Minggu, 10 Oktober 2010

"Engkau harus berpaut kepada TUHAN Allahmu" Ulangan 30:20


 Berpaut Melawan Ciri Manusia Modern yang Mandiri.  Sebenarnya tidak mudah mempunyai karakter untuk "berpaut" kepada pihak lainnya,di kehidupan sehari-hari kita dituntut menjadi seorang yang mandiri, pintar, bernisiatif dan kreatif....setiap hari kita membangun sikap mandiri untuk mengambil keputusan-keputusan berbagai persoalan dipekerjaan, keluarga, bahkan pelayanan...secara tidak sadar yang kita bangun sikap-sikap mandiri, individualis, ...Namun Berpaut menuntut justru sikap kesungguhan bergantung pada pihak lain, sungguh-sungguh membutuhkan seseorang, dll.....Oleh sebab itu ajakan untuk berpaut kepadaNYA pun menjadi sangat sulit dilakukan bagi orang-orang modern dan produktif....

Bagaimana Cara kita untuk bisa memiliki kedua karakter yang kontras di tuntutan manusia modern dan tuntutan ALLAH ?? Mungkin kita menjawab ya dengan mencoba beribadah, saat teduh, pelayanan, dan sederetan disiplin rohani lainnya untuk mengingatkan kita bahwa kita ini harus berpaut padaNYA.  Apakah hal ini dapat berhasil ?  Tetap TIDAK MUDAH karena keseharian kita ada di situasi dan tuntutan untuk mandiri dan individualis, sudah menjadi "darah daging" tindakan kita lebih banyak didominasi hal-hal menjadi mandiri.

Kalau mau contoh sederhananya berpaut seperti seorang bayi yang totally pasrah sepenuhnya kepada ibunya, masa kita bisa bersikap itu di kedewasaan dan kemandirian kita ?? MUSTAHIL...
Berpaut berarti menyerahkan intelektual, kehendak, emosi ....setiap waktu kepada ALLAH....semakin mustahil kita lakukan......semakin menyadari kalau kita hari ini bisa mengingat kasihNYA, kebaikkanNYA, dan memiliki kerinduan akan ALLAH adalah dorongan yang IA berikan kepada anak-anakNYA....

ALLAHlah yang berinisiatif untuk kita bisa berpaut padaNYA....inisiatifnya juga melalui pengalaman-pengalaman dan kejadian2 hidup kita, sekalipun ada banyak kita menolak akan pengalaman2 yang IA ijinkan terjadi, kita lupa bahwa kalau usaha sendiri kita gagal dan gagal lagi....

Secara pribadi dengan kesadaran penuh saya merasa bersyukur untuk "kesendirian" sekalipun bukan berpikir ekstrim untuk hal ini.  Kenapa saya bersyukur?? karena dengan demikian ada keseimbangan yang selalu mengingatkan saya untuk bersandar kepadaNYA bukan kepada suami, anak, saudara, dll.(memang dalam keadaan "kesendirian" bisa juga semakin mandiri disisi lain). Ditengah "kemandirian" yang semakin tajam dalam tuntutan kehidupan saya, saya diseimbangkan dengan keadaan riil pribadi saya.....memang TUHAN baik dan punya cara yang indah supaya saya bisa berpaut kepadaNYA karena saya sadar kecenderungan diri saya adalah mandiri dan individualis...Mereka yang memiliki suami /istri/anak mungkin semakin "tergantung" kepada mereka, sehingga usaha untuk berpaut kepadanya menjadi usaha yang jauh lebih keras daripada mereka yang hidup sendiri...

Mungkin perenungan ini saya tujukan juga bagi pada lajang / duda /janda/ single parent / mereka yang putus dengan kekasihnya / mereka yang "tidak lagi dipedulikan" oleh keluarga , dll  Allah punya cara bagaimana kita bisa berpaut kepadaNYA ( bedakan bahwa ALLAh bukan perancang kesendirian manusia).  Oleh sebab itu bersyukurlah apapun keadaan kita karena sesungguhnya kebahagiaan itu adalah jika kita berpaut kepadaNYA.

Perenungan ini mengajak kita memiliki usaha-usaha yang keras untuk berpaut padaNYA dan menerima dengan ucapan syukur caraNYA supaya kita bisa berpaut kepadaNYA...
Apakah kita menerima "didikan" Tuhan supaya kita berpaut padaNYA.....
Apa usaha kita untuk tetap bisa berpaut padaNYA???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gereja, Prapaskah dan Covid-19 ( jatim darurat bencana covid 19, 20 maret 2020) Masa Prapaskah 2020 diiringi dengan situasi ...