetapi ia lebih menekankan pengaruh Amerika di
dalam era globalisasi. Ada ekspansi budaya barat ke seluruh dunia tetapi ia
menggarisbawahi bahwa semuanya di bawah kekuasaan Amerika. Karena Amerika
merupakan Negara yang super power. Dengan kata lain Freidman mengatakan,
globalisasi adalah identik dengan Amerikanisasi. Negara-negara lain di dunia
ini dianggap sebagai Negara yang subordinate yang dibawah kekuasaan Amerika.
Amerika ingin mengembangkan apa yang disebut demokrasi ala Amerika di Midle
East, di Asia ataupun di Eropa dan keseluruh dunia.
Sistem
ekonomi dunia dibuat sedemikian rupa agar mengikuti keinginan Amerika.
Perdagangan dunia harus mengikuti peraturan Amerika. Sehingga terjadilah
Negara-negara yang disebut under development countries atau Negara sedang
berkembang atau Negara yang terbelakang akan menjadi sangat tergantung pada
Amerika baik dari segi ekonomi dan politik.
Apa artinya bagi kehidupan masyarakat dunia, bagi
Indonesia atau bagi perempuan Batak secara khusus?
Jurang
antara yang kaya dan miskin akan semakin dalam. Hanya orang yang punya capital
dalam hal uang yang akan mendominasi ekonomi local di kampong, di desa, di
kota, di tingkat nasional maupun international. Ekonomi dunia atau pasar dunia
diatur oleh segelintir orang kaya. Apakah ada di Eropa, Amerika atau Asia itu
tidak penting karena segala sesuatu yang mengatur perpindahan uang atau pasar
modal atau perdagangan itu adalah sebuah system international yang canggih dan
lewat teknologi canggih yang disebut computer, miniaturization, digital,
satelit, internet, komunikasi dan sebagainya.
Sejak
kapan Globalisasi itu ? Walters membagi globalisasi ke dalam 3 masa : Pertama,
Globalisasi sudah ada sejak permulaan sejarah manusia yang kemudian berkembang
dari waktu ke waktu. Kedua, globalisasi terjadi pada masa revolusi industry dan
ekspansi dari eropa ke seluruh dunia melalui penjajahan. Ketiga, adalah masa
kini yang disebut pasca industrialisasi. Freidman membagi globalisasi ke dalam
2 ronde : Pertama, globalisasi terjadi sebelum perang dunia I. Pada masa itu
ekonomi dimonopoli Inggris yang menguasai secara global. Dimasa itu juga
migrasi terjadi secara besar-besaran dari satu benua ke benua yang lain tanpa
memakai visa. Kedua, globalisasi terjadi
setelah berakhirnya perang dunia II yaitu setelah jatuhnya tembok Berlin.
Perempuan
sebagai Konsumer
Pengaruh
iklan dan media komunikasi punya peranan penting dalam membentuk karakter
budaya manusia. Media merupakan alat yang dipakai untuk promosi produk-produk
baru. Tentu saja target konsumen untuk semua masyarakat, tetapi yang terbesar
adalah untuk para ibu atau wanita muda. Kebutuhan uang atau materi menjadi
sangat vital di era globalisasi ini. Dengan memiliki uang, perempuan dapat
membeli barang-barang yang bagus yang dipajang di supermarket atau iklan TV.
Apa yang harus kita lakukan? Sangat dibutuhkan di era globalisasi ini kata
kuncinya adalah pendidikan. Ada 3 sektor pendidikan yaitu : Pendidikan
masyarakat, pendidikan orangtua dan pendidikan perempuan.
Pendidikan
Masyarakat
Pendidikan
kesadaran media. Media bagi masyarakat bertujuan untuk mendidik masyarakat agar
lebih kritis dalam melihat tayangan yang ada. Tidak hanya iklan tapi film-film
kekerasan dan pornografi akan merusak kehidupan masyarakat. Masyarakat harus
dididik untuk menjaga lingkungan. Lingkungan dan manusia harus memiliki
keseimbangan serta relasi saling memberi dan memelihara. Penebangan liar, perusakan
hutan, pencemaran udara, penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan akan
merusak kehidupan manusia masa kini dan masa mendatang. Para pemodal kadang
tidak perduli sehingga menebang pohon yang belum layak ditebang yang
mengakibatkan banjir. Masyarakat perlu dididik untuk menghargai budaya
setempat.
Pemerintah
perlu membangun kelompok baca atau perpustakaan umum di kota sampai ke desa,
sehingga waktu senggang dapat dipergunakan untuk belajar. Dengan membaca buku
dapat mencerdaskan wawasan ketimbang mengunjungi Mall, berjudi atau minuman
keras. Pemerintah harus menegakkan kembali nilai-nilai budaya yang ada. Agar
generasi muda mencintai budayanya. Mendidik orangtua untuk memberikan prioritas
pada pendidikan anak. Terjadinya tracficking perempuan di seluruh dunia
disebabkan oleh 2 hal yaitu : kebodohan dan kesulitan ekonomi.
Pentingnya
pendidikan Perempuan
Perempuan menjadi target dari media TV, ataupun
iklan yang ditayangkan. Apakah itu berkaitan dengan peralatan rumah tangga,
kecantikan, sampai pada program melangsingkan badan.
Perempuan merupakan pengunjung terbanyak di supermarket atau mall. Selain
karena perempuan mengatur dan mengurus kebutuhan rumah tangga tetapi juga
menjadi konsumen untuk dirinya. Perempuan adalah penyambung generasi penerus.
Mendidik perempuan berarti kita mendidik generasi. Selalu perempuan menjadi
victim atau berada pada posisi yang lemah. Seorang perempuan yang terobsesi
dengan uang dan tanpa harus bekerja akan mampu melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan moral dan agama. Perempuan perlu dididik agar tidak akan
menjadi consumer saja tetapi dapat menghasilkan sesuatu lewat ketrampilan yang
dimiliki. Agar perempuan tidak dijadikan
objek maka pendidikan dan sarana untuk perempuan perlu disiapkan apakah melalui
PKK, Keluarga Berencana atau program-program yang berpusat pada pemberdayaan
perempuan.
Pendidikan
Moral dan Agama
Pendidikan
agama memegang peranan penting di era globalisasi ini. Agama mengajarkan nilai
sebuah kehidupan. Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kerangka
membentuk mental dan karakter manusia. Agama memiliki peranan penting untuk
dapat mendidik umat agar mampu bertahan dan mampu membedakan mana yang baik dan
yang tidak baik.
Kesimpulan
Sebagai
mahluk sosial, suka atau tidak suka kita berada di era globalisasi. Globalisasi
memberikan kemajuan yang besar di bidang teknologi. Sampai ke pelosok desa
orang dapat berkomunikasi lewat telp genggam. Listrik masuk desa, TV dan Koran
menyebar ke daerah terpencil. Penemuan baru di bidang kesehatan menolong
meningkatkan kehidupan manusia. Setiap orang menginginkan kehidupan yang baik
dan mudah. Tidak mau ketinggalan zaman. Bahaya yang dapat terjadi di era
globalisasi, pasar bebas, kapitalis tidak hanya merusak lingkungan alam, tetapi
merusak manusia. Manusia di dorong untuk menjadi mahkluk yang konsumtif. Target
yang empuk adalah perempuan. Karena mengkonsumsikan sebagian besar produk
tersebut. Untuk itu perlu diberikan
pendidikan yang penting bagi perempuan sehingga dengan era globalisasi kemajuan
perempuan di segala bidang dapat dirasakan. Dengan kemajuan internet, computer,
buku-buku akan dapat memudahkan perempuan mampu sejajar dengan pria. Sehingga
perempuan yang selama ini dianggap lemah dapat menunjukkan kehebatan dan
menjadi pemimpin baik di kantor maupun di pemerintahan. Hambatan kemajuan
perempuan adalah bila tidak memanfaatkan kemajuan pendidikan yang ada sehingga
mudah digoyahkan oleh berbagai arus negative yang ada.
Bangsa
Indonesia memiliki latar belakang budaya yang kaya. Berbagai suku hidup di
Indonesia. Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempunyai cirri khas
dan kekayaan budayanya yang unik. Perempuan Batak di kenal sebagai orang yang
memiliki rasa percaya diri yang kuat, ingin maju, setia, pekerja keras, berani,
mudah bergaul. Hal-hal yang menjadi cirri khas tersebut melekat di dalam diri
perempuan Batak. Dengan ciri khas tersebut sesungguhnya membawa perempuan batak
pada tempat yang layak untuk dibanggakan, namun ketika cirri khas tersebut
tidak di lengkapi dengan pendidikan maka kedudukan perempuan batak tidak akan
pernah terlihat di panggung kehidupan manapun. Dia akan tetap menempati posisi
terendah.
