Minggu, 24 Oktober 2010

Jugun Ianfu II

 Lanjutan ....

Diawal 1990an, Kim Hak-sun dari Korea memecahkan kebisuan.  Murka karena seorang wakil pem.Jepang berani menyangkal keberadaan sistem wanita penghibur, ia menceritakan kisah dirinya 1991. Hal ini menjadi pertanda dimulainya gerakan internasional.  Tersentuh kesaksian wanita korea, sejarawan Jepang Yoshiaki Yoshimi menggali arsip dan menemukan bukti2 resmi terdokumentasi ttg kebijakkan Jepang mengenai bordil militer. Jepang merasa perlu mengadakan penyelidikan.  Dlm bulan agustus 1993 hal ini menghasilkan apa yg disebut sebagai "pernyataan kono," dimana pem.Jepang mengakui bahwa penguasa militer masa itu , secara langsung tidak langsung terlibat dalam pembuatan dan pengelolaan tempat penghiburan dan pemindahan para "wanita penghibur."  Pada sisi lain, perekrutan dilakukan oleh agen swasta, walaupun atas permintaan pihak militer.  "dalam banyak kasus, para wanita direkrut bertentangan dengan kemauan mereka sendiri, mealui cara2 pembujukkan, pemasaksaan dsb. dan kadangkala, personil administrasi/militer ikut mengambil bagian dalam perekrutan ini "
(Jugun Ianfu, Hilde Janssen h.10)

Mastia 1927, Sumedang,Jawa Tengah  (atas)

Mastia diambil paksa dari rumahnya oleh tentara jepang bersama 15 gadis lain dan diangkut ke markas tentara Cimahi.  Seorang kapten Jepang menjadikan Mastia wanita penghibur pribadi. Setelah Mastia pulang kampung ia menjalani upacara penyucian religius untuk membersihkan segala "kotoran."  Namun orang tetap memanggil saya "bekas jepang" dan menghina saya...sedih, saya sangat sedih, saya selalu teringat.  Mastia menikah empat kali dan tidak mempunyai anak.



Ronasih 1931, Serang , Jawa barat 

Padaa saat Ronasih masih berumur 13 tahun dan sedang pulang sekolah, dia diculik seorang serdadu kemudian dikurung di barak dekat desa.  Secara sistematis ia diperkosa selama 3 bulan oleh serdadu yg disebut "si bewok."  Ayahnya berusaha datang dan menggantikan ronasih sebagai tenaga kerja paksa, namun sia-sia.  Ronasih akhirnya disuruh pulang dengan keadaan tidak mampu berjalan lagi, dan harus merangkak untuk pulang karena badannya sakit.  beberapa kali nikah dan tidak dapat memiliki keturunan
Rosa 1929, Tanimbar, maluku Selatan

Kepala kampung mengatur pengiriman rosa ke rumah bordil Jepang di kota, padahal saat itu ia sedang hamil.  Pada saat akhir kehamilannya, ia diijinkan pulang namun bayinya tidak dapat diselamatkan seteah dilahirkan.  Rosa akhirnya tetap dinikahi pacarnya, dan penduduk kampung bungkam ttg kisah masa lalunya...rosa tidak berani menyatakan kisah lalunya kepada anak2nya karena baginya sangat memalukan... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gereja, Prapaskah dan Covid-19 ( jatim darurat bencana covid 19, 20 maret 2020) Masa Prapaskah 2020 diiringi dengan situasi ...