Gereja, Prapaskah dan Covid-19
( jatim darurat bencana covid 19, 20 maret 2020)
Masa Prapaskah 2020 diiringi dengan situasi dunia dan Indonesia yang berhubungan dengan covid-19. Dunia kita heboh dengan covid 19, ribuan orang meninggal dunia karena situasi ini…meninggal karena tidak peduli, meremehkan, tidak mengerti terkena, lambat penanganan, komplikasi kesehatan lainnya, lemah tubuhnya,dan lain-lain.
Bagaimana Sikap Gereja ?
Prapaskah adalah mengingat adanya peristiwa besar mempersiapkan keselamatan dunia, melalui utusanNYA hadir dalam diri Yesus Kristus. Kristus datang dengan berbagai konsekwensi pengorbanan untuk kehidupan manusia yang sesungguhnya, dengan kata lain kita terinspirasi Kristus yang hadir untuk menghidupkan, bukan mematikan..
Covid 19 adalah virus yang cepat menyebar, sehingga dalam waktu beberapa minggu ratusan negara mengalami penderitaan sebagai dampak dari virus ini, bahkan kematian manusia ribuan menjadi taruhan karena virus ini.
Gereja hadir dengan semangat prapaskah dimana Kritus rela berkorban untuk kehidupan, Gerejapun berani mengambil tindakan-tindakan sehubungan dengan core business Gereja sebagai utusanNYA ditengah dunia yang memberi kehidupan kepada sesama .
Ketika Gereja mengambil keputusan untuk ibadah online ini adalah keputusan gereja sehubungan dengan tugas misinya, menyelematkan kehidupan /sesama …memperhambat penyebaran virus corona adalah sikap berpihak kepada kehidupan, bukan kematian. Bukankah disini hakehat kehadiran Gereja ?
Gereja menyuarakan untuk melawan covid19 dengan menyediakan hand sanitizer disetiap lantai /pintu masuk atau keluar ruang ibadah, menganjurkan menjaga jarak (bahkan sudah ada yang mulai atur tempat duduk di gereja), pakai masker, dll …Kog Gereja urusan amat ya ? ...itulah Gereja, hidup bukan memperhatikan diri sendiri tapi menyuarakan kesehatan untuk kebaikkan sesama…bahkann kalau aksi puasa kita untuk hal ini, saya pribadi setuju sekali (betapa mahalmya tenaga medis dalam perlengkapan menolong mereka yang terkena virus, belum lagi mereka membutuhkan vitamin untuk bekerja). Gereja hadir dirasakan kesaksian dan kasihnya….seperti Kristus waktu hadir di dunia.
Ketika Gereja mengambil keputusan untuk ibadah online ini adalah keputusan gereja sehubungan dengan tugas misinya, menyelematkan kehidupan /sesama …memperhambat penyebaran virus corona adalah sikap berpihak kepada kehidupan, bukan kematian. Bukankah disini hakehat kehadiran Gereja ?
Gereja menyuarakan untuk melawan covid19 dengan menyediakan hand sanitizer disetiap lantai /pintu masuk atau keluar ruang ibadah, menganjurkan menjaga jarak (bahkan sudah ada yang mulai atur tempat duduk di gereja), pakai masker, dll …Kog Gereja urusan amat ya ? ...itulah Gereja, hidup bukan memperhatikan diri sendiri tapi menyuarakan kesehatan untuk kebaikkan sesama…bahkann kalau aksi puasa kita untuk hal ini, saya pribadi setuju sekali (betapa mahalmya tenaga medis dalam perlengkapan menolong mereka yang terkena virus, belum lagi mereka membutuhkan vitamin untuk bekerja). Gereja hadir dirasakan kesaksian dan kasihnya….seperti Kristus waktu hadir di dunia.
Gereja online, ikuti anjuran pemerintah?? ada ada aja, apa ngak kurang iman ? kog takut ya…
Nah, pemikiran diatas juga tidak bisa dibenarkan. Kalau kita melihat tulisan diatas sehubungan dengan masa prapaskah,inspirasi prapaskah adalah berkorban untuk kehidupan, maka kita tidak akan berpikir demikian.
Lagipula ketika Pemerintah menganjurkan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, yang mana untuk kehidupan masyarakat, maka Gereja mendukung. Pemerintah yang baik, yang memikirkan kehidupan masyarakat maka harus didukung Gereja (roma 13 baca lagi deh … )
Lagipula ketika Pemerintah menganjurkan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, yang mana untuk kehidupan masyarakat, maka Gereja mendukung. Pemerintah yang baik, yang memikirkan kehidupan masyarakat maka harus didukung Gereja (roma 13 baca lagi deh … )
Gereja itu bukan gedungnya, tapi orangnya…
Gereja hadir di Indonesia untuk menjadi berkat dalam kesaksian…kebersamaan Gereja dan pemerintah untuk memerangi virus covid 19 adalah kesaksian Gereja dalam berpartisipasi kepada kehidupan orang banyak , bukankah dalam liturgi kita diakhiri dengan pengutusan kedalam dunia ? itu artinya sama dengan tindakan gereja online dimana kita diutus menyelamatkan kehidupan sesama.
Gereja “dipaksa” menjadi Gereja yang diutus kepada dunia (jika belum sadar), bukan gereja yang menikmati spiritual pribadi /vertikal tetapi gereja yang merangkul sesama, spiritual yang horizontal (bukan vertikal saja)
Gereja dalam kondisi sosial Covid 19
kita diajak menjadi gereja yang bermakna, berfungsi, bersaksi,…iman kita direnungkan lebih dalam, iman kita diajak “berpikir, bergerak, bersikap, bertindak” nyata untuk sesama..
Terimakasih kepada Tuhan atas semua situasi ini, apapun kami berterimakasih karena tahu ENGKAU hadir di setiap situasi , Amin. Kami percaya bisa melewati bersamaMu..
Kau ajar kami untuk tanggap situasi dan berpikir ulang tentang iman dan kesaksian Gereja , tidak memikirkan diri sendiri, tidak hidup dalam rutinitas dan formalitas beribadah...
selamat beribadah Online Jemaat GKI Sulung
imanmu berarti ketika memberi kehidupan bagi sesama
Salam kasih,
Pdt. Agustina Manik