Suku
bangsa Batak yang dahulu mengunggulkan kaum pria mengingat sebagai pembawa
marga serta menganggap kaum perempuan sebagai orang kedua tidak lagi dirasakan
saat ini. Kesejajaran sudah mulai dirasakan di setiap keluarga sehingga
perempuan juga telah ditempatkan sebagai kaum yang penting. Perempuan Batak
telah banyak menikmati pendidikan sampai jenjang yang tinggi, bahkan menempati
kedudukan yang tinggi di pemerintahan, kantor-kantor.
Era
globalisasi haruslah dimanfaatkan untuk kemajuan dan harkat martabat perempuan
batak dimanapun, kemajuan menjadi terhambat bila tidak dimanfaatkan sesuai
dengan cirri khas yang ada dalam diri perempuan batak. Bila hal itu terjadi maka perempuan batak
akan tetap diperdaya oleh kemajuan zaman seperti konsumerisme, tracficking dll.
Dra.Rifka
Herawati Siahaan, MM
Perwakilan
LAI, Menado
Perubahan
Budaya
HOW
CHRISTIAN CONCEPT HELPS WOMEN TO GROW IN YOUR CULTURE?
This topic is very interesting
because of what a few years ago, the role of women was subordinated to the
interests of the man, first when she was a daughter the father wanted and
decided about her, then as a wife the husband take control of her and
everything around her life, so women left the paternal home to form his own
home, without take her own decisions, most of the time just outputs of
childhood. The religious context in Guatemala has been the Catholic Roman,
until the year 1,882 with the arrival of the Gospel through Presbyterian
missionaries, since then began to generate a change in the hearts of the people
and this also reached the women, knowing that their role is to be the suitable
helper they have worked at the side of their husbands, for having a stable home
for the integral formation of their children.
Here is a clear example of a
very prosperous, indigenous population by growing the vegetables, but by the
lack of spiritual direction and of a serious commitment to the Lord Jesus
Christ, they did not take advantage of that prosperity and population were
mostly alcoholic people, both men and women were addicted to intoxicating
drinks, was very common after a day of market, having sold all their products,
find a couples of husband and wife lying in public street, with their little
children sitting on par with them hoping that parents passed them the
drunkenness that deal with them. They
were very sad and disturbing scenes at the same time by poverty, malnutrition,
and poor education of the inhabitants. However, thanks to the powerful work of
the Holy Spirit, that changed, little by little the Gospel were introduced in
the community, most Christian churches, were to the extent that many were
separated by a street, to spread the message of salvation for those souls.
Now, walk through those
streets where were those images so depressing, we can watch clean houses and
well arranged, simple look but with signs of prosperity, each one with a truck
that allows them to bring their vegetables to where are well paid, without
relying on an intermediary who paid little, just to cover their minimum needs. We can see that not only are spiritual
wealth of the place, it is also the material wealth, arguably that not only for
the work of men but women. This is a population that has received the
grace of God and has gone forward and that also women are the engine of the
home.
In large cities the
contribution that Christian women have made to the community, has also been
many of them to become widows because of crime that has killed their husbands,
have taken the direction of his home, instructing their children in the way of
truth, separating them from the same crime that robbed his father, taking them
to church and sowing them the example of a life blessed by God.
Of course there are many who
still do not know the Lord Jesus and they are a challenge for Christians, to
bring the message of salvation, not only with words but especially by the
example.
For agustina , I've been asked
to participate in this project ..
Miriam
Lavarreda
(Administrator
First
Presbyterian Church)
Guatemala
City, Guatemala C. A.
Pemahaman
Penciptaan Perempuan
MELAKUKAN
PEKERJAAN PENTING,
TAPI
TIDAK DIANGGAP PRIBADI YANG PENTING
Selama beberapa tahun terakhir
ini, ketika saya berkesempatan untuk berbicara tentang gender, baik di dalam
seminar, khotbah, mengajar, percakapan
sehari-hari dengan teman, ada 3
pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka. Tiga pertanyaan tersebut adalah: (1)
kapan Allah mulai merencanakan menciptakan Hawa? Apakah sebelum Allah
menciptakan Adam atau sesudah Allah menciptakannya? (2) Di mana Adam ketika
Hawa bercakap-cakap dengan ular yang mengakibatkan dia berdosa? (3) Ketika
Allah memberikan perintah jangan makan buah pengetahuan baik dan jahat, apakah
perintah itu diberikan kepada Adam atau kepada Adam dan Hawa?
Jawaban yang saya
dapatkan, membuat saya terkejut. Hampir
semua kalangan, baik yang tidak punya pengalaman belajar teologi maupun dalam
level yang sudah menjadi pengajar teologi, memberikan jawaban yang hampir sama.
Jawaban yang hanya mengulang apa yang secara umum dipahami orang, tapi bukan
sesuai dengan ayat Alkitab. Jawaban yang
mendukung patriakal, tapi bukan jawaban yang Alkitabiah.
Pertanyaan pertama dijawab
oleh mereka, bahwa Allah mulai
merencanakan menciptakan Hawa setelah Adam diciptakan. Allah merencanakan
menciptakan Hawa, karena melihat tidak baik Adam sendirian. Dasar ayat yang
digunakan terdapat di Kejadian 2: 18 - TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia." Kesimpulannya,
Hawa diciptakan untuk Adam. Dengan kata lain, keberadaan perempuan untuk
laki-laki. Keberhasilan seseorang dalam
hidup adalah menggenapi tujuan mengapa dia ada. Jika tujuan perempuan adalah untuk laki-laki, maka perempuan baru
disebut berhasil jika dia berperan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi
laki-laki. Keberhasilan perempuan diukur
dari peranannya terhadap laki-laki.
Untuk pertanyaan kedua,
dijawab bahwa Adam tidur. Jadi Adam
tidak tahu percakapan antara Hawa dan ular.
Dosa yang dibuat oleh Hawa, tidak diketahui oleh Adam yang
tertidur. Ketika Hawa memberikan buah
terlarang itu, Adam menerima karena
dibujuk oleh Hawa. Pendapat lain, Adam makan buah itu karena kasihnya kepada Hawa. Pertanyaan ketiga dijawab bahwa Allah
memberikan perintah larangan makan buah kepada Adam dan Hawa.
Lalu bagaimana jawaban yang
sesuai dengan Alkitab?
Allah mulai merencanakan
menciptakan Hawa bersamaan dengan ketika Allah merencanakan menciptakan Adam.
Jawaban didasarkan kepada Kejadian 1:26-27, bukan 2:18. Allah merencanakan menciptakan manusia –
laki-laki dan perempuan. Sejak semula Allah sudah merencanakan manusia itu
sepasang, dengan amanat yang sama diberikan kepada mereka (Kej. 1:28). Dasar Alkitab ini akan memberikan pencerahan,
bahwa manusia – laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah, bersama-sama
melaksanakan amanat dari Allah dan bagi kemuliaan Allah. Tujuan manusia – laki-laki dan perempuan adalah untuk Allah. Jadi
keberadaan perempuan pun adalah untuk Allah, bukan untuk laki-laki.
Ketika Hawa bercakap-cakap
dengan ular, Alkitab mencatat, Adam ada bersama-sama dengan dia (Kej.
3:6). Seharusnya, percakapan itu juga
didengar oleh Adam. Perintah jangan
makan buah pengetahuan baik dan jahat itu diberikan kepada Adam saja, karena
pada waktu itu Hawa belum diciptakan. (Kej. 2: 16-17). Jadi, ketika ular
memanipulasi perintah Allah, maka seharusnya Adam yang mendengar langsung
perintah tersebut dapat memberikan sanggahan atau paling tidak memberikan
komentar supaya mereka tidak terlarut dalam alur berpikir yang dikondisikan
oleh ular. Namun, Adam hanya diam, “the
silence of Adam.”
Mengapa Adam diam? Ada
kemungkinan, sebenarnya Adam juga tertarik dengan percakapan itu dan ingin tahu
“kebenaran” dari perkataan ular tentang akibat makan buah terlarang itu. Oleh sebab itu, ketika Hawa memberi buah itu,
Adam langsung menerima tanpa bantahan.
Adam punya andil dalam kejatuhan manusia, karena dia yang tahu
kebenaran, tidak melakukan apapun untuk menghalangi kejatuhan mereka dalam dosa. Paling fatal, adalah ketika mereka berdua
lebih percaya perkataan ular daripada perkataan Allah.
Pola pikir yang
menempatkan perempuan sebagai pribadi yang diciptakan untuk laki-laki dan menitikberatkan (baca:
menyalahkan) peran Hawa dalam kejatuhan
manusia, hal ini dapat dikatakan "embrio" terhadap pandangan kepada
perempuan, dampak baik langsung atau tidak langsung membuat perempuan mengalami
kekerasan dalam berbagai bidang kehidupan. Pandangan
ini juga bisa menjadikan sekalipun perempuan melakukan tugas yang penting, tapi
tidak diperhitungkan. Atau perempuan
dianggap melakukan hal yang memang seharusnya dilakukan, jadi tidak perlu dihargai, karena memang perannya
adalah penolong. Perempuan jarang
ditempatkan sebagai pribadi yang penting sekalipun sudah melakukan pekerjaan
yang penting. Oleh sebab itu, memahami
perempuan dalam konteks rencana awal
penciptaan akan menolong membentuk gambar diri perempuan, sehingga perempuan
dan laki-laki dapat berfungsi saling melengkapi, menolong, untuk melaksanakan
amanat Allah dan menggenapi tujuan penciptaan dari Allah.
Artikel ini
ditulis sebagai dukungan untuk Agustina Manik yang sudah melayani dengan setia
kepada para perempuan. Juga sebagai rasa syukur baginya yang berulang tahun
pada tanggal 6 Agustus ini.
Selamat ulang
tahun, Noy....
Linda bustan,
M.Div
Dosen UK Petra
(Etika,
Leadership, Gender)
Surabaya, 23 Juli 2013
Budaya
Patriakh, Problema Perempuan
Problema
dan Penghalang
Perempuan
Indonesia untuk Maju
Apa yang menjadi penghalang
perempuan di Indonesia untuk maju? Pertanyaan ini merupakan hal yang patut
dipikirkan mengingat kemajuan kaum perempuan yang masih belum begitu maksimal
di negeri ini. Menurut Putri K.Wardhani (sumber:
Gita Ramadian – Okezone), Presiden
Director PT. Mustika Ratu Tbk dalam Forum Dialog Hipmi Sesi XIII
"Mahakarya Kartini: Dedikasi Untuk Generasi" di Gedung Palma One,
Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/4/2013), “yang menjadi
penghalang terbesar adalah diri wanita sendiri.”
Demikian pula dengan Sari di sela-sela acara yang sama, juga
menyatakan hal yang sama bahwa “yang menjadi penghalang terbesar adalah dari
diri perempuan itu sendiri. Perempuan takut untuk maju dan menjadi pemimpin,
padahal kemampuannya ada. Tantangan psikologis dan dukungan keluarga juga
menjadi faktor yang dipikirkan perempuan untuk berkarya," (Suara
Pembaruan, 23 Juli 2013). Joseph Nye, dalam artikelnya di “Masa Depan Power di
Abad 21” menjelaskan, “secara budaya banyak sekali anggapan-anggapan bahwa perempuan kurang
layak untuk mempunyai suatu pekerjaan yang levelnya di atas pria; bukan karena
melihat bahwa perempuan itu lemah, tapi coba saja lihat di setiap desa-desa
perempuan lebih memilih mengurus anak dan suaminya ketimbang harus bekerja
banting tulang. Kebanyakan perempuan di desa mempertanggung jawabkan pekerjaan
diluar kepada suaminya sedangkan mereka lebih banyak mengerjakan pekerjaan
rumah dan bagi mereka semua itu sudah menjadi hal yang biasa dan sudah
menjadi tradisi kebudayaan.”
Saya juga menemukan kenyataan di lapangan, masih ada
pembatasan kesempatan bagi perempuan untuk berkarir, dan hal itu justru terjadi
di kalangan orang-orang yang modern. Mereka justru tidak memberikan kesempatan bagi kaum
perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Hal-hal inilah justru yang
menghalangi perempuan untuk maju. Dan pada umumnya di Indonesia, di beberapa
budaya juga sangat menekankan kepemimpinan dari kaum laki-laki, sehingga sangat
sulit bagi kaum perempuan untuk berkembang dalam karir bahkan menjadi seorang pemimpin.
Dari beberapa
sumber tersebut, dapat dilihat bahwa ternyata masih ada saja permasalahan yang
muncul berhubungan dengan kesempatan bagi kaum perempuan untuk maju. Memang
benar bahwa sesuai dengan perjuangan Kartini, kaum perempuan sudah memiliki kesetaraan
dengan kaum laki-laki. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak kesulitan yang
muncul berhubungan dengan kesempatan bagi perempuan di Indonesia untuk maju,
misalnya: banyak anggapan bahwa perempuan masih belum layak menjadi pemimpin.
Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku sangat kental dengan
kehidupan budaya patriakh yang telah menjadi tradisi dari berbagai suku yang
ada. Tidak mudah memang memperjuangkan
kesempatan yang sama dan setara bahkan seluas-luasnya bagi kaum perempuan.
Tanpa disadari, seringkali perempuan menjadi orang kedua setelah laki-laki, dan
tentunya hal ini terwujud dalam hal kesempatan yang terbatas bagi perempuan.
Karena itu
baik secara teori maupun kenyataan, dapat dilihat adanya hambatan atau
penghalang bagi perempuan di Indonesia untuk maju. Melihat keadaan tersebut,
maka yang terjadi adalah kaum perempuan tetap ada di bawah kaum laki-laki dan
tidak dapat melebihi sesuai konsep kesetaraan yang dipahami. Memang, dalam
kebanyakan agama dan budaya, kaum laki-laki ditetapkan sebagai pemimpin dalam
rumah tangga. Hal itu tidak bisa disangkali, tetapi selaras dengan kemajuan dan perkembangan pengetahuan dan budaya
yang ada secara khusus di Indonesia, maka perilaku setiap orang seharusnya juga
berkembang termasuk di dalamnya adalah kesetaraan gender antara perempuan dan
laki-laki.
Melalui
artikel ini, saya sangat mendukung kaum perempuan dapat maju dan berkembang
sama seperti kaum laki-laki karena pada dasarnya kedua gender ini adalah sama
dan setara dalam keberadaannya, karena itu seharusnyalah kaum perempuan
mendapatkan kesempatan untuk maju.
Ev. Nova Manulang, M.Th
(Pembina KW dan Guru SD)
GKKK, Bandung
Makna
Emansipasi Perempuan
Pendidikan
adalah Kunci Kemajuan Perempuan
Perkembangan zaman menyebabkan
perubahan struktur sosial yang dinamis.
Dewasa ini, kita dapat menjumpai
kemajuan para perempuan Indonesia dalam suatu indikasi
dimana, pekerjaan atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki,
sudah banyak yang diduduki oleh kaum perempuan. Bukan hal yang tabu lagi jika
perempuan menjadi pegawai negri, diplomat, menteri, dokter, notaris dan banyak
lagi profesi yang diperankan oleh kaum perempuan. Melalui gerakan emansipasi ,
perempuan Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam
berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial.
Perempuan sekarang ini tidak
hanya berdiam diri dirumah melakukan pekerjaan domestik, melayani keluarga dan
suami yang menjadi kewajiban mereka. Tetapi
perempuan di era globalisai juga dapat berjuang membangun dan membela negara di
lingkungan sosial dan politik. Kita dapat melihatnya secara nyata pada UU
pasal 65 ayat 1 (Undang-Undang) Nomor 12 Tahun 2003 yang berbunyi “Setiap
partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan
dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%."
Kebijakan yang demikian itu, tentunya tidak
lepas dari lahirnya gerakan emansipasi dan kesetaraan gender yang sering
diperjuangkan oleh kaum perempuan dan para aktivisnya. Pada hakikatnya, kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan
dari perbudakan, dan persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
(misal :seperti persamaan hak, kaum perempuan dengan kaum pria).
Menurut historisitas pelopor emansipasi
perempuan, RA Kartini, arah perjuangan beliau adalah memajukan kaum perempuan
yang dimulai dari pendidikan. Dahulu kala sewaktu Indonesia masih dijajah oleh
bangsa Belanda kaum perempuan hanya dijadikan budak yang dipaksa untuk
mengurusi keperluan para penjajah. Maka dari itu, lahirlah emansipasi perempuan
sebagai tonggak baru untuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Semenjak di dirikannya sekolah untuk kaum
perempuan oleh RA Kartini, banyak sekali kemajuan yang mampu diraih oleh para
puteri bangsa yang mampu mengangkat derajat kaum perempuan dengan segenap
kecerdasan dan keterampilannya. Perempuan sudah mendapatkan hak pendidikan yang
seluas-luasnya dan berkesempatan untuk mengaplikasikan keilmuan yang mereka
miliki, agar tidak tertinggal dari kaum laki-laki. Dalam hal ini jelas, bahwa
pada dasarya emansipasi yang diperjuangkan RA. Kartini bukanlah perkara yang
menyatakan bahwa perempuan menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari
laki-laki, karena pada hakikatnya laki-laki dan perempuan memiliki kelebihannya
dan kekurangannya masing- masing.
Bahkan di dalam buku yang ditulisnya dengan
judul “Habis Gelap Terbitlah terang” ternyata Kartini mendapat dukungan penuh
dari suaminya. Ini artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk
bersaing atau mengalahkan kaum lelaki. Melainkan hanya sebatas pemikiran
pembebasan yang menjamin hak asasi manusia. Dan justru keduanya diharapkan
dapat bermitra dan bekerja sama untuk dapat merawat serta mengembangkan
kehidupan yang Tuhan Allah percayakan. Seperti yang tertuang dalam Kejadian
2:15,”Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”
Di zaman modern ini, emansipasi kerap di salah
artikan oleh pelakunya. Mereka menangkap makna dari emansipasi adalah
“kebebasan mutlak”. Paradigma semacam itu perlu kita kritisi bahwa pada
dasarnya antara kaum laki-laki dan perempuan, mereka memiliki kelemahan dan
keunikan masing-masing. Keduanya sama-sama mempunyai peran vital dalam
membangun dan meningkatkan peradaban bangsa. Apalagi dengan adanya peraturan
dan perlakuan istimewa seperti yang tertera pada undang-undang dasar negara
republik Indonesia di atas, maka posisi perempuan pastinya akan lebih
menguntungkan untuk ikut serta dalam membangun NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) ini. Jadi, emansipasi
adalah gerakan yang bertujuan untuk membebaskan kaum perempuan dari
keterbelakangan dan perbudakan. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk
mengimplementasikan gerakan emansipasi. Hal ini didasarkan pada pendidikan
dianggap mampu membebaskan pikiran para perempuan dari paradigma liberalisme, sehingga
mereka mampu berpikir kritis dan ikut andil dalam upaya membangun kehidupan
mulai dari lingkup , keluarga, kehidupan bergereja dan dalam lingkup yang lebih
luas yaitu kehidupan bangsa dan negara .
Pdt. Novarita M.Min,
(Ketua Pokja Kemitraan GKI Sinwil Jatim)
Pendeta GKI Kebon Agung, Malang
Citra
Perempuan "Dipermainkan"
Sekilas
Perjalanan Perempuan di Indonesia
Indonesia selalu bangga dengan
tokoh ibu kartini dan sepertinya satu-satunya perempuan yang terus diingat
sepanjang sejarah indonesia. Dan begitu melekatnya nama Kartini dalam
sanubari Indonesia, maka perempuan-perempuan
masa kini yang maju dan bergerak dalam berbagai
bidang termasuk mereka bekerja keras tanpa mengenal lelah di rumah
tangganya, disebut dengan kartini masa kini. Simbol perjuangan perempuan yang
patut dihargai.
Akan tetapi ada juga kisah
tentang perempuan yang cukup merusak figur perempuan. Teringat kisah film
G30SPKI disitu ada sejumlah perempuan yg diberi nama Gerwani.
Perempuan-perempuan jahat, kejam,kumpulan penggosip yang berkumpul utk
merencanakan tindakan-tindakan sadis. Kisah
yg dikarang sedemilkian rupa oleh pemerintah Orde Baru, dalam satu racangan besar untuk menumbangkan
Soekarno. Pada masa ini kita dapat melihat perempuan dipakai sebagai sarana
untuk menumbangkan posisi seseorang.
Soekarno tumbang, dan
Indonesiapun masuk dalam masa orde baru. Tentang perempuan diciptakan sebuah
wadah dengan nama Dharma wanita dan PKK (Pembinaan Kesejateraan Keluarga). Masa yang sampai sekarang ini masih ada dan
terus dikembangkan. Akan tetapi harus disadari bahwa dua ide tersebut dibangun untuk menempatkan wanita pada satu
kotak terbatas dengan satu pesan utama perempuan itu tidak akan sukses, tidak
akan punya nama kalau suaminya tidak sukses.
Tidak cukup gerwani cara kasar untuk menyingkirkan peran perempuan dalam
pembangunan dan perkembangan sejarah bangsa. Tetapi dipakailah cara halus yang bisa mengangkat
nama perempuan meski cuman sebatas pendamping suami atau kerja sampingan demi
kesejahteraan keluarga.
Pada masa
peralihan dari orde baru ke era
reformasi, ada juga sejumlah kisah dimana perempuan diangkat bukan karena
keberhasilan mereka, tetapi peralihan
masa itu ditandai dengan sejumlah pelecehan terhadap kaum perempuan, perkosaan
dan pengabaian hak-haknya. Dari sini dapat dilihat kisah Perempuan yang sedang
mengukir sejarah bangsa trus ingin dipangkas habis.
Yang menarik di Indonesia
adalah negara yang juga sangat kaya akan cerita -cerita rakyat dan
kisah-kisah mitos jawa yang kuat dan
terus bertahan sampai saat ini adalah kisah Perempuan-perempuan penguasa. Sebut
saja kisah ratu pantai selatan.
Perempuan yang punya power, tapi ada didunia mitos. Di daerah daerah tentu
misalnya di daerah saya (penulis) konon dari cerita ayah saya, garis keturunan
bangsawan itu justru hitungnya dari nenek, alias perempuan. Tetapi kenyataannya
dalam pembicaraan adat, para perempuan, tidak boleh ikut bicara dan tempatnya
hanya dibelakang. Perempuan hanya bayang-bayang. Lihat saja sebuah slogan
terkenal " dibalik kesuksesan seorang pria, ada wanita hebat
dibelakangnya" perempuan itu cukup dibelakang, cukup jadi
bayang-bayang. Belum lagi stigma yang
timbul di masyarakat terkait relasi suami istri. Jika laki-laki (suami) itu
sukses maka nama perempuan (istri) ikut diangkat, tetapi jika perempuan yang
sukses dan laki-laki tidak sukses maka laki-laki itu akan menjadi bahan
pergunjingan orang yang disekitarnya.
Rupanya
nilai-nilai itu tidak hanya berkembang di dunia yang bernama Indonesia, tetapi
agama secara halus juga memainkan peran yang tidak kalah penting untuk
menumbangkan perempuan.
Lewat ucapan doa yang bersyukur karena tidak dilahirkan sebagai perempuan.
Lewat perempuan yang tidak boleh banyak bicara, tidak boleh menjadi Imam,
aturan tunduk dan hormat pada suami yang disejajarkan dengan kasih dari suami
kepada istri, semua itu jika tidak berhati-hati akan semakin melanggengkan
citra perempuan yang hanya menjadi bayang-bayang. Tidak perlu yang pertama,
tidak perlu memimpin. cukup sebagai pemeran pendukung.
Lalu bagaimana dengan
Indonesia saat ini? Contoh-contoh diskiriminasi diatas tentu masih ada, dan
mungkin sampai akhir hayat akan tetap ada. Tetapi menyerah pada keadaaan tentu
bukan solusi yang baik. meski kekerasan terhadap perempuan masih juga dalam
angka yang tinggi, tetapi perkembangan masa kini kita patut angkat topi
terhadap peran perempuan masa kini. Keberhasilan mereka, keterwakilan mereka di
lembaga legislatif, diberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin
agama. Dan satu hal yang menurut saya suatu perubahan besar dalam konsep
bergereja di GKI ( Gereja Kristen Indonesia) adalah ketika suami istri
diijinkan untuk menjadi pendeta. Suatu
terobosan untuk mengangkat hak perempuan untuk juga menjadi pemimpin yang
melayani. Bahwa ia tidak harus kehilangan haknya atau kehilangan kesempatan
untuk menjadi pemimpin hanya karena terikat pada pernikahan.
Kita juga patut bersyukur
sebagai indonesia kita pernah punya
presiden perempuan. Akan tetapi itu belum cukup. Kesadaran akan peran perempuan
dan pentingnya peran itu demi kemajuan bangsa patut terus diperjuangkan. Konsep-konsep
berpikir yang sudah terlanjur membekas dalam pola pikir banyak orang tentang
perempuan sebagai kaum kelas dua harus dibongkar dan itu hanya bisa terjadi
jika dimulai dari kesadaran perempuan itu sendiri untuk maju dan mengembangkan
potensinya. Tentu ini tidak lepas juga dari pemahaman bahwa setiap orang
diciptakan Tuhan dalam berbagai macam karunia, dan tidak ada satupun karunia
yang diberikan oleh Tuhan yang masuk dalam kategori kelas dua. Semuanya
penting, dan semuanya harus saling melengkapi. Perempuan masa kini harus
cerdas, karena mereka adalah tangan pertama yang mendidik para penerus bangsa,
mereka para pendidik yang akan menentukan masa depan bangsa.
Tentang perempuan memang masih
harus terus diperjuangkan, sampai kapan perjuangan ini akan berakhir??
Entahlah, namun selama hayat masih dikandung badan maka perjuangan itu akan
terus ada.
.................. tulisan ini ditulis untuk salah satu
perempuan indonesia yang hebat, rekanku, sahabatku, kakakku dan teman nongkrong
sambil minum kopi Agustina Manik. Selamat ulang tahun
yah.......................
Pdt. Florida Rambu bangi Roni,
S.Si.Teo
(Bendahara Pokja kemitraan GKI
Sinwil Jatim
Pendeta
GKI Ngagel, Surabaya
Perempuan Menggapai Kemajuan
dalam Konteks yang Sulit
WOMEN
in POVERTY
A
Cinderella Version At The Carribean
A woman living in poverty is a
huge plight in this planet. Women are
often denied access to critical resources such as credit, land and inheritance.
Their labor goes unrewarded and unrecognized. Their health care and nutritional
needs are not given priority, they lack sufficient access to education and
support services, and their participation in decision-making at home and in the
community are minimal. Caught in the cycle of poverty, women feel unable to
change their situation.
An example of effects of
poverty is Haiti. Haiti has long been considered the poorest country in the
Western Hemisphere. Today, the vast majority of Haitians live at the lowest
economic level and many suffer from a lack of food and medical care.
Their reality makes them run
to across to boundary to Dominican Republic escaping from violence and hunger.
After reaching DR you find
women begging in the streets with their kids in their arms or shoulders, and
men working in the sugar cane farm or as builders in the city, the last
consequence of poverty for them is hopelessness.
In the other hand, Dominicans
also search for a better quality of life trying to reach Puerto Rico in fragile
boats. Hundreds die in this risky adventure every year, and many other are
arrested and delivered back to their country. Others use false documents to
join their relatives in New York, or even Europe.
When we consider how
overwhelming is this issue in the world, we simply give up about the idea that
we could be part of a solution. What can we do when the largest organizations
that pretend reduce poverty do not reach great advances? I really think there is something we can do:
The People of God is called to
feed the hunger, to assist the needy, and there is many people working on that.
But the most important kind of
poverty can be drastically reduced.
I would like to share with you
another version of Cinderella story. You must know how poor Cinderella was. But
this other version is not a tale.
Once upon a time a little girl
growing in a sub urban neighborhood. She did not have everything she wanted,
but at least she does not keep too many painful memories of that time.
But who had sad memories were
her parents. Her mom was the oldest of 4 kids, whose dad passed away when she
was just seven years old. “Mom” had to
work hardly as a maid for a very abuser lady, not for a salary but for a meal
per day and a pair of shoes once a year. She went to school but only during
four years, so, at least learned how to read and write.
At 13 years old she married
this guy whose past was not easier than hers. “Dad” lived in a Batey, the
farmer’s neighborhood were his father worked cutting sugar cane for the
factories. This seasonal job is today a symbol of extreme poverty. In the
batey, you would not find restrooms; you wouldn’t find hospitals, neither
supermarkets. But at least there was a school and Dad attended to it for eight
years. His teachers found him really smart; one of them one day told him “You
are a diamond in a trash basket”.
But Granddad once say goodbye
to Dad, and this guy stayed by himself, had to quit school in order to work to
survive in whatever was possible, including cutting sugar cane as his father
did.
So that, this little daughter
was drowned in tears when her young parents count to her their stories. As she
grew up she understood why she could not have more than one pair of shoes at a
time, why she did not get better toys at xmas, she saw her mom and dad killing
themselves working to provide her and her brothers and sisters a home, food and
education.
So that, little girl went to
school, afterwards to the university, and, at 17 something special happened.
She heard about Jesus. Someone told her about the How precious she was for God.
The evangelist mentioned that biblical parable of a merchant seeking goodly
pearls; that having found one pearl of great price, he went out and sold
everything he possessed that he might be able to buy the extraordinary
pearl."
He told that girl that The
merchant is God and that the precious pearl is the humankind including her, and
that God gave everything he had, his son, just for her, because for him she was
so precious so valuable, no matter whether she thinks about herself.
So that girl
became a princess. A princess of the king of God. She got a wonderful
missionary job. A godfather in this new chapter of her story
named her CINDERELLA. During the last 25 years Cinderella has traveled, has met
a lot of wonderful people, and has been blessed more than if she had any
possession herself. She does not want to tell everything because she does not
want to sound proud, but the fact is that she is privileged.
When she
reflects on his life, she considers that if she had this great opportunity to
discover where the real riches are, that she have to share with others. She
prays that God uses her as his ambassador to keep reaching and searching
precious pearls for his kingdom.
Maybe we can’t resolve the
extremely sad and difficult situation of millions suffering in poverty, but we
can do the most important thing for them: we can let them know what high value
they have, that there is nothing more precious for God than a soul, and this
loving God is also merciful, and compassionate, giving himself for us. When
people understand their value in Jesus, they have a new vision of their
situation, and I know that, because I have seeing it: There is hope, there is
provision, and there is purpose to keep holding on.
For dear Tina…
Georgina
Thompson
Ecumenical
church Loan Fund (eclof Domonicana-head and human resources development)
Dominican Republic.
Perempuan
Menggapai Kemajuan
Kejarlah
Mimpi Anda!
Sejak kecil, saya sangat suka
bermimpi baik di malam hari, pagi hari maupun di siang bolong. Tak heran bila
guru sering memarahi kenapa saya suka melamun atau "day dreaming". Hal ini makin dikuatkan dengan keadaan fisik
saya yang lemah dengan penyakit asma. Bukan hanya tidak dapat beraktifitas olah
raga, juga tidak bisa beraktifitas outdoor, hinggalah saya sering menyenderi
dan akhirnya tidak mempunyai banyak teman. Lebih jauh lagi saya tidak mempunyai
keyakinan diri dan memilih untuk bermain dan berteman dengan diri sendiri.
Dunia impian adalah dunia yang menyenangkan buat saya. Saya bisa menjadi siapa
saja dan apa saja yang saya inginkan dan dapatkan ada di sana. Itulah sebabnya
saya sering bermimpi, bukan hanya di malam hari tapi juga di pagi dan siang
hari.
Bermimpi bila saya adalah
seorang putri yang cantik dan "slim" seperti cinderala dengan kisah
"happy ending". Atau bermimpi menjadi seorang yang pintar, serba
bisa, disayangi oleh guru-guru dan pandai bergaul sehingga mempunyai banyak
teman. Bermimpi bila saya menjadi orang yang sukses, berteman dan dikelilingi
oleh orang-orang sukses dan positif. Bermimpi keliling dunia, bertemu banyak orang
dengan budaya yang berbeda. Bermimpi saya memiliki talenta atau kemampuan yang
special sehingga dikagumi oleh banyak orang. Bermimpi saya menjadi
olahragawan berenang atau berlari, tidak heran bila saya mampu duduk lama di
depan TV menonton acara berenang dan sprint 100m di Olympic, Sea Games,
termasuk PON. Masih banyak lagi impian saya, kalau diceritakan boleh
menjadi sebuah buku.
Namun seiringnya masa
berjalan, dari remaja hingga kuliah sampai waktu kerja, yang ditemukan adalah
kesibukan dan kesulitan. Tak heranlah bila hal tersebut menjauhkan saya dari
dunia impian. Tepatnya saya mulai tidak berani bermimpi lagi, terutama setelah
menikah dan mempunyai anak. Yang ada hanyalah penerimaan, orang Jawa
bilang "ya nrimo saja" bahwa beginilah garis hidup saya. Nrimo bila
saya asma sehingga tidak dapat beraktifitas outdoor. Nrimo saja bila saya
alergi antibiotik dan kemungkinan mati tanpa adanya obat. Nrimo bila kesakitan
datang dan saya tidak dapat minum obat "pain killer". Nrimo saja bila saya tambah hari tambah gemuk.
Nrimo bila saya tidak memiliki banyak teman. Nrimo saja bila kehidupan saya
hanya biasa-biasa, membosankan dan tidak ada sesuatu yang spektakular. Nrimo
bila saya tidak mampu memiliki apa yang saya inginkan, kadang termasuk yang
saya butuhkan. Nrimo saja bila saya tidak berpenghasilan karena bergantung
kepada pendapatan suami yang tidak seberapa. Kesulitan hidup dan kelemahan
fisik memberikan kepastian bahwa semua hal-hal indah itu adalah impian yang
memang hanya berlaku di dalam dunia impian, bukan dalam realita hidup. Saya
sudah lebih baik dari kebanyakan orang yang lebih susah dan sedih hidupnya.
Apalagi yang kurang, "NRIMO" dan dijalani saja.
Bila sadar bahwa saya tidak
bahagia sekalipun sudah belajar "nrimo" semuanya itu, saya mulai
menetapkan bahwa harus ada perubahaan. Bila saya bahagia, tentu tidak perlu
perubahan tapi yang saya alami adalah sebaliknya. Sadar (lebih tepatnya adalah "aware")
adalah langkah pertama dalam memasuki dunia perubahan. Sadar bahwa akan tujuan
hidup saya. Sadar bahwa hidup ini sangat singkat. Sadar bahwa saya patut
(lebih tepatnya "deserve")
menerima yang baik, lebih baik dan yang terbaik. Sadar bahwa setiap
manusia diberikan kemampuan berusaha sekalipun orang tersebut cacat. Sadar
bahwa setiap manusia mampu menjadi berkat bagi banyak orang sekalipun orang
tersebut tidak punya tangan dan kaki. Lihat Liu Wei, pemuda 23 tahun
yang kehilangan 2 tangannya ketika umur 10 tahun dan kemudian menjadi perenang
Olimpik untuk orang cacat dan belajar bermain piano ketika berumur 19 tahun,
menjadi mahir dan masuk finalist di China Got Talent. Dia sadar hidupnya hanya
ada 2 jalan; jalan menuju kematian dengan cepat atau jalan hidup yang
spektakular/luarbiasa.
Langkah kedua
adalah mengambil tindakan atau kita sebut aksi atau "action". Sadar
tanpa aksi adalah seperti membuka mata sewaktu kita bangun pagi namun badan
tetap lumpuh diatas tempat tidur. Aksi apa yang kita perlukan untuk perubahan?
Bagi saya, aksi pertama adalah berinvestasi banyak untuk menaikkan taraf
perkembangan diri, melalui banyak hal; seperti baca buku yang positif, berteman
dengan orang positif, mengikuti seminar atau program perkembangan diri,
memiliki beberapa coach dalam
pemikiran positif dan kepemimpinan. Saya juga merubah ke pola hidup yang lebih
sehat, percaya bahwa tubuh senantiasa memberikan 100% usahanya buat saya, yang
perlu dilakukan adalah memberikan tubuh saya juga 100% yang terbaik melalui
pengambilan makanan bergizi, menjauhkan diri dari "junk food" (paling tidak seminggu cuman sekali), mulai
berolahraga sekalipun badan masih ingin tidur. Berusaha tidur lebih awal dan
kurangi stress yang tidak perlu (seperti berdebat dengan orang/hal yang tidak
penting). Berusaha menambah ilmu yang berguna untuk merubah diri saya dan
mencari segala cara (dalam hal positif) untuk mencapai impian saya. Berusaha
membagikan impian saya dengan teman, seringkali bertemu dengan mereka yang
mempunyai impian sama dan banyak kali impian saya tercapai karena adanya
dukungan teman-teman tersebut. Alangkah indahnya bila kita mencapai impian kita
bersama-sama dengan teman kita bukan?
Beruntunglah saya berbisnis
yang berhubungan dengan manusia dan juga kepemimpinan. Bisnis yang akan menaikkan
taraf hidup saya bila saya telah menaikkan taraf perkembangan diri, senantiasa
berpikiran positif dan memiliki kemampuan dalam memimpin. Bisnis yang
mengingatkan akan impian saya dan memberikan saya kekuatan untuk mengambil
langkah memenuhi impian tersebut. Bisnis ini juga yang membuat saya konsisten
merubah diri, senantiasa menaikkan standar saya dari hari kemarin, tabah dalam
menjalankannya secara jangka panjang dan bahkan akan menjalaninya sampai akhir
hayat saya. Bisnis yang mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah atau lebih
tepatnya bangkit setiap kali terpukul jatuh oleh kehidupan bahkan oleh orang
disekeliling kita. Oleh sebab itulah saya memiliki misi untuk menjadi
"force for good" atau daya kebaikan bagi diri saya sendiri, keluarga
saya dan orang yang pernah saya temui dan mungkin orang yang belum pernah saya
temui.
2 langkah utama
ini; sadar dan mengambil tindakan/aksi, membuat saya mampu menjalani impian
yang hampir terlupakan dulu.
Saya masih tetap memiliki penyakit asma namun saya sudah berdiri diatas gunung
tertinggi di Malaysia yaitu Kinabalu, gunung vulkanik tertinggi di Indonesia;
Kerinci dalam 2 hari 1 malam dan menyelesaikan trekking ke gunung kedua
tertinggi yaitu Rinjani dari pintu Sembalun-Rinjani-pintu Senaru dalam 3 hari 2
malam. Dan akan melakukan trekking ke pegunungan Himalaya selama 8 hari di
bulan Agustus ini. Saya bahkan menyelesaikan "Half Marathon" pertama
tahun lalu di Singapura dengan waktu 3 jam 13 menit. Suatu rekor yang sangat
membanggakan untuk pemula yang tidak pernah mampu berlari 6 bulan sebelumnya
dan masih memiliki penyakit asmanya. Masih banyak lagi yang ingin saya lakukan,
namun saat ini saya fokus untuk menjadi inspirasi bagi banyak orang yang pernah
memiliki impian namun telah melupakannya, menjadi motivasi bagi mereka untuk
bangkit dan menggapai dan mencapai impian mereka. Lihat Nick Vujicic yang
memiliki istri normal nan cantik, menikmati hidup yang seperti mereka yang
normal dan bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Nick Vujicic adalah
orang yang memperlihatkan kepada saya bahwa saya mampu menjadi inspirasi dan
motivasi bagi banyak orang.
Sebagai penutup catatan
singkat ini, saya ingin berikan beberapa kata mutiara yang selalu saya baca:
Never give up on
your dreams and keep dreaming.
Don't be pushed
by your problems; be led by your dreams.
All men dream
but not equally. Those who dream by night in the dusty recesses of their minds
wake in the day to find that it was vanity; but the dreamers of the day are
dangerous men, for they may act their dreams with open eyes, to make it
possible."
Terima kasih
kepada Pdt. Agustina yang memberikan saya kesempatan menulis catatan pendek ini
dalam kumpulan bukunya. Salah satu impian saya adalah menjadi penulis, bukan
menjadi penulis terkenal namun penulis yang menjadi inspirasi bagi pembacanya,
terutama kaum perempuan.
Lily Choo,
Anti Aging
Consultant
Singapore-Malaysia
Tidak
Ada Batas
untuk
Perempuan Berkarya
Becoming A Christian Woman of
Inspiration
“Demikian juga
perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang
beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap
mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan
muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci,
rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar
Firman Allah jangan dihujat orang.” (Titus 2:3-5)
Inspirator, adalah sebutan
bagi mereka yang mampu menjadi penggerak bagi orang lain, sehingga orang lain
tersebut tergerak atau terinspirasi atas apa yang telah para inspirator itu
kerjakan untuk melakukan hal yang sama. Perempuan inspirator adalah perempuan yang mampu membangkitkan
inspirasi banyak perempuan lain untuk mengikuti apa yang telah mereka
kerjakan.
Dari sejarah dunia, kita
mengenal banyak perempuan hebat di masa lampau yang telah memberi dampak luar
biasa bagi sejarah. Mereka telah menjadi inspirator bagi banyak
perempuan, bukan hanya perempuan pada zamannya tetapi juga perempuan pada masa
sekarang. Kita mengenal Maria Skłodowska-Curie, ia adalah
perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni
Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911. Curie adalah salah satu dari
sedikit orang yang memenangi dua Hadiah Nobel dalam dua bidang. Dedikasinya
terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Sampai saat ini, belum ada lagi
seorang perempuan dengan talenta dan dedikasi yang demikian besar terhadap ilmu
pengetahuan selain Curie. Kita juga mengenal baik akan Margaret Hilda
Thatcher. Lahir di Grantham, Lincolnshire, Inggris, pada 13 Oktober 1925,
sebagai Perdana Menteri Britania Raya pada tahun 1979-1990. Masa
jabatannya adalah masa jabatan Perdana Menteri terpanjang di dunia pada abad
ke-20. Ia merupakan satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan
tersebut serta menjadi pemimpin sebuah partai politik besar di Britania
Raya. Tidak berlebihan jika Thatcher disebut sebagai salah satu tokoh
penting di abad ini. Ada pula Mother Theresa, yang dikenal dengan sebutan
seorang ibu “berhati malaikat.” Pada tahun 1971, ia menerima hadiah perdamaian
dari Paus Yohannes XXIII, dan pada tahun 1979 ia menerima Nobel Perdamaian dan
Penghargaan-penghargaan lainnya seperti Magsaysay (Philipina), warga kehormatan
India, Albania, USA, Doktor kehormatan bidang Teologi Kedokteran Manusia dan
mendapatkan kehormatan berpidato di depan Majelis Umum PBB. Selain ketiga
nama di atas, kita juga mengenal baik Helen Keller, Benazir Bhutto, Lady Diana
dan jangan dilupakan pahlawan-pahlawan perempuan Indonesia seperti Raden Ajeng
Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika dan lain-lain.
Di lingkungan orang percaya
atau kekristenan, kita mengenal tokoh-tokoh iman perempuan seperti Fanny
Crosby, perempuan buta, yang berhasil membuat banyak lagu-lagu rohani.
Kehidupannyapun telah memberi banyak inspirasi bagi banyak orang. Ada
Susannah Wesley, ibu 19 anak, yang berhasil mendidik pendeta besar John and
Charles Wesley. Ada pula Corrie Ten Boom, pahlawan iman yang bersedia
menderita demi Injil.
Di dalam Alkitab, tercatat
pula banyak perempuan yang kesaksiannya tercatat memberi banyak inspiratif bagi
perempuan di sepanjang sejarah kekristenan, termasuk perempuan Kristen masa
sekarang seperti Yokhebed, Maria, Elisabeth, Louis dan Eunike, Priskila, Maria
Magdalena dan lain-lain. Mereka semua adalah tokoh-tokoh perempuan dunia
yang namanya tercatat dalam tinta sejarah, telah berkarya dan berjuang sesuai
dengan panggilan hidup masing-masing, sehingga layak disebut sebagai
perempuan-perempuan inspirator sepanjang zaman.
Paulus, dalam Titus 2:3-5,
mencatat suatu pesan penting bagi kaum perempuan pada jemaat mula-mula untuk
saling mengispirasi. Atau dengan kata
lain, setiap perempuan Kristen harus berusaha menjadi inspirator dalam
kapasitas dan peran mereka masing-masing. Ia bahkan sangat mementingkan
pembinaan perempuan. Dalam ayat-ayat tersebut, Paulus berpesan kepada
Titus untuk mengajar para perempuan untuk berusaha saling menjadi teladan dalam
hidup mereka. Bagi perempuan yang lebih tua (senior) harus menjadi contoh
bagi yang muda dalam meneladani Kristus di setiap aspek, bahkan dalam aspek
yang dipandang orang kecil, yaitu keluarga. Harapan ini dikemukakan
Paulus agar mereka dapat menjadi kesaksian demi Kristus, melalui karakter,
peran serta keunikan mereka sehingga mampu berdampak bagi orang lain.
Dalam ayat 5b, Paulus bahkan menegaskan, jika seorang perempuan Kristen mampu
menjadi inspirator bagi sesamanya maka: “Dengan demikian tidak ada orang yang
dapat mencela berita dari Allah.”
Becoming A
Christian Woman
of Inspiration adalah menjadi perempuan yang selalu rindu bertumbuh menyerupai
Kristus. Becoming A Christian
Woman of Inspiration adalah perempuan yang selalu rindu menjadi motivator
bagi perempuan lain agar mereka hidup meneladani Kristus dalam segala
aspek. Bukan karena “kesempurnaannya” tapi justru karena
“ketidaksempurnaannya,” karena kita semua sedang berlari menuju kesempurnaan
kearah Kristus. Sekecil apapun inspirasi yang perempuan Kristen dapat
berikan, selama itu dikerjakan dengan hati yang mengasihi Kristus.
Esther Gunawan, M.Th (cand)
Malan
Pengaruh Gerakan Feminis
Women in Brazil
In the
Beginning God created heaven and earth and God saw that all he has created was
really good (Gen 1:1-31)
As
this task was giving to me I learned that I was to write about Brazilian woman
and then I thought: why not write about woman in general?
As my head started to focus specifically in Brazilian woman I
understood and narrowed a few things and suddenly I realized that for
sure, to speak about woman in general would be a very difficult task since
many factors of the culture we are born into forces us to think, to dress and
to behave in many different ways.
We are
living in an era where the truth needs to be confronted, many man and woman
around the world have lost their ability to recognize and therefore develop and
play well their roles in society... I would say that Brazil and
Brazilian woman are not different.
Until the XIX century woman new they were created and
though by their mothers and their mothers that they role in society was to get
married bare children and be good housewives while man was to bring
the "bacon" home... It was the woman role to take the
children to school, cook, and clean, dress well and still take care of their
husbands.
I would say that Brazil in contrast to many other countries
woman still play such roles in our society and a few others. thanks to the feminist revolution that has been happening in the
western world woman though that they also needed to go out to the market place
in order to pursue a career that would entitle her to have the same rights as
man and maybe the same value since divorce raised and the fathers were no
longer, being good husbands or a parent who provided for
their families
I assure that in Brazil this became and still is a huge problem,
more woman are forced to live their children in day care or in the care of a
neighbor or a friend in order to go and study and work or both , the amount of
single mothers in Brazil is astonishing. The number of girls that become also
single mothers is also a huge problem some at the age of 35 are already
grandmothers!
Individual liberty meant respecting individual conscience and
not sending specially woman to a place where she was forced to adapt a certain
behavior in order to survive, God affirm in his word that woman are the fragile
vase and her DNA is not made the same as man. It is hard to say where all this
confusion began however is not hard to figure out that something got lost.
By looking at statistics human being put aside the word of the
lord and has refused to look at it as a final reality.
We can blame the government or the media for influencing
the woman and man in our society but I believe that not taking in what the
bible says is the biggest problem. Let’s check what the
scriptures have to say about woman:
prov ( 31:10-20)
"A wife of noble character and virtue who can
find one? She is worth far more than rubies.
11 Her
husband has full confidence in her and lacks nothing of value.
12 She
brings him good, not harm, all the days of her life.
13 She
selects wool and flax and works with eager hands.
14 She
is like the merchant ships, bringing her food from afar.
15 She
gets up while it is still night; she provides food for her family
and portions for her female servants.
16 She
considers a field and buys it; out of her earnings she plants a vineyard.
17 She
sets about her work vigorously; her arms are strong for her tasks.
18 She
sees that her trading is profitable, and her lamp does not go out at night.
19 In
her hand she holds the distaff and grasps the spindle with her fingers.
20 She
opens her arms to the poor and extends her hands to the needy.
When we read at such words our first reaction is: wow! Does this woman
exist??? I would say that yes. Although with all the problems i named
above regarding Brazil I still believe that such woman of Prov 31 st
v 10 can be found because we have been experiencing a great revival
among Brazilian churches and people are getting back to the word of the
Lord.
Finally most women in Brazil are getting tired of being
seeing by sexy symbols and only being appreciated for her external
beauty. Brazil is a well-known country for exporting super models and
beauty queens we are also known for the country of carnival and bikinis
among many countries around the world but in addition with all that
we are also a country where many ethnicities meet each
other: Brazil was colonized by the Portuguese with Indians who
were already here plus Germans, Japanese, Italians and many others
who migrated here l searching for a better life. We are definitely a
country where you cannot pick or simply look at our skin color , hair , size or
body types and guess we are Brazilians , specially the woman , we have it all
mixed up and I believe this great mixture makes us a
very interesting country to the world, our culture is free,
woman here is free: we are free to dress as we wish , to have the
hair we wish and unfortunately also to behavior we wish .
We still have many, many problems to solve and many problems to
fix before saying that in Brazil you can find a great majority of the woman
that is described in Prov 31, however I believe that we can teach
and we can keep on doing our best as educators to rise up a new generation
of young girls about the word of the lord so someday Brazil can be seen by
a country filled with virtuous women instead of beauty queens and single
young women.
For nina :)
Thais Profeta Martins
Written by Juliana de Paula Costa
Fashion Photographer, Personnel Stylish
Christian, member of South Zone Community
Church
Brazil
PEREMPUAN BISA APA DI DALAM GEREJA ?
Aktivitas
Perempuan dalam Gereja
Apa yang anda rasakan ketika kita
membaca judul tulisan diatas? Ada suatu pandangan tertentu terhadap
perempuan? Perempuan diragukan dalam
berkarya atau tidak dianggap “sama” dengan karya laki-laki. Apa pandangan umumnya ketika kita melihat
aktivitas dan program komisi wanita ( umumnya kata wanita sudah diganti kata
perempuan yang menunjukkan makna kemampuan dan kemandirian) dalam Gereja ? Kalau aktivitas dan program masih difokuskan
kepada area tertentu (masak, kecantikan, mengurus anak, kalaupun membahas
perempuan karir maka akan dihubungkan dengan keseimbangan tugas domestik / hal
ini tidak untuk kaum laki-laki ) karena stigma area perempuan yang dilabelkan
budaya sekeliling kita, maka gereja sudah menjadi “alat” yang memperkuat kaum
perempuan dimarginalkan dalam kotak budaya patriaki. Hal ini dapat dikatakan
“kesalahan” gereja dalam pembinaan kaum perempuan karena tidak seharusnya
gereja memperlakukan kaum perempuan demikian.
Tulisan ini kiranya memberikan referensi yang menolong Gereja dan
perempuan menjadi komunitas yang dapat bertumbuh sesuai panggilanNYA, sekalipun
penulis menyadari untuk beberapa Gereja sudah memiliki kesadaran yang baik.
Sekilas Pandang terhadap Perempuan
Sejarah mencatat bahwa sejak 1800-an perempuan sudah
berjuang menyuarakan ketidakadilan terhadap kaum perempuan, perjuangan itu
antara lain sehubungan dengan menuntut hak yang sama dalam upah kerja/
pemberlakuan yang sama dengan kaum laki-laki, hak persamaan dalam hukum, dll
Perjuangan dilanjutkan dengan adanya berbagai tulisan pandangan feminis dan
mengupayakan adanya perjuangan-perjuangan praktis sehubungan dengan
“penderitaan” kaum perempuan di berbagai sektor kehidupan. Apa makna dan arti dari perjuangan kaum perempuan
dalam sejarah tersebut? Hal ini
menunjukan adanya persoalan besar dimana hak hidup komunitas perempuan
diabaikan, atau dianggap berbeda dengan komunitas laki-laki. Tentunya bukan sekedar perlakuan membedakan,
tetapi disadari adanya paradigma bahwa perempuan kelas kedua, bahkan mungkin manusia yang tidak seutuhnya.
Perhatikanlah pemikiran dari kaum intelektual yang sudah
membedakan peran laki-laki dan perempuan, membedakan juga hakekat manusia
laki-laki dan perempuan. Contohnya
menurut Aristoteles
(384-422 S.M.), seorang intelek terbesar zaman Yunani kuna yang dikenal sebagai
ahli filsafat dan ilmuwan, berpendapat bahwa wanita adalah "Laki-laki yang
tidak lengkap". Pendapat ini dapat dihubungkan dengan istilah yang
digunakan yakni famulus (Latin) atau family (Inggris), yang mula-mula berarti
budak domestik. Familia berarti sejumlah budak yang dimiliki seorang laki-laki
dewasa, termasuk di dalamnya anak-anak dan istri. Wanita digolongkan dalam
kelompok yang dikuasai oleh laki-laki, karena jiwanya dianggap tidak sempurna.
Oleh sebab itu dapatlah dimengerti bahwa dalam pelaksanaan demokrasi di Yunani
kuno pada sekitar tahun 5000 S.M., kaum wanita, sama seperti yang berlaku pada
anak-anak dan budak, tidak mempunyai hak memilih. Demikian pula para ahli
filsafat abad XVIII dan XIX antara lain Kant (1724-1804) dan muridnya, Fichte
(1762-1814), juga Schopenhauer (1788-1860) dan menganggap bahwa kaum wanita
lebih lemah daripada pria, sebab itu wajar kalau tempat mereka di rumah. Masih
banyak lagi pendapat para ahli pikir yang memang menempatkan perempuan sebagai second class, bahkan budak.
Sadar atau tidak sadar pandangan kaum intelektual diatas
juga menjadi pendapat budaya sepanjang abad, ironisnya Gereja dengan “teksnya”
(budaya teks tidak disadari adalah budaya patriaki) memperkuat pandangan
tersebut. Jika kita hubungkan dengan
berbagai persoalan sosial di sekitar kita saat ini, apakah ada hubungannya
dengan pola pikir yang membedakan kaum perempuan sebagai second class? Bisa jadi demikian, maka maraklah persoalan-persoalan
hak asasi kaum perempuan seperti
banyaknya kasus KDRT (puluhan ribu kasus setiap tahun), pelecehan
sexual, trafficking, perlakuan yang tidak manusiawi terhadap para TKW, dll
Seharusnya persoalan-persolan sosial diatas menjadi bagian
dari perhatian Gereja untuk menyuarakan keadilan, kebenaran dan pembebaskan
atas ketertindasan hidup manusia
Gereja dan Perempuan : Relasi yang
saling Membangun
Seperti beberapa persoalan yang dikemukakan diatas, maka
sudah seharusnya kehadiran Gereja sebagai lembaga agama, bahkan kumpulan orang
percaya bersikap bijaksana dan mendorong kaum perempuan supaya “terbebas” dari
belenggu dan kekerasan yang dibuat oleh pandangan /budaya yang merendahkan kaum
perempuan sebagai second class. Pandangan umat di Gereja diharapkan dapat
lebih kritis menyikapi pandangan budaya yang salah, sehingga komunitas gereja
tidak menjadi “alat” budaya yang menghalangi kebebasan kaum perempuan untuk
berkarya dan bertumbuh sesuai panggilanNYA.
Perempuan yang diciptakan sesuai
dengan gambar dan rupa Allah (sama dengan kaum laki-laki, kejadian 1:27) dan
diajak untuk memiliki karya yang sama dengan kaum laki-laki (efesus 2:8-10) menjadi
dasar pandangan Gereja bahwa tidak ada pembedaan antara peranan laki-laki dan
perempuan dalam gereja, keduanya mempunyai hak yang sama dalam berkarya bagi
kemuliaanNYA. Demikian pula Gereja juga
secara aktif mengkaji ulang pengajaran ( menafsir ulang teks) terhadap peran
perempuan dan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga (katekisasi pernikahan)
karena seringkali pengajaran disesuaikan budaya patriaki, peran perempuan dalam
gereja, peran perempuan dalam masyarakat, dll
Peranan Perempuan dalam Gereja
Peranan perempuan dalam gereja seharusnya tidak lagi
dibatasi di area tertentu (sie konsumsi, sie dekorasi, sie penerima tamu,
sekretaris, dll) tetapi diberikan kesempatan untuk berkarya di segala bidang
sesuai bakat dan karunia yang Tuhan berikan kepada masing-masing individu. Dengan demikian perempuan juga bisa melakukan
kepemimpinan, peran-peran strategis dalam pembangunan umat Allah sehingga dapat
berkarya lebih luas dibandingkan peran yang dilabelkan oleh budaya patriaki.
Jika perempuan masih dibatasi dalam area karya layanan tertentu (perhatikan
prosentasi jemaat perempuan di gereja anda) maka banyak pembangunan jemaat
menjadi lebih “lemah” dibandingkan jika memberi keleluasaan kaum perempuan
untuk berkarya sesuai karunianya.
Usulan Pembinaan dan karya layanan
Perempuan dalam Gereja
Ada 2 persoalan besar yang harus “diselesaikan” lebih dahulu
sebelum memberi kesempatan perempuan berkarya luas dalam Gereja, yakni :
Pandangan Gereja terhadap kaum perempuan yang acapkali masih membedakan
sehubungan dengan penafsiran teks yang perlu “dikaji ulang” dan pandangan
perempuan sendiri terhadap dirinya karena budaya patriaki yang sudah berakar
kuat. Tanpa menyelesaikan problema besar
ini maka sulit perempuan mempunyai peran yang lebih luas dalam Gereja. Oleh sebab itu beberapa usulan aktivitas dan
program yang dapat dikerjakan Gereja dalam menolong perempuan berkarya luas
dalam pelayanan adalah:
1.
Gereja memberi kesadaran kepada umat mengenai
penafsiran teks yang bias, yang
membedakan peran laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dimulai dari pengajarapara guru
Sekolah Minggu supaya tidak membedakan peran anak laki-laki dan perempuan.
2.
Gereja
menyuarakan pembebasan atas “ketertindasan” /kekerasan yang dialami kaum
perempuan baik dalam rumah tangga dan masyarakat
3.
Gereja
tidak membatasi kaum perempuan dalam
berkarya di segala bidang pelayanan, tidak lagi ditempatkan dalam area tertentu
sehingga dapat menolong pertumbuhan jemaat dalam segala bidang pelayanan
4.
Komisi
Perempuan (bukan wanita) memberikan kesadaran kepada perempuan untuk mempunyai
kemajuan di segala bidang pelayanan, tidak dibatasi di area keterampilan
domestik, kecantikan, dll.
5.
Komisi
Perempuan bersama umat lainnya memberi kesadaranakan peran yang sama antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan rumah tangga, gereja dan
masyarakat. Tentunya bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan dan kembali kepada hakekat kemanusiaan yang mulia.
6.
Komisi
Perempuan dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga antar agama, LSM dan lembaga
masyarakat lainnya dalam penyadaran gender, dan menyuarakan keadilan bagi kaum
perempuan. Masih banyak program komisi
perempuan yang belum menyuarakan akan keadilan bagi kaum perempuan dan membantu
persoalan-persoalan kdrt, trafficking, kekerasan seksual, dll
Dengan melakukan beberapa program penting diatas, maka
kesadaran kaum perempuan untuk berperan dan berkarya lebih luas dalam Gereja
akan lebih nyata, perempuan dapat melakukan peran strategis dalam pembangunan
umat sesuai karunia yang diberikan Tuhan kepada umatNya.